Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, bertepatan dengan hari ketika jemaah haji melaksanakan wukuf di Arafah. Niat puasa Arafah adalah: “Nawaitu shauma ‘Arafah sunnatan lillahi ta’ala.”
Puasa Arafah memiliki banyak keutamaan, di antaranya dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Selain itu, puasa Arafah juga dapat meningkatkan pahala haji dan umrah. Dalam sejarah Islam, puasa Arafah pertama kali disyariatkan pada masa Nabi Muhammad SAW.
Pada artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang keutamaan puasa Arafah, syarat dan tata cara pelaksanaannya, serta hal-hal yang membatalkan puasa Arafah.
Puasa Arafah Niatnya
Puasa Arafah merupakan ibadah sunnah yang memiliki banyak keutamaan. Untuk melaksanakan puasa Arafah dengan benar, penting untuk memperhatikan beberapa aspek penting terkait niat puasanya.
- Waktu pelaksanaan
- Syarat dan rukun
- Tata cara niat
- Hal-hal yang membatalkan
- Keutamaan
- Hikmah
- Sejarah
- Dalil
- Tata cara qadha
- Amalan sunnah terkait
Dengan memahami aspek-aspek penting terkait niat puasa Arafah, diharapkan umat Islam dapat melaksanakan ibadah ini dengan benar dan memperoleh keutamaannya secara optimal. Puasa Arafah yang dikerjakan dengan niat yang ikhlas dan sesuai dengan tuntunan syariat dapat menjadi sarana penggugur dosa, peningkatan pahala haji dan umrah, serta bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
Waktu Pelaksanaan Puasa Arafah
Waktu pelaksanaan puasa Arafah menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan keutamaannya. Berikut adalah beberapa poin penting terkait waktu pelaksanaan puasa Arafah:
- Waktu Dimulai
Puasa Arafah dimulai sejak terbit fajar pada tanggal 9 Dzulhijjah hingga terbenam matahari.
- Waktu Berakhir
Puasa Arafah berakhir pada saat terbenam matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah.
- Waktu Utama
Waktu utama pelaksanaan puasa Arafah adalah pada hari Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah. Namun, bagi yang berhalangan, dapat mengqadhanya pada hari lain.
- Waktu Makruh
Waktu makruh untuk melaksanakan puasa Arafah adalah pada tanggal 10 Dzulhijjah (hari raya Idul Adha).
Dengan memperhatikan waktu pelaksanaan puasa Arafah yang tepat, umat Islam dapat memperoleh keutamaannya secara optimal. Puasa Arafah yang dikerjakan pada waktu yang telah ditentukan akan menjadi sarana penggugur dosa, peningkatan pahala haji dan umrah, serta bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
Syarat dan Rukun
Syarat dan rukun merupakan dua hal yang sangat penting dalam pelaksanaan puasa Arafah. Syarat adalah segala sesuatu yang harus ada agar puasa Arafah dapat dilaksanakan dengan sah, sedangkan rukun adalah segala sesuatu yang harus dilakukan agar puasa Arafah dapat dianggap sempurna.
Syarat puasa Arafah antara lain beragama Islam, baligh, berakal, dan suci dari hadas besar. Sementara itu, rukun puasa Arafah antara lain menahan diri dari makan dan minum, serta segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa, seperti bersetubuh, muntah dengan sengaja, dan mengeluarkan air mani. Pelaksanaan puasa Arafah yang tidak memenuhi syarat dan rukun tidak akan dianggap sah dan tidak akan mendapatkan keutamaannya.
Dengan memahami syarat dan rukun puasa Arafah, umat Islam dapat melaksanakan ibadah ini dengan benar dan memperoleh keutamaannya secara optimal. Puasa Arafah yang dikerjakan dengan memenuhi syarat dan rukun akan menjadi sarana penggugur dosa, peningkatan pahala haji dan umrah, serta bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
Tata cara niat
Niat merupakan salah satu rukun puasa, termasuk puasa Arafah. Niat puasa Arafah harus dilakukan pada malam hari sebelum terbit fajar, atau pada pagi hari sebelum matahari terbit. Tata cara niat puasa Arafah adalah sebagai berikut: “Nawaitu shauma ‘Arafah sunnatan lillahi ta’ala.”
Tata cara niat puasa Arafah sangat penting karena menjadi penentu sah atau tidaknya puasa yang dikerjakan. Niat yang tidak sesuai dengan tuntunan syariat dapat membatalkan puasa. Oleh karena itu, umat Islam harus benar-benar memperhatikan tata cara niat puasa Arafah agar puasanya dapat diterima oleh Allah SWT.
Selain tata cara niat, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan puasa Arafah. Diantaranya adalah waktu pelaksanaan, syarat dan rukun, serta hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Dengan memahami dan melaksanakan puasa Arafah sesuai dengan tuntunan syariat, umat Islam dapat memperoleh keutamaannya secara optimal.
Hal-hal yang membatalkan
Dalam melaksanakan ibadah puasa, terdapat beberapa hal yang dapat membatalkannya. Hal ini juga berlaku pada puasa Arafah. Memahami hal-hal yang membatalkan puasa Arafah penting agar ibadah yang dijalankan dapat diterima dan bernilai pahala.
- Makan dan minum
Makan dan minum dengan sengaja membatalkan puasa, termasuk saat melaksanakan puasa Arafah. Hal ini dikarenakan makan dan minum merupakan pembatal puasa secara umum.
- Muntah dengan sengaja
Muntah dengan sengaja juga membatalkan puasa. Jika muntah terjadi secara tidak sengaja, maka puasanya tidak batal. Namun, jika muntah dilakukan dengan sengaja, maka puasanya batal.
- Keluarnya air mani
Keluarnya air mani, baik disengaja maupun tidak, membatalkan puasa. Hal ini dikarenakan keluarnya air mani merupakan hal yang dapat membatalkan puasa secara umum.
- Bersetubuh
Bersetubuh membatalkan puasa, termasuk saat melaksanakan puasa Arafah. Hal ini dikarenakan bersetubuh merupakan pembatal puasa secara umum.
Selain hal-hal di atas, ada beberapa hal lain yang dapat membatalkan puasa Arafah, seperti haid, nifas, gila, dan murtad. Oleh karena itu, penting untuk menghindari hal-hal tersebut agar puasa Arafah yang dijalankan dapat sah dan bernilai pahala.
Keutamaan
Puasa Arafah merupakan ibadah yang memiliki banyak keutamaan. Keutamaan-keutamaan ini menjadi motivasi bagi umat Islam untuk melaksanakan puasa Arafah dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan.
Salah satu keutamaan puasa Arafah adalah dapat menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang artinya, “Puasa Arafah menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim)
Selain itu, puasa Arafah juga dapat meningkatkan pahala haji dan umrah. Bagi yang melaksanakan haji, puasa Arafah dapat menyempurnakan ibadah hajinya. Sementara bagi yang melaksanakan umrah, puasa Arafah dapat menjadi tambahan pahala yang besar.
Dalam kehidupan nyata, banyak orang yang telah merasakan keutamaan puasa Arafah. Misalnya, ada seseorang yang selalu melaksanakan puasa Arafah setiap tahun. Pada suatu tahun, ia mengalami sakit keras dan tidak dapat berpuasa Arafah. Namun, anehnya, ia merasa sangat sedih dan kehilangan. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Akhirnya, ia pun bertekad untuk mengqadha puasa Arafah tersebut pada tahun berikutnya.
Kisah tersebut menunjukkan betapa besar keutamaan puasa Arafah bagi umat Islam. Puasa Arafah merupakan ibadah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Dengan melaksanakan puasa Arafah, umat Islam dapat memperoleh ampunan dosa, meningkatkan pahala haji dan umrah, serta merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya.
Hikmah
Hikmah puasa Arafah adalah berbagai kebijaksanaan dan pelajaran berharga yang dapat diambil dari ibadah tersebut. Hikmah-hikmah ini menjadi pengingat penting bagi umat Islam untuk senantiasa meningkatkan kualitas ibadahnya dan menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam.
- Penghapus Dosa
Hikmah puasa Arafah yang pertama adalah sebagai penghapus dosa. Dengan melaksanakan puasa Arafah, dosa-dosa kita setahun yang lalu dan setahun yang akan datang dapat diampuni oleh Allah SWT. Hikmah ini mendorong umat Islam untuk senantiasa bertaubat dan memperbaiki diri, karena Allah Maha Pengampun bagi hamba-Nya yang bertaubat.
- Peningkatan Taqwa
Hikmah puasa Arafah selanjutnya adalah peningkatan taqwa. Dengan menahan diri dari makan dan minum selama sehari penuh, umat Islam dapat melatih kesabaran, keikhlasan, dan pengendalian diri. Hikmah ini mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga ketakwaan kita kepada Allah SWT, dalam segala aspek kehidupan.
- Pelajaran Sabar
Puasa Arafah juga mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran. Dengan menahan rasa lapar dan haus selama berjam-jam, umat Islam dapat belajar untuk mensyukuri nikmat Allah SWT dan menerima ujian dengan sabar. Hikmah ini sangat penting dalam kehidupan, karena kesabaran adalah kunci keberhasilan dan kebahagiaan.
- Penguatan Ukhuwah
Selain itu, puasa Arafah juga memperkuat ukhuwah atau persaudaraan sesama umat Islam. Dengan berkumpul bersama di masjid atau tempat ibadah lainnya untuk melaksanakan puasa Arafah, umat Islam dapat saling berbagi makanan, minuman, dan semangat ibadah. Hikmah ini mengajarkan kita untuk saling tolong-menolong dan menjaga persatuan di antara sesama.
Hikmah-hikmah puasa Arafah di atas menjadi pengingat penting bagi umat Islam untuk senantiasa menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Dengan memahami dan mengamalkan hikmah-hikmah tersebut, semoga ibadah puasa Arafah kita dapat diterima oleh Allah SWT dan memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan kita.
Sejarah
Puasa Arafah merupakan ibadah yang memiliki sejarah panjang dalam Islam. Ibadah ini pertama kali disyariatkan pada masa Nabi Muhammad SAW, tepatnya pada tahun kesembilan Hijriah. Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin sedang melaksanakan ibadah haji. Ketika sampai di Arafah, Nabi Muhammad SAW memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa pada hari Arafah.
Sejak saat itu, puasa Arafah menjadi salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan oleh umat Islam. Puasa Arafah memiliki keutamaan yang sangat besar, yaitu dapat menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Selain itu, puasa Arafah juga dapat meningkatkan pahala haji dan umrah.
Dalam praktiknya, puasa Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, yaitu pada hari dimana kaum muslimin melaksanakan wukuf di Arafah. Puasa Arafah dimulai sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Niat puasa Arafah dapat dilakukan pada malam hari sebelum puasa dimulai atau pada pagi hari sebelum terbit fajar.
Puasa Arafah memiliki banyak manfaat, baik secara spiritual maupun fisik. Secara spiritual, puasa Arafah dapat membantu kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sementara secara fisik, puasa Arafah dapat membantu kita untuk melatih kesabaran, keikhlasan, dan pengendalian diri.
Dalil
Dalil adalah dasar hukum dalam agama Islam yang menjadi acuan dalam melakukan suatu amalan. Dalil puasa Arafah niatnya terdapat dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Jika kamu terhalang, maka sembelihlah hewan korban dengan mudah, dan janganlah kamu mencukur kepala kalian, hingga hewan korban sampai di tempat penyembelihannya. Barangsiapa di antara kamu sakit atau mempunyai gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah ia berfidyah, yaitu berpuasa atau memberi makan atau menyembelih. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka barangsiapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji, maka ia wajib menyembelih hewan korban. Jika ia tidak mendapatkannya, maka wajiblah ia berpuasa tiga hari selama mengerjakan haji dan tujuh hari apabila kamu telah kembali (ke rumahmu). Itulah sepuluh hari yang sempurna.” (QS. Al-Baqarah: 196)
Sementara itu, dalam hadis Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda yang artinya, “Puasa Arafah menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim)
Dalil-dalil tersebut menunjukkan bahwa puasa Arafah memiliki keutamaan yang sangat besar, yaitu dapat menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Oleh karena itu, puasa Arafah merupakan salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan oleh umat Islam.
Tata cara qadha
Tata cara qadha puasa Arafah menjadi hal penting untuk diketahui agar ibadah puasa yang sempat tertinggal dapat dilaksanakan dengan benar dan sesuai syariat. Berikut ini beberapa aspek penting terkait tata cara qadha puasa Arafah:
- Waktu Pelaksanaan
Puasa qadha Arafah dapat dilaksanakan kapan saja di luar bulan Dzulhijjah. Tidak ada batasan waktu tertentu untuk melaksanakan puasa qadha Arafah, sehingga dapat dilakukan kapan saja sesuai kemampuan.
- Niat Puasa
Niat puasa qadha Arafah sama dengan niat puasa Arafah pada umumnya, yaitu “Nawaitu shauma ‘Arafah qadha’an lillahi ta’ala”. Niat ini dilakukan pada malam hari sebelum berpuasa atau pada pagi hari sebelum terbit fajar.
- Tata Cara Pelaksanaan
Tata cara pelaksanaan puasa qadha Arafah sama dengan puasa Arafah pada umumnya, yaitu menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang dapat membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
- Waktu Qadha
Tidak ada ketentuan khusus mengenai waktu qadha puasa Arafah. Puasa qadha Arafah dapat dilakukan kapan saja di luar bulan Dzulhijjah, baik secara berurutan maupun tidak berurutan.
Dengan memahami tata cara qadha puasa Arafah, umat Islam dapat melaksanakan ibadah puasa qadha dengan benar dan sesuai syariat. Puasa qadha Arafah yang dikerjakan dengan niat yang ikhlas dan sesuai dengan tuntunan syariat dapat menjadi sarana penggugur dosa dan bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
Amalan sunnah terkait
Puasa Arafah merupakan ibadah sunnah yang memiliki keutamaan besar. Selain melaksanakan puasa Arafah, terdapat beberapa amalan sunnah terkait yang dapat dilakukan untuk menambah pahala dan kesempurnaan ibadah. Berikut adalah beberapa amalan sunnah terkait puasa Arafah:
- Membaca Takbir dan Tahlil
Membaca takbir dan tahlil merupakan amalan sunnah yang dianjurkan selama bulan Dzulhijjah, termasuk pada hari Arafah. Takbir yang dibaca adalah “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallahu Wallahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd”. Sedangkan tahlil yang dibaca adalah “Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘ala kulli syai’in qodiir”.
- Memperbanyak Dzikir dan Istighfar
Memperbanyak dzikir dan istighfar juga merupakan amalan sunnah yang dianjurkan selama bulan Dzulhijjah, termasuk pada hari Arafah. Dzikir yang dapat dibaca antara lain “Subhanallah”, “Alhamdulillah”, dan “Allahu Akbar”. Sedangkan istighfar yang dapat dibaca adalah “Astaghfirullahal ‘azhim”.
- Mendoakan Diri Sendiri dan Orang Lain
Mendoakan diri sendiri dan orang lain merupakan amalan sunnah yang sangat dianjurkan, terutama pada hari Arafah. Doa yang dipanjatkan dapat berupa permintaan ampunan dosa, kesehatan, keberkahan, dan segala kebaikan lainnya.
- Bersedekah
Bersedekah merupakan amalan sunnah yang sangat dianjurkan sepanjang waktu, termasuk pada bulan Dzulhijjah dan hari Arafah. Bersedekah dapat berupa pemberian harta benda, makanan, minuman, atau bantuan lainnya kepada orang yang membutuhkan.
Dengan melaksanakan amalan sunnah terkait puasa Arafah, diharapkan ibadah kita menjadi semakin sempurna dan memperoleh pahala yang berlimpah. Amalan-amalan tersebut juga dapat membantu kita untuk meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pertanyaan Seputar Puasa Arafah Niatnya
Berikut adalah beberapa pertanyaan umum dan jawabannya terkait puasa Arafah niatnya.
Pertanyaan 1: Kapan waktu pelaksanaan puasa Arafah?
Jawaban: Puasa Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, bertepatan dengan hari wukuf di Arafah bagi jemaah haji.
Pertanyaan 2: Bagaimana niat puasa Arafah?
Jawaban: Niat puasa Arafah diucapkan pada malam hari sebelum puasa atau pagi hari sebelum terbit fajar, yaitu “Nawaitu shauma ‘Arafah sunnatan lillahi ta’ala.”
Pertanyaan 3: Apa saja keutamaan puasa Arafah?
Jawaban: Keutamaan puasa Arafah antara lain dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang, meningkatkan pahala haji dan umrah, serta menjadi bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
Pertanyaan 4: Apa saja syarat dan rukun puasa Arafah?
Jawaban: Syarat puasa Arafah adalah beragama Islam, baligh, berakal, dan suci dari hadas besar. Rukun puasa Arafah adalah menahan diri dari makan, minum, dan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa.
Pertanyaan 5: Apa saja hal yang membatalkan puasa Arafah?
Jawaban: Hal-hal yang membatalkan puasa Arafah adalah makan dan minum dengan sengaja, muntah dengan sengaja, keluarnya air mani, dan bersetubuh.
Pertanyaan 6: Apakah puasa Arafah dapat diganti di hari lain?
Jawaban: Puasa Arafah dapat diganti di hari lain jika tidak dapat dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, yang disebut dengan puasa qadha Arafah.
Demikianlah beberapa pertanyaan umum dan jawabannya terkait puasa Arafah niatnya. Dengan memahami aspek-aspek penting tersebut, diharapkan umat Islam dapat melaksanakan ibadah puasa Arafah dengan benar dan memperoleh keutamaannya secara optimal.
Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas lebih lanjut tentang tata cara puasa Arafah, termasuk waktu pelaksanaannya, niat puasa, serta hal-hal yang membatalkan puasa.
Tips Melaksanakan Puasa Arafah dengan Benar
Puasa Arafah merupakan ibadah sunnah yang memiliki keutamaan luar biasa. Untuk melaksanakan puasa Arafah dengan benar dan mendapatkan keutamaannya secara optimal, berikut beberapa tips yang dapat diterapkan:
Tip 1: Niat yang Benar
Pastikan untuk membaca niat puasa Arafah dengan benar, yaitu “Nawaitu shauma ‘Arafah sunnatan lillahi ta’ala.” Niat ini diucapkan pada malam hari sebelum puasa atau pagi hari sebelum terbit fajar.
Tip 2: Menahan Diri dari Makan dan Minum
Selama berpuasa, tahan diri dari segala makanan dan minuman, termasuk permen karet dan obat-obatan yang diminum. Hindari juga merokok dan menghirup asap rokok.
Tip 3: Menjaga Kebersihan Diri
Meskipun tidak makan dan minum, tetap jaga kebersihan diri dengan menggosok gigi dan mandi. Hal ini untuk menjaga kenyamanan dan kesehatan selama berpuasa.
Tip 4: Perbanyak Berdoa dan Dzikir
Gunakan waktu puasa untuk memperbanyak berdoa dan berdzikir kepada Allah SWT. Doakan kebaikan untuk diri sendiri, keluarga, dan umat Islam lainnya.
Tip 5: Bersedekah
Sedekah merupakan salah satu amalan yang dianjurkan selama berpuasa. Bersedekah dapat dilakukan dalam bentuk materi atau non-materi, seperti membantu tetangga yang membutuhkan.
Tip 6: Berhati-hati dengan Hal-hal yang Membatalkan Puasa
Ketahui dan hindari hal-hal yang dapat membatalkan puasa, seperti makan dan minum dengan sengaja, muntah dengan sengaja, dan berhubungan intim. Juga, hindari berperilaku yang dapat mengurangi pahala puasa, seperti berbohong atau bergosip.
Tip 7: Menjaga Kesehatan
Meskipun berpuasa, tetap jaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi saat berbuka dan sahur. Istirahat yang cukup dan hindari aktivitas fisik yang berlebihan.
Tip 8: Berniat Qadha jika Tidak Bisa Berpuasa
Jika karena suatu hal tidak dapat melaksanakan puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, maka niatkan untuk menggantinya (qadha) di hari lain.
Dengan mengikuti tips-tips di atas, diharapkan umat Islam dapat melaksanakan puasa Arafah dengan benar dan memperoleh keutamaannya secara optimal. Puasa Arafah yang dikerjakan dengan niat yang ikhlas dan sesuai dengan tuntunan syariat akan menjadi sarana penggugur dosa, peningkatan pahala haji dan umrah, serta bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
Selanjutnya, kita akan membahas tentang hikmah dan sejarah puasa Arafah, untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang ibadah sunnah yang mulia ini.
Kesimpulan
Puasa Arafah merupakan ibadah sunnah yang memiliki keutamaan luar biasa, yaitu dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Untuk melaksanakan puasa Arafah dengan benar dan memperoleh keutamaannya secara optimal, penting untuk memperhatikan beberapa aspek penting, seperti niat yang benar, menahan diri dari makan dan minum, serta menghindari hal-hal yang dapat membatalkan puasa.
Selain itu, puasa Arafah juga memiliki hikmah yang mendalam, seperti melatih kesabaran, keikhlasan, dan pengendalian diri. Ibadah ini juga mengajarkan pentingnya persatuan dan kebersamaan umat Islam. Puasa Arafah pertama kali disyariatkan pada masa Nabi Muhammad SAW dan telah menjadi ibadah sunnah yang sangat dianjurkan hingga hari ini.
Keutamaan dan hikmah yang terkandung dalam puasa Arafah hendaknya menjadi motivasi bagi umat Islam untuk melaksanakan ibadah ini dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Mari kita jadikan puasa Arafah sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mempererat ukhuwah Islamiyah.