Istilah “nu puasa kapan” merujuk pada pertanyaan tentang waktu dimulainya ibadah puasa bagi umat Islam. Pertanyaan ini biasanya diajukan menjelang bulan Ramadan, di mana umat Islam di seluruh dunia menjalankan puasa wajib selama satu bulan penuh.
Mengetahui waktu dimulainya puasa sangat penting bagi umat Islam karena menandai dimulainya kewajiban berpuasa. Puasa di bulan Ramadan memiliki banyak manfaat, baik secara spiritual maupun kesehatan. Secara historis, kewajiban berpuasa di bulan Ramadan telah menjadi bagian penting dari praktik keagamaan Islam sejak masa Nabi Muhammad SAW.
Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang penetapan waktu dimulainya puasa, termasuk metode pengamatan hilal dan perhitungan astronomi yang digunakan untuk menentukannya. Selain itu, artikel ini juga akan mengulas pentingnya berpuasa bagi umat Islam dan tradisi seputar bulan Ramadan.
nu puasa kapan
Untuk menentukan waktu dimulainya puasa, ada beberapa aspek penting yang perlu dipahami:
- Awal Ramadan
- Penentuan Hilal
- Hisab
- Metode Rukyat
- Ijtimak
- Wujudul Hilal
- Tanggal 1 Ramadan
- Waktu Berbuka Puasa
- Waktu Sahur
- Niat Puasa
Aspek-aspek tersebut saling berkaitan dan berperan penting dalam menentukan waktu dimulainya puasa. Metode rukyat dan hisab merupakan dua metode yang umum digunakan untuk menentukan awal Ramadan. Metode rukyat adalah pengamatan langsung terhadap hilal (bulan sabit muda) setelah matahari terbenam. Sedangkan hisab adalah perhitungan astronomi yang digunakan untuk memprediksi posisi hilal. Waktu berbuka puasa dan waktu sahur juga menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan selama bulan Ramadan. Selain itu, niat puasa merupakan syarat sahnya ibadah puasa, yang harus dilakukan sebelum memulai puasa.
Awal Ramadan
Awal Ramadan adalah hari pertama bulan Ramadan, bulan suci bagi umat Islam di seluruh dunia. Bulan Ramadan merupakan waktu untuk berpuasa, berdoa, dan merenung. Mengetahui awal Ramadan sangat penting bagi umat Islam karena menandai dimulainya ibadah puasa. Puasa di bulan Ramadan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dijalankan oleh setiap Muslim yang memenuhi syarat.
Penentuan awal Ramadan dilakukan melalui dua metode, yaitu rukyatul hilal (pengamatan hilal) dan hisab (perhitungan astronomi). Kedua metode ini digunakan untuk menentukan kapan hilal (bulan sabit muda) pertama kali terlihat setelah matahari terbenam. Jika hilal terlihat, maka keesokan harinya adalah awal Ramadan. Namun, jika hilal tidak terlihat, maka bulan Ramadan dimulai pada hari berikutnya.
Mengetahui awal Ramadan memiliki beberapa implikasi praktis. Pertama, ini menandai dimulainya kewajiban berpuasa bagi umat Islam. Kedua, ini menentukan tanggal dimulainya ibadah salat tarawih dan tadarus Al-Qur’an. Ketiga, ini mempengaruhi jadwal kerja dan sekolah selama bulan Ramadan. Secara keseluruhan, mengetahui awal Ramadan sangat penting bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa dan kegiatan keagamaan lainnya selama bulan suci ini.
Penentuan Hilal
Dalam konteks “nu puasa kapan”, penentuan hilal merupakan aspek krusial untuk menentukan awal bulan Ramadan. Hilal adalah bulan sabit muda yang menandai dimulainya bulan baru dalam kalender Hijriah. Pengamatan hilal dilakukan untuk menetapkan awal bulan Ramadan dan hari-hari penting lainnya dalam kalender Islam.
- Visibilitas Hilal
Visibilitas hilal adalah salah satu faktor penting dalam penentuan hilal. Hilal harus terlihat oleh mata telanjang setelah matahari terbenam. Pengamatan hilal dilakukan oleh tim yang terdiri dari ahli astronomi dan tokoh agama.
- Posisi Hilal
Selain visibilitas, posisi hilal juga perlu diperhatikan. Hilal harus berada pada posisi tertentu di langit, yaitu di atas ufuk barat dan berada pada ketinggian minimal 2 derajat. Posisi hilal ini dapat dihitung secara astronomis.
- Kondisi Cuaca
Kondisi cuaca dapat mempengaruhi penentuan hilal. Awan tebal atau polusi udara dapat menghalangi visibilitas hilal. Dalam kondisi cuaca yang buruk, pengamatan hilal mungkin tidak dapat dilakukan dan penentuan awal Ramadan dilakukan berdasarkan perhitungan hisab.
- Perbedaan Geografis
Perbedaan geografis juga mempengaruhi penentuan hilal. Hilal mungkin terlihat di suatu wilayah tetapi tidak terlihat di wilayah lain karena perbedaan waktu matahari terbenam. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan dalam penentuan awal Ramadan di berbagai negara.
Penentuan hilal memiliki implikasi penting dalam konteks “nu puasa kapan”. Jika hilal terlihat, maka keesokan harinya adalah awal bulan Ramadan dan umat Islam wajib menjalankan ibadah puasa. Namun, jika hilal tidak terlihat, maka bulan Ramadan dimulai pada hari berikutnya. Metode penentuan hilal yang akurat sangat penting untuk memastikan keseragaman dalam menjalankan ibadah puasa di seluruh dunia.
Hisab
Dalam konteks “nu puasa kapan”, hisab merupakan ilmu astronomi yang digunakan untuk menghitung posisi bulan dan memprediksi kapan hilal akan terlihat. Hisab digunakan sebagai metode alternatif untuk menentukan awal bulan Ramadan ketika pengamatan hilal (rukyat) tidak memungkinkan karena kondisi cuaca atau faktor lainnya.
Hisab memainkan peran penting dalam penentuan “nu puasa kapan” karena memberikan prediksi yang akurat tentang waktu dimulainya bulan Ramadan. Perhitungan hisab didasarkan pada parameter astronomi, seperti posisi matahari, bulan, dan bumi. Dengan menggunakan algoritma matematika yang kompleks, ahli astronomi dapat menghitung kapan konjungsi (ijtimak) antara matahari dan bulan terjadi, yang menandai awal bulan baru dalam kalender Hijriah.
Kemajuan teknologi telah meningkatkan akurasi hisab dalam memprediksi awal bulan Ramadan. Saat ini, lembaga-lembaga astronomi di berbagai negara menggunakan perangkat lunak canggih dan data observasi untuk menghasilkan prediksi hisab yang sangat akurat. Prediksi hisab ini sangat penting bagi umat Islam di seluruh dunia karena memungkinkan mereka untuk mempersiapkan diri untuk bulan Ramadan dan menjalankan ibadah puasa tepat waktu.
Dalam praktiknya, hisab sering digunakan bersama dengan rukyat untuk menentukan awal bulan Ramadan. Jika hilal terlihat, maka rukyat menjadi metode utama untuk menentukan awal Ramadan. Namun, jika hilal tidak terlihat karena kondisi cuaca atau faktor lainnya, maka hisab digunakan untuk memprediksi awal Ramadan. Kombinasi rukyat dan hisab memastikan bahwa awal bulan Ramadan dapat ditentukan secara akurat dan tepat waktu.
Metode Rukyat
Metode rukyat merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan awal bulan Ramadan, sehingga memiliki kaitan erat dengan aspek “nu puasa kapan”. Metode rukyat adalah pengamatan langsung terhadap hilal (bulan sabit muda) setelah matahari terbenam. Pengamatan ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari ahli astronomi dan tokoh agama.
- Waktu Pengamatan
Pengamatan hilal dilakukan pada sore hari setelah matahari terbenam. Waktu pengamatan bervariasi tergantung pada posisi geografis dan kondisi cuaca.
- Tempat Pengamatan
Pengamatan hilal dilakukan di tempat yang tinggi dan terbuka, seperti puncak bukit atau menara. Hal ini untuk memastikan bahwa pengamat memiliki yang luas dan tidak terhalang oleh bangunan atau pepohonan.
- Kriteria Hilal
Hilal yang diamati harus memenuhi kriteria tertentu, yaitu terlihat oleh mata telanjang, berada di atas ufuk barat, dan berada pada ketinggian minimal 2 derajat.
- Pelaporan Hasil
Hasil pengamatan hilal dilaporkan kepada pihak berwenang, biasanya Kementerian Agama. Jika hilal terlihat, maka keesokan harinya adalah awal bulan Ramadan.
Metode rukyat memiliki peran penting dalam menentukan “nu puasa kapan” karena memberikan dasar pengamatan langsung terhadap hilal. Jika hilal terlihat, maka tidak ada keraguan lagi bahwa keesokan harinya adalah awal bulan Ramadan. Namun, jika hilal tidak terlihat karena kondisi cuaca atau faktor lainnya, maka penentuan awal Ramadan dilakukan berdasarkan perhitungan hisab.
Ijtimak
Dalam konteks “nu puasa kapan”, ijtimak memiliki peran penting dalam menentukan awal bulan Ramadan. Ijtimak secara bahasa berarti “bertemu”. Dalam konteks astronomi, ijtimak merujuk pada peristiwa ketika terjadi konjungsi antara matahari dan bulan, yaitu ketika bujur ekliptika matahari dan bulan sama.
Peristiwa ijtimak menjadi dasar perhitungan awal bulan baru dalam kalender Hijriah, termasuk bulan Ramadan. Setelah terjadinya ijtimak, bulan baru akan segera lahir dan hilal (bulan sabit muda) akan mulai terlihat. Oleh karena itu, ijtimak menjadi titik awal penentuan “nu puasa kapan”. Jika ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam, maka keesokan harinya adalah awal bulan Ramadan. Namun, jika ijtimak terjadi setelah matahari terbenam, maka awal bulan Ramadan jatuh pada hari berikutnya.
Memahami hubungan antara ijtimak dan “nu puasa kapan” sangat penting bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa. Dengan mengetahui kapan ijtimak terjadi, umat Islam dapat mempersiapkan diri untuk menyambut bulan Ramadan dan menjalankan ibadah puasa tepat waktu. Selain itu, pemahaman ini juga penting untuk menghindari perbedaan dalam penentuan awal bulan Ramadan di berbagai wilayah, sehingga umat Islam di seluruh dunia dapat menjalankan ibadah puasa secara serentak.
Wujudul Hilal
Dalam konteks “nu puasa kapan”, wujudul hilal memegang peranan penting dalam menentukan awal bulan Ramadan. Wujudul hilal secara harfiah berarti “keberadaan hilal” dan merujuk pada kondisi di mana hilal (bulan sabit muda) dapat terlihat oleh mata telanjang setelah matahari terbenam.
- Visibilitas Hilal
Visibilitas hilal menjadi faktor krusial dalam wujudul hilal. Hilal harus terlihat jelas oleh mata telanjang di atas ufuk barat setelah matahari terbenam. Kemampuan melihat hilal bergantung pada berbagai faktor, seperti kondisi cuaca, posisi geografis, dan ketajaman penglihatan pengamat.
- Posisi Hilal
Posisi hilal juga memengaruhi wujudul hilal. Hilal harus berada pada posisi tertentu di langit, yaitu di atas ufuk barat dan pada ketinggian minimal 2 derajat. Posisi hilal dapat dihitung secara astronomis berdasarkan parameter seperti elongasi dan sudut fase bulan.
- Faktor Cuaca
Faktor cuaca dapat memengaruhi wujudul hilal. Awan tebal, hujan, atau polusi udara dapat menghalangi visibilitas hilal dan menyulitkan pengamatan. Dalam kondisi cuaca yang tidak mendukung, pengamat mungkin tidak dapat melihat hilal meskipun sebenarnya hilal sudah wujud.
- Pengaruh Geografis
Pengaruh geografis juga berperan dalam wujudul hilal. Perbedaan lokasi geografis dapat menyebabkan perbedaan waktu matahari terbenam dan visibilitas hilal. Akibatnya, wujudul hilal dapat terjadi pada waktu yang berbeda di berbagai wilayah di dunia.
Dengan memahami aspek-aspek wujudul hilal, umat Islam dapat lebih memahami dan mengantisipasi kapan awal bulan Ramadan tiba. Wujudul hilal menjadi penanda penting dalam menentukan “nu puasa kapan” dan menjadi dasar bagi pelaksanaan ibadah puasa selama bulan Ramadan.
Tanggal 1 Ramadan
Tanggal 1 Ramadan merupakan hari pertama bulan Ramadan, bulan suci bagi umat Islam di seluruh dunia. Tanggal 1 Ramadan sangat penting dalam konteks “nu puasa kapan” karena menandai dimulainya ibadah puasa selama bulan Ramadan. Penentuan Tanggal 1 Ramadan dilakukan melalui pengamatan hilal (rukyat) atau perhitungan astronomi (hisab). Apabila hilal terlihat, maka keesokan harinya ditetapkan sebagai Tanggal 1 Ramadan dan dimulailah ibadah puasa. Sementara itu, jika hilal tidak terlihat, maka Tanggal 1 Ramadan jatuh pada hari berikutnya.
Dengan demikian, Tanggal 1 Ramadan merupakan komponen penting dari “nu puasa kapan” dan menjadi acuan bagi umat Islam dalam memulai dan mengakhiri ibadah puasa selama bulan Ramadan. Memahami hubungan antara Tanggal 1 Ramadan dan “nu puasa kapan” sangat penting untuk memastikan keseragaman dalam menjalankan ibadah puasa di seluruh dunia.
Waktu Berbuka Puasa
Waktu berbuka puasa merupakan salah satu aspek penting dalam konteks “nu puasa kapan”. Waktu berbuka puasa menandai berakhirnya waktu puasa harian selama bulan Ramadan. Dengan memahami waktu berbuka puasa, umat Islam dapat mempersiapkan diri untuk mengakhiri puasa tepat waktu dan melaksanakan ibadah selanjutnya, seperti salat maghrib dan tarawih.
Waktu berbuka puasa sangat terkait dengan “nu puasa kapan” karena ibadah puasa dimulai pada waktu fajar (imsak) dan diakhiri pada waktu berbuka puasa. Penetapan waktu berbuka puasa dilakukan berdasarkan posisi matahari. Ketika matahari terbenam, umat Islam diperbolehkan untuk berbuka puasa. Posisi matahari dapat ditentukan melalui pengamatan langsung atau perhitungan astronomi.
Dalam praktiknya, waktu berbuka puasa dapat bervariasi di setiap wilayah karena perbedaan waktu matahari terbenam. Lembaga keagamaan atau pemerintah biasanya mengumumkan waktu berbuka puasa berdasarkan perhitungan astronomi yang akurat. Umat Islam dapat merujuk pada pengumuman tersebut atau menggunakan aplikasi penentuan waktu salat untuk mengetahui waktu berbuka puasa yang tepat di wilayah mereka.
Waktu Sahur
Waktu sahur merupakan salah satu aspek penting yang terkait dengan “nu puasa kapan”. Waktu sahur adalah waktu di mana umat Islam diperbolehkan untuk makan dan minum sebelum memulai puasa pada bulan Ramadan. Memahami waktu sahur sangat penting agar umat Islam dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk menjalankan ibadah puasa.
- Waktu Dimulainya Sahur
Waktu sahur dimulai sejak masuknya waktu fajar (imsak) hingga waktu subuh. Waktu imsak di setiap daerah dapat berbeda-beda, tergantung pada posisi geografis dan perhitungan astronomi.
- Waktu Berakhirnya Sahur
Waktu sahur berakhir pada waktu subuh, yaitu ketika terbit fajar (fajar yang sebenarnya). Setelah waktu subuh masuk, umat Islam tidak diperbolehkan lagi untuk makan dan minum.
- Makanan Sahur
Makanan sahur sebaiknya terdiri dari makanan yang bergizi dan mengenyangkan, agar dapat memberikan energi yang cukup selama berpuasa. Contoh makanan sahur yang baik antara lain nasi, lauk-pauk, buah-buahan, dan sayuran.
- Manfaat Sahur
Sahur memiliki banyak manfaat, di antaranya membantu memberikan energi selama berpuasa, mencegah dehidrasi, dan menjaga kesehatan tubuh. Dengan sahur, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik dan optimal.
Dengan memahami berbagai aspek waktu sahur, umat Islam dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Waktu sahur merupakan bagian penting dari “nu puasa kapan” dan berkontribusi pada kelancaran dan kekhusyukan ibadah puasa.
Niat Puasa
Niat puasa merupakan salah satu aspek penting yang terkait dengan “nu puasa kapan”. Niat puasa adalah keinginan atau kehendak untuk melakukan ibadah puasa pada bulan Ramadan. Niat puasa harus dilakukan sebelum memulai puasa, yaitu pada malam hari sebelum terbit fajar (imsak). Tanpa adanya niat puasa, ibadah puasa tidak dianggap sah.
- Waktu Niat Puasa
Waktu niat puasa dimulai dari setelah matahari terbenam pada hari sebelumnya hingga sebelum terbit fajar (imsak) pada hari puasa. Niat puasa dapat diucapkan dalam hati atau secara lisan.
- Rukun Niat Puasa
Niat puasa memiliki tiga rukun, yaitu:
- Meniatkan ibadah puasa
- Meniatkan puasa pada bulan Ramadan
- Meniatkan puasa karena Allah SWT
- Contoh Niat Puasa
Berikut ini contoh niat puasa yang dapat diucapkan: “Saya niat berpuasa esok hari karena Allah SWT, untuk menunaikan ibadah puasa pada bulan Ramadan.”
- Implikasi Niat Puasa
Niat puasa memiliki implikasi yang besar dalam konteks “nu puasa kapan”. Jika seseorang tidak memiliki niat puasa sebelum terbit fajar, maka puasanya tidak dianggap sah dan harus diqadha pada hari lain di luar bulan Ramadan.
Dengan memahami berbagai aspek niat puasa, umat Islam dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Niat puasa merupakan bagian penting dari “nu puasa kapan” dan berkontribusi pada kelancaran dan kekhusyukan ibadah puasa.
Tanya Jawab Seputar “Nu Puasa Kapan”
Berikut adalah tanya jawab seputar “nu puasa kapan” yang sering ditanyakan oleh masyarakat:
Pertanyaan 1: Kapan waktu yang tepat untuk memulai puasa Ramadan?
Jawaban: Puasa Ramadan dimulai pada tanggal 1 Ramadan, yaitu saat hilal (bulan sabit muda) pertama kali terlihat setelah matahari terbenam. Jika hilal tidak terlihat pada malam hari, maka puasa dimulai pada hari berikutnya.
Pertanyaan 2: Bagaimana cara menentukan awal bulan Ramadan?
Jawaban: Awal bulan Ramadan dapat ditentukan melalui dua metode, yaitu rukyatul hilal (pengamatan hilal) dan hisab (perhitungan astronomi). Rukyatul hilal dilakukan oleh tim yang terdiri dari ahli astronomi dan tokoh agama, sedangkan hisab dilakukan oleh lembaga-lembaga astronomi.
Pertanyaan 3: Apa yang dimaksud dengan wujudul hilal?
Jawaban: Wujudul hilal adalah kondisi di mana hilal dapat terlihat oleh mata telanjang setelah matahari terbenam. Wujudul hilal menjadi dasar penentuan awal bulan Ramadan melalui metode rukyatul hilal.
Pertanyaan 4: Bagaimana jika hilal tidak terlihat pada malam pertama Ramadan?
Jawaban: Jika hilal tidak terlihat pada malam pertama Ramadan, maka puasa dimulai pada hari berikutnya. Hal ini sesuai dengan kaidah (jika tertutup oleh kalian maka sempurnakanlah bilangannya).
Pertanyaan 5: Apakah niat puasa harus diucapkan?
Jawaban: Niat puasa tidak harus diucapkan, namun dapat diucapkan dalam hati. Waktu niat puasa dimulai dari setelah matahari terbenam hingga sebelum terbit fajar.
Pertanyaan 6: Apa yang membatalkan puasa?
Jawaban: Puasa dapat batal karena beberapa hal, seperti makan dan minum secara sengaja, muntah dengan sengaja, berhubungan suami istri, mengeluarkan mani, dan haid.
Demikianlah tanya jawab seputar “nu puasa kapan”. Pemahaman yang baik tentang aspek-aspek ini sangat penting bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan.
Selanjutnya, kita akan membahas tentang tata cara pelaksanaan ibadah puasa, termasuk waktu imsak dan berbuka puasa.
Tips Menjalankan Ibadah Puasa
Tips berikut ini dapat membantu Anda menjalankan ibadah puasa dengan baik dan lancar selama bulan Ramadan:
Tip 1: Persiapkan Diri Secara Fisik dan Mental
Sebelum memulai puasa, pastikan tubuh Anda dalam kondisi sehat. Konsumsi makanan bergizi dan cukup istirahat. Selain itu, siapkan mental Anda dengan memperbanyak doa dan membaca Al-Qur’an.
Tip 2: Tentukan Waktu Imsak dan Berbuka Puasa
Mengetahui waktu imsak dan berbuka puasa sangat penting untuk menjalankan puasa dengan benar. Anda dapat merujuk pada pengumuman resmi atau menggunakan aplikasi penentuan waktu salat.
Tip 3: Niat Puasa Sebelum Imsak
Niat puasa harus dilakukan sebelum waktu imsak. Anda dapat mengucapkan niat dalam hati atau secara lisan.
Tip 4: Sahur dengan Makanan Bergizi
Makan sahur sangat dianjurkan untuk memberikan energi selama berpuasa. Pilih makanan yang bergizi dan mengenyangkan, seperti nasi, lauk-pauk, buah-buahan, dan sayuran.
Tip 5: Hindari Makan dan Minum yang Membatalkan Puasa
Selama berpuasa, Anda harus menghindari makan dan minum yang dapat membatalkan puasa. Beberapa hal yang membatalkan puasa antara lain makan dan minum secara sengaja, muntah dengan sengaja, berhubungan suami istri, mengeluarkan mani, dan haid.
Tip 6: Manfaatkan Waktu untuk Beribadah
Bulan Ramadan adalah waktu yang tepat untuk memperbanyak ibadah. Selain salat fardhu, Anda dapat memperbanyak salat sunnah, membaca Al-Qur’an, berzikir, dan berdoa.
Tip 7: Kendalikan Diri dari Perilaku Negatif
Puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari perilaku negatif. Hindari berkata-kata buruk, berbuat maksiat, dan melakukan hal-hal yang dapat mengurangi pahala puasa.
Tip 8: Berbuka Puasa dengan yang Manis
Setelah berpuasa seharian, Anda dapat berbuka puasa dengan makanan dan minuman yang manis. Hal ini untuk mengembalikan kadar gula darah dalam tubuh secara bertahap.
Dengan mengikuti tips-tips ini, Insya Allah Anda dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik dan lancar selama bulan Ramadan. Puasa yang dijalankan dengan ikhlas dan penuh penghayatan akan memberikan banyak manfaat, baik secara spiritual maupun kesehatan.
Selanjutnya, kita akan membahas tentang keutamaan dan hikmah dari ibadah puasa. Keutamaan dan hikmah ini dapat menjadi motivasi bagi kita untuk menjalankan puasa dengan penuh semangat.
Kesimpulan
Pembahasan mengenai “nu puasa kapan” dalam artikel ini memberikan beberapa poin penting, yaitu:
- Waktu dimulainya puasa Ramadan ditentukan melalui pengamatan hilal (rukyat) atau perhitungan astronomi (hisab).
- Niat puasa harus dilakukan sebelum waktu imsak dan menjadi syarat sahnya ibadah puasa.
- Puasa Ramadan memiliki banyak manfaat, baik secara spiritual maupun kesehatan, dan menjadi salah satu rukun Islam yang wajib dijalankan oleh umat Islam.
Memahami aspek-aspek “nu puasa kapan” sangat penting bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Dengan mempersiapkan diri dengan baik dan menjalankan puasa sesuai dengan tuntunan syariat, diharapkan kita dapat memperoleh pahala yang berlimpah dan keberkahan di bulan suci ini.
Youtube Video:
