Golongan Yang Berhak Menerima Zakat Tts

jurnal


Golongan Yang Berhak Menerima Zakat Tts

Golongan yang berhak menerima zakat (mustahik) adalah delapan golongan yang disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu: fakir, miskin, amil zakat, mualaf, budak, orang yang berutang, fi sabilillah, dan ibnus sabil. Contohnya, seorang fakir yang tidak memiliki harta atau penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.

Zakat memiliki peran penting dalam menyejahterakan masyarakat dan menciptakan keadilan sosial. Manfaat zakat antara lain mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan mustahik, dan menumbuhkan rasa peduli dan berbagi di masyarakat. Dari sisi sejarah, zakat telah menjadi bagian integral dari ajaran Islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang golongan yang berhak menerima zakat, syarat dan ketentuannya, serta pengelolaan zakat yang baik dan benar.

Golongan yang Berhak Menerima Zakat (Mustahik)

Dalam ajaran Islam, zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim yang mampu. Zakat memiliki peran penting dalam menciptakan keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu aspek penting dalam pengelolaan zakat adalah menentukan golongan yang berhak menerimanya (mustahik).

  • Fakir: Orang yang tidak memiliki harta atau penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
  • Miskin: Orang yang memiliki harta atau penghasilan, tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
  • Amil Zakat: Orang yang bertugas mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
  • Mualaf: Orang yang baru memeluk agama Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri.
  • Budak: Orang yang tidak memiliki kebebasan dan berhak menerima zakat untuk memerdekakan dirinya.
  • Orang yang Berutang: Orang yang memiliki utang yang tidak dapat dibayar dan berpotensi menyebabkan kesulitan hidup.
  • Fi Sabilillah: Orang yang berjuang di jalan Allah, seperti untuk jihad atau dakwah.
  • Ibnu Sabil: Orang yang sedang dalam perjalanan jauh dan kehabisan bekal.
  • Riqab: Budak yang ingin memerdekakan dirinya.

Kesembilan golongan mustahik ini disebutkan dalam Al-Qur’an dan memiliki kriteria serta ketentuan yang berbeda-beda. Pemahaman yang baik tentang aspek-aspek ini sangat penting untuk memastikan bahwa zakat disalurkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi kesejahteraan masyarakat.

Fakir

Dalam golongan yang berhak menerima zakat (mustahik), fakir merupakan salah satu kelompok prioritas. Fakir diartikan sebagai orang yang tidak memiliki harta atau penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Ketidakcukupan ini bersifat relatif dan harus diukur dengan standar kehidupan masyarakat setempat.

  • Ciri-ciri Fakir
    Beberapa ciri-ciri fakir antara lain: penghasilannya di bawah rata-rata, tidak memiliki pekerjaan tetap, tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai, dan memiliki tanggungan keluarga yang banyak.
  • Penyebab Kemiskinan
    Kemiskinan yang menyebabkan seseorang menjadi fakir dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti: bencana alam, kehilangan pekerjaan, penyakit, atau kecacatan.
  • Dampak Kemiskinan
    Kemiskinan yang dialami oleh fakir dapat berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan, seperti: kesehatan, pendidikan, dan sosial. Fakir rentan terhadap penyakit, putus sekolah, dan mengalami diskriminasi.
  • Kewajiban Masyarakat
    Masyarakat memiliki kewajiban untuk membantu fakir memenuhi kebutuhan pokoknya. Hal ini dapat dilakukan melalui pemberian zakat, sedekah, atau bantuan sosial lainnya.

Dengan memahami aspek-aspek terkait fakir, kita dapat lebih tepat sasaran dalam menyalurkan zakat dan bantuan sosial lainnya kepada mereka yang benar-benar membutuhkan. Hal ini akan berkontribusi pada pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Miskin

Dalam golongan yang berhak menerima zakat (mustahik), miskin merupakan salah satu kelompok prioritas selain fakir. Miskin diartikan sebagai orang yang memiliki harta atau penghasilan, tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Ketidakcukupan ini bersifat relatif dan harus diukur dengan standar kehidupan masyarakat setempat.

  • Kriteria Kemiskinan

    Kriteria kemiskinan yang digunakan untuk mengidentifikasi mustahik golongan miskin dapat bervariasi tergantung pada negara atau wilayah. Namun, secara umum, kriteria tersebut mempertimbangkan aspek-aspek seperti: pendapatan, pengeluaran, kepemilikan aset, dan akses terhadap layanan dasar.

  • Penyebab Kemiskinan

    Kemiskinan yang menyebabkan seseorang menjadi miskin dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti: bencana alam, kehilangan pekerjaan, penyakit, atau kecacatan.

  • Dampak Kemiskinan

    Kemiskinan yang dialami oleh miskin dapat berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan, seperti: kesehatan, pendidikan, dan sosial. Miskin rentan terhadap penyakit, putus sekolah, dan mengalami diskriminasi.

  • Kewajiban Masyarakat

    Masyarakat memiliki kewajiban untuk membantu miskin memenuhi kebutuhan pokoknya. Hal ini dapat dilakukan melalui pemberian zakat, sedekah, atau bantuan sosial lainnya.

Dengan memahami aspek-aspek terkait miskin, kita dapat lebih tepat sasaran dalam menyalurkan zakat dan bantuan sosial lainnya kepada mereka yang benar-benar membutuhkan. Hal ini akan berkontribusi pada pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Amil Zakat

Amil zakat merupakan salah satu golongan yang berhak menerima zakat. Peran amil zakat sangat penting dalam pengelolaan zakat, yaitu mengumpulkan dan mendistribusikan zakat kepada mustahik yang berhak menerimanya.

  • Pengumpulan Zakat

    Amil zakat bertugas menghimpun zakat dari muzakki, baik secara langsung maupun melalui lembaga pengelola zakat. Pengumpulan zakat dilakukan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan syariat Islam.

  • Penyaluran Zakat

    Setelah zakat terkumpul, amil zakat bertugas menyalurkannya kepada mustahik yang berhak menerimanya. Penyaluran zakat dilakukan dengan memperhatikan prinsip keadilan dan pemerataan.

  • Pendataan Mustahik

    Untuk memastikan zakat tersalurkan kepada mustahik yang tepat, amil zakat perlu melakukan pendataan mustahik. Pendataan ini meliputi identifikasi dan verifikasi data mustahik, termasuk kondisi ekonomi dan sosial mereka.

  • Pemberdayaan Mustahik

    Selain menyalurkan zakat, amil zakat juga memiliki peran dalam memberdayakan mustahik. Pemberdayaan ini dilakukan melalui berbagai program, seperti pelatihan keterampilan, bantuan modal usaha, dan pendampingan sosial.

Dengan menjalankan tugasnya dengan baik, amil zakat berkontribusi dalam mewujudkan tujuan zakat, yaitu mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menciptakan keadilan sosial.

Mualaf

Mualaf merupakan salah satu golongan yang berhak menerima zakat (mustahik) karena mereka membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan ajaran dan praktik agama Islam. Bantuan ini dapat berupa materi, bimbingan, atau dukungan sosial.

  • Bimbingan Keagamaan

    Mualaf membutuhkan bimbingan keagamaan untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar. Bimbingan ini dapat diberikan oleh ustadz, kyai, atau lembaga pendidikan Islam.

  • Dukungan Sosial

    Mualaf seringkali menghadapi tantangan sosial karena perbedaan budaya dan lingkungan. Mereka membutuhkan dukungan sosial dari komunitas Muslim untuk merasa diterima dan terintegrasi.

  • Bantuan Ekonomi

    Beberapa mualaf mengalami kesulitan ekonomi karena meninggalkan pekerjaan atau usaha sebelumnya yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Mereka berhak menerima zakat untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

  • Pelatihan Keterampilan

    Mualaf yang ingin bekerja atau berwirausaha membutuhkan pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Zakat dapat digunakan untuk membiayai pelatihan ini.

Dengan memberikan bantuan yang tepat kepada mualaf, kita dapat membantu mereka untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif dan berkontribusi positif. Hal ini sejalan dengan tujuan zakat, yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial.

Budak

Dalam konteks “golongan yang berhak menerima zakat tts”, keberadaan budak merupakan salah satu faktor yang memengaruhi penyaluran zakat. Pada masa awal Islam, perbudakan masih menjadi praktik yang umum, dan banyak budak yang hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Zakat menjadi salah satu sarana untuk membantu para budak memerdekakan diri dan memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Secara historis, penyaluran zakat untuk pembebasan budak memiliki efek yang signifikan. Banyak budak yang berhasil memerdekakan diri berkat bantuan zakat. Mereka kemudian dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif dan berkontribusi pada perkembangan ekonomi dan sosial. Hal ini sejalan dengan tujuan zakat, yaitu untuk menciptakan kesejahteraan dan keadilan sosial.

Dalam konteks Indonesia, meskipun praktik perbudakan tidak lagi diakui, namun masih terdapat bentuk-bentuk eksploitasi dan ketidakadilan yang mirip dengan perbudakan. Zakat dapat digunakan untuk membantu para korban eksploitasi dan ketidakadilan ini, seperti buruh migran yang tidak dibayar atau anak-anak yang dipaksa bekerja. Dengan memberikan bantuan pembebasan kepada mereka, zakat dapat berkontribusi pada penghapusan segala bentuk perbudakan modern dan mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.

Orang yang Berutang

Dalam golongan yang berhak menerima zakat (mustahik), “orang yang berutang” merupakan salah satu kelompok yang perlu mendapat perhatian khusus. Utang yang melilit seseorang dapat menyebabkan kesulitan hidup yang signifikan, baik secara finansial maupun sosial.

  • Jenis Utang
    Utang yang dimaksud dalam kategori ini mencakup berbagai jenis, seperti utang pribadi, utang usaha, atau utang akibat musibah. Utang-utang tersebut membebani penghasilan dan aset yang dimiliki, sehingga menyulitkan mustahik untuk memenuhi kebutuhan pokok.
  • Penyebab Utang
    Penyebab seseorang terlilit utang beragam, mulai dari faktor ekonomi seperti kehilangan pekerjaan atau kegagalan usaha, hingga faktor di luar kendali seperti bencana alam atau penyakit. Kondisi ini memperburuk keadaan mustahik dan membuat mereka semakin sulit keluar dari jeratan utang.
  • Dampak Utang
    Utang yang tidak terbayar dapat berdampak negatif pada kehidupan mustahik. Mereka rentan mengalami stres, depresi, dan masalah kesehatan. Selain itu, utang juga dapat merusak hubungan sosial dan reputasi mustahik di masyarakat.
  • Solusi Melalui Zakat
    Zakat dapat menjadi solusi bagi mustahik yang terlilit utang. Bantuan zakat dapat digunakan untuk melunasi sebagian atau seluruh utang, sehingga meringankan beban mereka. Selain itu, zakat juga dapat digunakan untuk memberikan pelatihan keterampilan atau modal usaha, yang memungkinkan mustahik untuk meningkatkan pendapatan dan terbebas dari jeratan utang secara berkelanjutan.

Dengan memahami aspek-aspek terkait “orang yang berutang”, kita dapat menyalurkan zakat secara tepat sasaran kepada mereka yang benar-benar membutuhkan. Hal ini sejalan dengan tujuan zakat, yaitu untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, dan menciptakan keadilan sosial.

Fi Sabilillah

Dalam golongan yang berhak menerima zakat (mustahik), “fi sabilillah” merupakan salah satu kategori yang perlu dipahami secara komprehensif. Fi sabilillah merujuk pada orang-orang yang berjuang di jalan Allah, baik melalui jihad maupun dakwah.

  • Mujahidin

    Mujahidin adalah orang-orang yang berjihad di medan perang untuk mempertahankan agama Islam dan menegakkan keadilan. Mereka berhak menerima zakat untuk memenuhi kebutuhan selama berjihad, seperti biaya makanan, pakaian, senjata, dan pengobatan.

  • Da’i

    Da’i adalah orang-orang yang berdakwah untuk menyebarkan ajaran Islam. Mereka berhak menerima zakat untuk membiayai kegiatan dakwah, seperti biaya transportasi, akomodasi, dan pembuatan materi dakwah.

  • Santri

    Santri adalah orang-orang yang menuntut ilmu agama di pondok pesantren. Mereka berhak menerima zakat untuk memenuhi kebutuhan selama menuntut ilmu, seperti biaya pendidikan, tempat tinggal, dan makan.

  • Mubaligh

    Mubaligh adalah orang-orang yang bertugas menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat luas. Mereka berhak menerima zakat untuk memenuhi kebutuhan selama berdakwah, seperti biaya transportasi, akomodasi, dan honorarium.

Penyaluran zakat kepada mustahik fi sabilillah sangat penting karena mereka berjuang untuk menegakkan agama Islam dan menyebarkan kebaikan. Melalui zakat, kita dapat mendukung perjuangan mereka dan ikut berkontribusi dalam terciptanya masyarakat yang lebih baik.

Ibnu Sabil

Dalam golongan yang berhak menerima zakat (mustahik), “Ibnu Sabil” merupakan salah satu kategori yang perlu mendapat perhatian khusus. Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan jauh dan kehabisan bekal. Mereka berhak menerima zakat untuk memenuhi kebutuhan selama perjalanan, seperti biaya makanan, minuman, transportasi, dan penginapan.

  • Musafir Jauh

    Musafir jauh adalah orang yang melakukan perjalanan dengan jarak tempuh minimal 81 kilometer (48 mil). Mereka berhak menerima zakat untuk memenuhi kebutuhan selama perjalanan.

  • Kehabisan Bekal

    Ibnu Sabil adalah orang yang kehabisan bekal selama perjalanan. Kehabisan bekal dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kehilangan harta, dirampok, atau tertipu.

  • Tujuan Perjalanan

    Tujuan perjalanan Ibnu Sabil tidak dibatasi. Mereka bisa bepergian untuk mencari ilmu, bekerja, berdagang, atau tujuan lainnya yang dibenarkan secara syariat.

  • Kewajiban Masyarakat

    Masyarakat memiliki kewajiban untuk membantu Ibnu Sabil yang sedang dalam kesulitan. Bantuan tersebut dapat berupa pemberian zakat, makanan, minuman, atau bantuan lainnya yang dibutuhkan.

Penyaluran zakat kepada Ibnu Sabil sangat penting karena mereka sedang dalam kondisi yang membutuhkan bantuan. Melalui zakat, kita dapat membantu mereka melanjutkan perjalanan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Selain itu, membantu Ibnu Sabil juga merupakan bentuk kepedulian sosial dan implementasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat.

Riqab

Dalam golongan yang berhak menerima zakat (mustahik), “riqab” merupakan salah satu kategori yang memiliki kaitan erat dengan sejarah dan ajaran Islam. Riqab merujuk pada budak yang ingin memerdekakan dirinya.

Pada masa awal Islam, perbudakan merupakan praktik yang umum di masyarakat Arab. Islam datang membawa ajaran pembebasan dan persamaan derajat manusia, sehingga mendorong kaum muslimin untuk membebaskan para budak. Zakat menjadi salah satu sarana untuk membantu para budak memerdekakan diri dan memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Penyaluran zakat kepada riqab memiliki efek yang signifikan dalam penghapusan perbudakan di masyarakat Islam. Banyak budak yang berhasil memerdekakan diri berkat bantuan zakat. Mereka kemudian dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif dan berkontribusi pada perkembangan ekonomi dan sosial.

Dalam konteks Indonesia, meskipun praktik perbudakan tidak lagi diakui, namun masih terdapat bentuk-bentuk eksploitasi dan ketidakadilan yang mirip dengan perbudakan. Zakat dapat digunakan untuk membantu para korban eksploitasi dan ketidakadilan ini, seperti buruh migran yang tidak dibayar atau anak-anak yang dipaksa bekerja. Dengan memberikan bantuan pembebasan kepada mereka, zakat dapat berkontribusi pada penghapusan segala bentuk perbudakan modern dan mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.

Pertanyaan Umum tentang Golongan yang Berhak Menerima Zakat (Mustahik)

Berikut adalah beberapa pertanyaan umum dan jawabannya mengenai golongan yang berhak menerima zakat (mustahik) untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif:

Pertanyaan 1: Siapa saja yang termasuk dalam golongan fakir dan miskin?

Jawaban:Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta atau penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sedangkan miskin adalah orang yang memiliki harta atau penghasilan, tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.

Pertanyaan 2: Apa saja tugas amil zakat?

Jawaban:Amil zakat bertugas mengumpulkan dan mendistribusikan zakat kepada mustahik yang berhak menerimanya, serta melakukan pendataan dan pemberdayaan mustahik.

Pertanyaan 3: Kapan zakat boleh diberikan kepada mualaf?

Jawaban:Zakat boleh diberikan kepada mualaf ketika mereka membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan ajaran dan praktik agama Islam.

Pertanyaan 4: Apakah budak yang ingin memerdekakan dirinya masih termasuk mustahik zakat?

Jawaban:Dalam konteks Indonesia, meskipun praktik perbudakan tidak lagi diakui, namun zakat masih dapat diberikan kepada korban eksploitasi dan ketidakadilan yang mirip dengan perbudakan, seperti buruh migran yang tidak dibayar atau anak-anak yang dipaksa bekerja.

Pertanyaan 5: Bagaimana zakat dapat membantu orang yang berutang?

Jawaban:Zakat dapat digunakan untuk melunasi sebagian atau seluruh utang yang melilit seseorang, sehingga meringankan beban mereka dan membantu mereka keluar dari jeratan utang.

Pertanyaan 6: Apakah orang yang berjuang di jalan Allah hanya terbatas pada mujahidin?

Jawaban:Tidak, orang yang berjuang di jalan Allah juga meliputi dai, santri, dan mubaligh yang berdakwah untuk menyebarkan ajaran Islam.

Dengan memahami golongan yang berhak menerima zakat dan aspek-aspek terkait, penyaluran zakat dapat dilakukan secara tepat sasaran kepada mereka yang benar-benar membutuhkan. Hal ini sejalan dengan tujuan zakat, yaitu untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, dan menciptakan keadilan sosial.

Selanjutnya, kita akan membahas lebih lanjut mengenai pengelolaan zakat yang baik dan benar, termasuk tata cara penyaluran zakat, pengelolaan dana zakat, dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan zakat.

Tips Mengelola Zakat Secara Efektif

Pengelolaan zakat yang baik dan benar sangat penting untuk memastikan bahwa zakat tersalurkan kepada mustahik yang berhak menerimanya dan memberikan manfaat yang optimal bagi kesejahteraan masyarakat. Berikut adalah beberapa tips yang dapat diterapkan dalam pengelolaan zakat:

Tip 1: Pahami Syarat dan Ketentuan Penerimaan Zakat

Ketahui golongan yang berhak menerima zakat (mustahik) dan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar seseorang dapat menerima zakat. Hal ini penting untuk menghindari penyaluran zakat yang tidak tepat sasaran.

Tip 2: Lakukan Pendataan Mustahik yang Akurat

Lakukan pendataan mustahik dengan akurat untuk memastikan bahwa zakat disalurkan kepada orang yang benar-benar membutuhkan. Pendataan dapat dilakukan melalui survei, wawancara, atau kerja sama dengan lembaga sosial setempat.

Tip 3: Salurkan Zakat Tepat Waktu

Segera salurkan zakat kepada mustahik setelah dikumpulkan untuk memaksimalkan manfaat zakat dan menghindari penumpukan dana.

Tip 4: Gunakan Teknologi untuk Pengelolaan Zakat

Manfaatkan teknologi untuk mempermudah pengelolaan zakat, seperti penggunaan aplikasi atau platform digital untuk pendataan mustahik, penyaluran zakat, dan pelaporan.

Tip 5: Berdayakan Mustahik Melalui Program Berkelanjutan

Selain memberikan bantuan langsung, gunakan sebagian dana zakat untuk program pemberdayaan mustahik, seperti pelatihan keterampilan, bantuan modal usaha, atau pendampingan sosial, untuk membantu mereka keluar dari kemiskinan secara berkelanjutan.

Tip 6: Jalin Kerja Sama dengan Lembaga Pengelola Zakat

Kerja sama dengan lembaga pengelola zakat terpercaya dapat membantu dalam pendataan mustahik, penyaluran zakat, dan pengelolaan dana zakat yang profesional dan transparan.

Tip 7: Lakukan Evaluasi dan Pelaporan Secara Berkala

Lakukan evaluasi dan pelaporan pengelolaan zakat secara berkala untuk menilai efektivitas program dan membuat perbaikan jika diperlukan. Pelaporan juga penting untuk transparansi dan akuntabilitas pengelolaan zakat.

Tips-tips ini dapat membantu kita mengoptimalkan pengelolaan zakat sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara maksimal oleh mustahik dan berkontribusi pada pengurangan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan, dan penciptaan keadilan sosial.

Selanjutnya, kita akan membahas peran serta masyarakat dalam pengelolaan zakat. Peran aktif masyarakat sangat penting untuk memastikan bahwa zakat dikelola dengan baik dan benar, serta memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat luas.

Kesimpulan

Golongan yang berhak menerima zakat memainkan peran krusial dalam penyaluran zakat yang tepat sasaran. Pemahaman yang komprehensif tentang golongan ini, termasuk fakir, miskin, amil zakat, dan seterusnya, sangat penting untuk memastikan bahwa zakat dimanfaatkan secara optimal.

Pengelolaan zakat yang baik dan benar menitikberatkan pada pendataan mustahik yang akurat, penyaluran zakat yang tepat waktu, pemberdayaan mustahik melalui program berkelanjutan, dan kerja sama dengan lembaga pengelola zakat terpercaya. Evaluasi dan pelaporan berkala sangat penting untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas pengelolaan zakat. Masyarakat memiliki peran penting dalam pengelolaan zakat, baik sebagai muzakki maupun sebagai pengawas.

Dengan mengelola zakat secara baik dan benar, kita dapat mengoptimalkan manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat, mengurangi kemiskinan, dan menciptakan keadilan sosial. Marilah kita bersama-sama berkontribusi dalam pengelolaan zakat yang amanah dan transparan, sehingga zakat dapat menjadi pilar kesejahteraan dan keadilan bagi semua.

Youtube Video:



Artikel Terkait

Bagikan:

jurnal

Saya adalah seorang penulis yang sudah berpengalaman lebih dari 5 tahun. Hobi saya menulis artikel yang bermanfaat untuk teman-teman yang membaca artikel saya.

Artikel Terbaru