Niat puasa Ruwah adalah niat yang diucapkan sebelum menjalankan ibadah puasa Ruwah. Puasa Ruwah merupakan puasa sunah yang dilaksanakan pada bulan Ruwah penanggalan Jawa, yaitu bulan kedelapan dalam kalender Jawa. Niat puasa Ruwah diucapkan pada malam hari sebelum memulai puasa, yaitu setelah salat tarawih atau sebelum tidur.
Puasa Ruwah memiliki banyak manfaat, antara lain:
- Menghapus dosa-dosa kecil
- Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT
- Melatih kesabaran dan menahan hawa nafsu
Puasa Ruwah juga memiliki sejarah panjang dalam tradisi masyarakat Jawa. Menurut catatan sejarah, puasa Ruwah telah dilakukan sejak zaman Kerajaan Majapahit.
Dalam perkembangannya, puasa Ruwah mengalami beberapa perubahan. Pada awalnya, puasa Ruwah dilaksanakan selama sebulan penuh. Namun, seiring berjalannya waktu, puasa Ruwah hanya dilaksanakan selama beberapa hari saja, yaitu pada tanggal 1-7 Ruwah atau 1-15 Ruwah. Perubahan ini terjadi karena masyarakat Jawa mulai disibukkan dengan pekerjaan pertanian.
Niat Puasa Ruwah
Niat merupakan aspek penting dalam menjalankan ibadah puasa Ruwah. Niat berfungsi sebagai landasan dan motivasi dalam melaksanakan puasa. Berikut adalah 9 aspek penting dari niat puasa Ruwah:
- Ikhlas
- Semata-mata karena Allah
- Mengharap ridha Allah
- Niat puasa Ruwah
- Dilaksanakan pada bulan Ruwah
- Menahan diri dari makan dan minum
- Dari terbit fajar hingga terbenam matahari
- Membaca niat pada malam hari
- Mengikuti sunnah Rasulullah
Kesembilan aspek niat puasa Ruwah tersebut saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Niat yang ikhlas dan semata-mata karena Allah akan mendorong seseorang untuk melaksanakan puasa Ruwah dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, puasa Ruwah yang dijalankan akan menjadi ibadah yang diterima oleh Allah SWT.
Ikhlas
Ikhlas merupakan salah satu aspek penting dalam niat puasa Ruwah. Ikhlas artinya melakukan sesuatu dengan tulus dan semata-mata karena Allah SWT, tanpa mengharapkan imbalan atau pujian dari manusia.
- Niat yang Benar
Ikhlas dalam niat puasa Ruwah berarti diniatkan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT, bukan untuk tujuan lain seperti riya atau ingin dipuji orang lain.
- Mengharap Ridha Allah
Puasa Ruwah dilaksanakan dengan ikhlas jika diniatkan semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah SWT, bukan karena ingin mendapat pujian atau pengakuan dari manusia.
- Menahan Diri dari Godaan
Ikhlas juga diwujudkan dengan menahan diri dari godaan untuk membatalkan puasa, seperti godaan untuk makan atau minum karena lapar atau haus.
- Melaksanakan Puasa dengan Sabar
Puasa Ruwah yang dilaksanakan dengan ikhlas akan membuat seseorang sabar dalam menghadapi rasa lapar dan haus, serta kesulitan lainnya selama berpuasa.
Dengan memenuhi aspek ikhlas dalam niat puasa Ruwah, ibadah puasa yang dijalankan akan menjadi lebih bermakna dan diterima oleh Allah SWT.
Semata-mata karena Allah
Aspek “Semata-mata karena Allah” merupakan aspek penting dalam niat puasa Ruwah. Aspek ini berkaitan dengan motivasi dan tujuan seseorang dalam melaksanakan ibadah puasa Ruwah. Berikut adalah beberapa aspek atau komponen dari “Semata-mata karena Allah” dalam niat puasa Ruwah:
- Ikhlas
Ikhlas berarti melakukan sesuatu dengan tulus dan semata-mata karena Allah SWT, tanpa mengharapkan imbalan atau pujian dari manusia. Dalam konteks puasa Ruwah, ikhlas berarti diniatkan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT, bukan untuk tujuan lain seperti riya atau ingin dipuji orang lain.
- Mengharap Ridha Allah
Puasa Ruwah dilaksanakan dengan ikhlas jika diniatkan semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah SWT, bukan karena ingin mendapat pujian atau pengakuan dari manusia. Ridha Allah SWT merupakan tujuan utama dalam melaksanakan ibadah puasa Ruwah.
- Menjauhi Riya
Riya berarti melakukan sesuatu dengan tujuan untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari manusia. Dalam konteks puasa Ruwah, riya dapat terjadi jika seseorang melaksanakan puasa Ruwah dengan tujuan untuk dipuji atau dianggap baik oleh orang lain. Menjauhi riya merupakan salah satu aspek penting dalam “Semata-mata karena Allah”.
- Menahan Diri dari Godaan
Ikhlas juga diwujudkan dengan menahan diri dari godaan untuk membatalkan puasa, seperti godaan untuk makan atau minum karena lapar atau haus. Menahan diri dari godaan merupakan salah satu bentuk pengamalan “Semata-mata karena Allah” dalam puasa Ruwah.
Dengan memenuhi aspek “Semata-mata karena Allah” dalam niat puasa Ruwah, ibadah puasa yang dijalankan akan menjadi lebih bermakna dan diterima oleh Allah SWT. Puasa Ruwah yang dilaksanakan dengan ikhlas dan mengharapkan ridha Allah SWT akan menjadi bekal amal kebaikan di akhirat kelak.
Mengharap Ridha Allah
Dalam niat puasa Ruwah, aspek “Mengharap ridha Allah” merupakan tujuan utama yang ingin dicapai oleh seorang muslim yang melaksanakan ibadah puasa. Dengan mengharapkan ridha Allah, puasa yang dilakukan akan menjadi lebih bermakna dan bernilai di sisi Allah SWT.
- Ikhlas
Mengharap ridha Allah dalam puasa Ruwah berarti melakukannya dengan ikhlas, yaitu semata-mata karena Allah SWT tanpa mengharapkan pujian atau pengakuan dari manusia.
- Tawadhu
Seorang yang mengharapkan ridha Allah dalam puasa Ruwah akan bersikap tawadhu atau rendah hati, tidak merasa lebih baik atau lebih suci dari orang lain.
- Sabar
Puasa Ruwah yang dilakukan dengan mengharapkan ridha Allah akan membuat seseorang lebih sabar dalam menghadapi rasa lapar dan haus, serta kesulitan lainnya selama berpuasa.
- Syukur
Setelah selesai melaksanakan puasa Ruwah, seorang muslim yang mengharapkan ridha Allah akan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.
Dengan memenuhi aspek “Mengharap ridha Allah” dalam niat puasa Ruwah, ibadah puasa yang dijalankan akan menjadi lebih bermakna dan diterima oleh Allah SWT. Puasa Ruwah yang dilaksanakan dengan ikhlas, tawadhu, sabar, dan syukur akan menjadi bekal amal kebaikan di akhirat kelak.
Niat puasa Ruwah
Niat puasa Ruwah merupakan aspek penting dalam menjalankan ibadah puasa Ruwah. Niat merupakan dasar dan motivasi dalam melaksanakan puasa, yang menentukan sah atau tidaknya ibadah puasa yang dilakukan. Niat puasa Ruwah diucapkan pada malam hari sebelum memulai puasa, yaitu setelah salat tarawih atau sebelum tidur.
- Ikhlas
Ikhlas dalam niat puasa Ruwah berarti diniatkan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT, bukan untuk tujuan lain seperti riya atau ingin dipuji orang lain. Puasa Ruwah yang dilaksanakan dengan ikhlas akan lebih bermakna dan diterima oleh Allah SWT.
- Semata-mata karena Allah
Puasa Ruwah dilaksanakan dengan semata-mata karena Allah jika diniatkan hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT, bukan karena ingin mendapat pujian atau pengakuan dari manusia. Mengharapkan ridha Allah SWT merupakan tujuan utama dalam melaksanakan ibadah puasa Ruwah.
- Mengharap ridha Allah
Niat puasa Ruwah harus diniatkan untuk mengharapkan ridha Allah SWT. Dengan mengharapkan ridha Allah, puasa Ruwah yang dilaksanakan akan menjadi lebih bermakna dan bernilai di sisi Allah SWT. Mengharapkan ridha Allah juga akan membuat seseorang lebih sabar dalam menghadapi rasa lapar dan haus, serta kesulitan lainnya selama berpuasa.
- Mengikuti sunnah Rasulullah
Puasa Ruwah merupakan salah satu ibadah sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Niat puasa Ruwah harus diniatkan untuk mengikuti sunnah Rasulullah SAW, yaitu dengan melaksanakan puasa Ruwah sesuai dengan cara yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Dengan memenuhi aspek-aspek niat puasa Ruwah yang disebutkan di atas, ibadah puasa Ruwah yang dilaksanakan akan menjadi lebih bermakna, diterima oleh Allah SWT, dan sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW. Puasa Ruwah yang dilaksanakan dengan ikhlas, semata-mata karena Allah, mengharapkan ridha Allah, dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW akan menjadi bekal amal kebaikan di akhirat kelak.
Dilaksanakan pada bulan Ruwah
Aspek “Dilaksanakan pada bulan Ruwah” merupakan bagian penting dari niat puasa Ruwah. Bulan Ruwah merupakan bulan kedelapan dalam penanggalan Jawa, yang dipercaya memiliki keistimewaan dan kemuliaan tertentu. Puasa Ruwah dilaksanakan pada bulan Ruwah karena beberapa alasan, di antaranya sebagai berikut:
- Tradisi turun-temurun
Puasa Ruwah telah menjadi tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh masyarakat Jawa sejak zaman dahulu. Tradisi ini terus dijalankan hingga sekarang, sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan pelestarian budaya.
- Kemuliaan bulan Ruwah
Bulan Ruwah dipercaya memiliki kemuliaan tertentu, karena bertepatan dengan bulan Rajab dan Sya’ban dalam penanggalan Hijriyah. Bulan-bulan tersebut merupakan bulan-bulan yang dimuliakan dalam Islam, sehingga puasa yang dilaksanakan pada bulan Ruwah juga dianggap memiliki keutamaan tersendiri.
- Pengingat kematian
Puasa Ruwah juga berfungsi sebagai pengingat akan kematian. Bulan Ruwah sering dikaitkan dengan kematian, karena kata “Ruwah” berasal dari kata “arwah”, yang berarti roh. Puasa Ruwah menjadi momen untuk mendoakan arwah leluhur dan orang-orang yang telah meninggal dunia.
- Introspeksi diri
Puasa Ruwah juga menjadi waktu yang tepat untuk melakukan introspeksi diri. Dengan menahan diri dari makan dan minum, seseorang dapat lebih fokus untuk merenungi kesalahan dan kekurangannya, serta berupaya memperbaikinya.
Dengan memahami aspek “Dilaksanakan pada bulan Ruwah” dalam niat puasa Ruwah, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa Ruwah dengan lebih bermakna dan sesuai dengan tradisi yang ada. Puasa Ruwah menjadi sarana untuk melestarikan budaya, meningkatkan ketakwaan, dan menjadi pengingat akan kematian dan pentingnya introspeksi diri.
Menahan Diri dari Makan dan Minum
Dalam niat puasa Ruwah, aspek “Menahan diri dari makan dan minum” merupakan salah satu komponen penting yang membedakan puasa Ruwah dari ibadah lainnya. Menahan diri dari makan dan minum merupakan wujud nyata dari pelaksanaan puasa, yang menjadi ciri khas dan tujuan utama dari ibadah ini.
Menahan diri dari makan dan minum selama berpuasa Ruwah memiliki beberapa tujuan, di antaranya:
- Meningkatkan ketakwaan
Dengan menahan diri dari makan dan minum, seseorang dapat melatih kesabaran, menahan hawa nafsu, dan meningkatkan ketakwaannya kepada Allah SWT.
- Mengontrol diri
Ibadah puasa Ruwah mengajarkan seseorang untuk mengendalikan diri, baik dari segi nafsu makan maupun minum. Dengan menahan diri dari makan dan minum, seseorang dapat belajar untuk mengendalikan hawa nafsunya dan menjadi pribadi yang lebih disiplin.
- Merasakan penderitaan orang lain
Dengan merasakan lapar dan haus saat berpuasa Ruwah, seseorang dapat lebih berempati dan merasakan penderitaan orang-orang yang kurang beruntung, seperti fakir miskin dan anak yatim.
Dalam praktiknya, aspek “Menahan diri dari makan dan minum” dalam niat puasa Ruwah meliputi:
- Menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.
- Menghindari segala hal yang dapat membatalkan puasa, seperti makan, minum, merokok, dan berhubungan suami istri.
- Menjaga kesucian diri dan pikiran selama berpuasa.
Dengan memahami hubungan antara “Menahan diri dari makan dan minum” dengan niat puasa Ruwah, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa Ruwah dengan lebih bermakna dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Puasa Ruwah menjadi sarana untuk meningkatkan ketakwaan, mengendalikan diri, merasakan penderitaan orang lain, dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Dari terbit fajar hingga terbenam matahari
Aspek “Dari terbit fajar hingga terbenam matahari” merupakan bagian penting dalam niat puasa Ruwah. Aspek ini merujuk pada waktu pelaksanaan puasa Ruwah, yaitu mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Berikut adalah beberapa aspek atau komponen dari “Dari terbit fajar hingga terbenam matahari” dalam niat puasa Ruwah:
- Waktu dimulainya puasa
Puasa Ruwah dimulai pada saat terbit fajar, yaitu ketika cahaya matahari pertama kali terlihat di ufuk timur. Pada waktu inilah, umat Islam mulai menahan diri dari makan dan minum.
- Waktu berakhirnya puasa
Puasa Ruwah berakhir pada saat terbenam matahari, yaitu ketika matahari telah sepenuhnya tenggelam di ufuk barat. Pada waktu inilah, umat Islam diperbolehkan untuk kembali makan dan minum.
- Durasi puasa
Durasi puasa Ruwah adalah dari terbit fajar hingga terbenam matahari, kurang lebih selama 12-13 jam. Durasi ini dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu dalam setahun.
- Konsekuensi membatalkan puasa
Jika seseorang makan atau minum selama waktu puasa, maka puasanya dianggap batal. Batalnya puasa dapat disengaja atau tidak disengaja. Jika puasa batal secara tidak disengaja, maka tidak perlu mengganti puasa tersebut. Namun, jika puasa batal secara disengaja, maka wajib mengganti puasa tersebut di kemudian hari.
Dengan memahami aspek “Dari terbit fajar hingga terbenam matahari” dalam niat puasa Ruwah, umat Islam dapat melaksanakan ibadah puasa Ruwah dengan benar dan sesuai dengan syariat Islam. Puasa Ruwah yang dilaksanakan dengan benar akan memberikan manfaat yang besar bagi pelakunya, baik dari segi spiritual maupun kesehatan.
Membaca niat pada malam hari
Membaca niat pada malam hari sebelum berpuasa Ruwah merupakan bagian penting dari ibadah puasa Ruwah. Niat merupakan dasar dan motivasi dalam melaksanakan puasa, yang menentukan sah atau tidaknya ibadah puasa yang dilakukan. Membaca niat pada malam hari sebelum berpuasa Ruwah menjadi penanda bahwa seseorang telah berniat untuk melaksanakan ibadah puasa Ruwah pada hari berikutnya.
Membaca niat pada malam hari sebelum berpuasa Ruwah memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
- Menjadi pengingat akan niat puasa Ruwah yang telah dibuat.
- Membantu mempersiapkan diri secara mental dan spiritual untuk melaksanakan ibadah puasa Ruwah.
- Menghindari terlupa atau batalnya niat puasa Ruwah pada hari berikutnya.
Secara praktis, membaca niat pada malam hari sebelum berpuasa Ruwah dapat dilakukan dengan membaca lafal niat puasa Ruwah setelah salat tarawih atau sebelum tidur. Lafal niat puasa Ruwah dapat ditemukan dalam berbagai sumber, seperti buku-buku agama atau aplikasi-aplikasi Islam.
Dengan memahami pentingnya membaca niat pada malam hari sebelum berpuasa Ruwah, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa Ruwah dengan lebih bermakna dan sesuai dengan syariat Islam. Membaca niat pada malam hari menjadi salah satu kunci untuk memastikan sahnya ibadah puasa Ruwah yang dilaksanakan.
Mengikuti Sunnah Rasulullah
Dalam ajaran Islam, mengikuti sunnah Rasulullah SAW merupakan salah satu bentuk pengamalan agama yang sangat dianjurkan. Sunnah Rasulullah SAW adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, baik yang berkaitan dengan ibadah maupun muamalah.
Dalam konteks puasa Ruwah, mengikuti sunnah Rasulullah SAW memiliki keterkaitan yang erat dengan niat puasa Ruwah. Niat puasa Ruwah yang benar dan sesuai dengan syariat Islam adalah niat yang diniatkan untuk mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Hal ini dikarenakan puasa Ruwah merupakan salah satu ibadah sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
Adapun secara praktis, mengikuti sunnah Rasulullah SAW dalam niat puasa Ruwah dapat diwujudkan dengan beberapa cara, di antaranya:
- Melaksanakan puasa Ruwah pada bulan Ruwah, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW.
- Meniatkan puasa Ruwah semata-mata karena Allah SWT dan untuk mengharapkan ridha-Nya, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
- Menahan diri dari makan dan minum serta segala hal yang dapat membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari, sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
- Mengisi waktu puasa dengan memperbanyak ibadah, seperti membaca Al-Qur’an, berzikir, dan berdoa, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Dengan memahami keterkaitan antara mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan niat puasa Ruwah, umat Islam dapat melaksanakan ibadah puasa Ruwah dengan lebih bermakna dan sesuai dengan ajaran Islam. Puasa Ruwah yang dilaksanakan dengan mengikuti sunnah Rasulullah SAW akan menjadi amal ibadah yang diterima oleh Allah SWT dan memberikan manfaat yang besar bagi pelakunya.
Tanya Jawab tentang Niat Puasa Ruwah
Berikut adalah beberapa tanya jawab yang sering diajukan seputar niat puasa Ruwah. Tanya jawab ini diharapkan dapat membantu Anda memahami lebih dalam tentang niat puasa Ruwah dan pelaksanaannya.
Pertanyaan 1: Apa itu niat puasa Ruwah?
Niat puasa Ruwah adalah keinginan dan tekad yang kuat untuk melaksanakan ibadah puasa Ruwah. Niat harus diucapkan pada malam hari sebelum memulai puasa.
Pertanyaan 2: Bagaimana cara mengucapkan niat puasa Ruwah?
Niat puasa Ruwah dapat diucapkan dalam bahasa Arab atau bahasa Indonesia. Berikut adalah lafal niat puasa Ruwah dalam bahasa Indonesia: “Saya niat puasa sunnah Ruwah esok hari karena Allah Ta’ala.”
Pertanyaan 3: Kapan waktu yang tepat untuk membaca niat puasa Ruwah?
Waktu yang tepat untuk membaca niat puasa Ruwah adalah pada malam hari setelah salat tarawih atau sebelum tidur.
Pertanyaan 4: Apa saja syarat sah niat puasa Ruwah?
Syarat sah niat puasa Ruwah adalah sebagai berikut: diucapkan dengan jelas dan tegas, diniatkan karena Allah Ta’ala, dan diniatkan untuk melaksanakan puasa Ruwah.
Pertanyaan 5: Apakah puasa Ruwah wajib dilaksanakan?
Puasa Ruwah hukumnya sunnah, artinya dianjurkan untuk dilaksanakan tetapi tidak wajib. Namun, apabila seseorang telah berniat untuk melaksanakan puasa Ruwah, maka wajib hukumnya untuk melaksanakannya.
Pertanyaan 6: Apa saja manfaat melaksanakan puasa Ruwah?
Manfaat melaksanakan puasa Ruwah antara lain: mendapatkan pahala dari Allah Ta’ala, melatih kesabaran dan menahan hawa nafsu, serta sebagai bentuk syukur kepada Allah Ta’ala.
Demikianlah beberapa tanya jawab tentang niat puasa Ruwah. Semoga tanya jawab ini dapat membantu Anda memahami lebih dalam tentang niat puasa Ruwah dan pelaksanaannya. Untuk informasi lebih lanjut, silakan berkonsultasi dengan ulama atau ustaz yang terpercaya.
Selanjutnya, kita akan membahas tentang tata cara melaksanakan puasa Ruwah. Tata cara ini meliputi waktu pelaksanaan puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, dan adab-adab selama berpuasa. Mari kita simak bersama.
Tips Melaksanakan Niat Puasa Ruwah
Setelah memahami niat puasa Ruwah, berikut adalah beberapa tips yang dapat Anda lakukan untuk melaksanakan niat puasa Ruwah dengan baik dan benar:
Tip 1: Niatkan dengan Tulus dan Ikhlas
Niatkan puasa Ruwah semata-mata karena Allah Ta’ala, bukan karena ingin dipuji atau hal-hal duniawi lainnya.
Tip 2: Baca Niat dengan Jelas dan Benar
Bacalah niat puasa Ruwah dengan jelas dan benar, sesuai dengan lafal yang telah ditentukan.
Tip 3: Bersihkan Diri dari Hadats
Sebelum membaca niat puasa Ruwah, pastikan Anda telah bersih dari hadas besar dan hadas kecil.
Tip 4: Hindari Hal-hal yang Membatalkan Puasa
Selama berpuasa, hindarilah segala hal yang dapat membatalkan puasa, seperti makan, minum, merokok, dan berhubungan seksual.
Tip 5: Perbanyak Ibadah
Gunakan waktu puasa Ruwah untuk memperbanyak ibadah, seperti membaca Al-Qur’an, berzikir, dan berdoa.
Tip 6: Kendalikan Emosi dan Perkataan
Selama berpuasa, kendalikan emosi dan perkataan Anda agar tidak terjerumus dalam hal-hal yang dapat membatalkan puasa.
Tip 7: Berbagi Kebahagiaan
Bagikan kebahagiaan dengan sesama selama berpuasa Ruwah, seperti dengan berbagi makanan atau sedekah.
Tip 8: Menjaga Kesehatan
Meskipun sedang berpuasa, tetap jaga kesehatan Anda dengan mengonsumsi makanan sehat dan istirahat yang cukup.
Dengan mengikuti tips-tips di atas, Anda dapat melaksanakan niat puasa Ruwah dengan baik dan benar. Niat puasa Ruwah yang ikhlas dan benar akan memberikan banyak manfaat bagi Anda, baik di dunia maupun di akhirat.
Tips-tips di atas merupakan langkah-langkah awal untuk melaksanakan ibadah puasa Ruwah dengan baik dan benar. Namun, masih banyak hal lain yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan puasa Ruwah. Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas tentang tata cara melaksanakan puasa Ruwah.
Kesimpulan
Niat puasa Ruwah merupakan aspek penting dalam melaksanakan ibadah puasa Ruwah. Niat yang ikhlas, diniatkan karena Allah semata, dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW akan menjadikan puasa yang dilakukan lebih bermakna dan diterima oleh Allah SWT. Puasa Ruwah memiliki banyak manfaat, di antaranya meningkatkan ketakwaan, melatih kesabaran, dan sebagai pengingat akan kematian dan pentingnya introspeksi diri.
Dengan memahami niat puasa Ruwah dan melaksanakannya dengan benar, umat Islam dapat memperoleh manfaat yang besar dari ibadah ini. Puasa Ruwah menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas diri, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Youtube Video:
