Hukum tarawih sendiri adalah ibadah sunnah yang dikerjakan pada bulan Ramadan setelah shalat Isya. Hukum tarawih secara bahasa berarti istirahat dan secara istilah berarti shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari di bulan Ramadan. Contohnya, seseorang yang melaksanakan shalat tarawih sendiri di rumahnya.
Hukum tarawih sendiri memiliki banyak manfaat, seperti melatih kesabaran, kekhusyuan, dan ketaatan kepada Allah SWT. Selain itu, juga memiliki nilai historis yang kuat. Pada zaman Rasulullah SAW, shalat tarawih dikerjakan secara berjamaah di masjid. Namun, pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, tarawih diubah menjadi shalat sunnah yang dikerjakan sendiri-sendiri di rumah karena khawatir menjadi kewajiban bagi umat Islam.
Jaga Kesehatan si kecil dengan cari my baby di shopee : https://s.shopee.co.id/7zsVkHI1Ih
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang hukum tarawih sendiri, mulai dari sejarah, keutamaan, hingga tata cara pelaksanaannya. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua dalam meningkatkan kualitas ibadah kita di bulan Ramadan.
hukum tarawih sendiri
Hukum tarawih sendiri merupakan aspek penting yang perlu dipahami dalam menjalankan ibadah tarawih. Ada beberapa aspek hukum tarawih sendiri yang perlu diperhatikan, antara lain:
- sunnah muakkadah
- dikerjakan setelah shalat Isya
- dikerjakan secara berjamaah lebih utama
- tidak boleh dikerjakan lebih dari 20 rakaat
- dianjurkan membaca surah Al-Ikhlas pada setiap rakaat
- tidak boleh mengerjakan tarawih secara berurutan
- boleh dikerjakan di masjid atau di rumah
- mendapat pahala yang besar
Memahami hukum tarawih sendiri sangat penting agar ibadah tarawih yang kita kerjakan sesuai dengan tuntunan syariat. Dengan menjalankan tarawih sesuai dengan hukumnya, kita dapat memperoleh pahala yang besar dan meningkatkan kualitas ibadah kita di bulan Ramadan.
Sunnah Muakkadah
Sunnah muakkadah adalah amalan yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW, sehingga sangat dianjurkan untuk dikerjakan oleh umat Islam. Hukum tarawih sendiri termasuk dalam kategori sunnah muakkadah. Hal ini berarti bahwa hukum tarawih sendiri sangat dianjurkan untuk dikerjakan, meskipun tidak wajib. Meninggalkan tarawih tanpa alasan yang syar’i hukumnya makruh.
Sunnah muakkadah menjadi salah satu unsur penting dalam hukum tarawih sendiri. Sebab, hukum tarawih sendiri didasarkan pada anjuran Rasulullah SAW yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan oleh umat Islam. Dengan demikian, mengerjakan tarawih sendiri merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
Contoh sunnah muakkadah dalam hukum tarawih sendiri adalah salat tarawih yang dikerjakan secara berjamaah di masjid. Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk mengerjakan salat tarawih secara berjamaah di masjid. Hal ini sebagaimana sabda beliau, “Barang siapa yang salat tarawih bersama imam hingga selesai, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang menghidupkan malam sepanjang malam.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Memahami hubungan antara sunnah muakkadah dan hukum tarawih sendiri sangat penting bagi umat Islam. Dengan memahami hubungan ini, umat Islam dapat menjalankan ibadah tarawih dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Selain itu, dengan memahami hubungan ini, umat Islam dapat memperoleh pahala yang besar dari ibadah tarawih yang dikerjakannya.
dikerjakan setelah shalat Isya
Tarawih, sebuah ibadah sunnah yang sangat dianjurkan pada bulan Ramadan, memiliki ketentuan waktu pelaksanaan, yaitu setelah shalat Isya. Ketentuan ini menjadi bagian penting dari hukum tarawih sendiri yang perlu dipahami dan diamalkan oleh umat Islam.
- Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan tarawih dimulai setelah shalat Isya dan berakhir sebelum masuk waktu shalat Subuh. Hal ini didasarkan pada anjuran Rasulullah SAW yang bersabda, “Barang siapa yang mengerjakan shalat Isya berjamaah, maka ia telah mengerjakan separuh malam. Barang siapa yang mengerjakan shalat Subuh berjamaah, maka ia telah mengerjakan shalat sepanjang malam.” (HR. Muslim) - Dianjurkan Berjamaah
Meskipun tarawih sendiri dapat dikerjakan secara sendiri-sendiri, namun Rasulullah SAW menganjurkan untuk mengerjakannya secara berjamaah di masjid. Hal ini sebagaimana sabda beliau, “Sholat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat dibanding sholat sendirian.” (HR. Bukhari dan Muslim) - Shalat Sunnah Sebelum Tarawih
Sebelum mengerjakan shalat tarawih, disunnahkan untuk mengerjakan shalat sunnah witir terlebih dahulu. Shalat witir merupakan shalat sunnah yang dikerjakan setelah shalat Isya dan sebelum shalat Subuh. - Jumlah Rakaat
Jumlah rakaat shalat tarawih tidak ditentukan secara pasti. Namun, mayoritas ulama berpendapat bahwa jumlah rakaat shalat tarawih adalah 8 rakaat, ditambah dengan 3 rakaat shalat witir. Jumlah rakaat ini didasarkan pada praktik yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Memahami ketentuan waktu pelaksanaan shalat tarawih, yaitu setelah shalat Isya, sangat penting dalam menjalankan ibadah tarawih sesuai dengan tuntunan syariat. Dengan menjalankan tarawih sesuai dengan ketentuan waktu pelaksanaannya, umat Islam dapat memperoleh pahala yang besar dan meningkatkan kualitas ibadah mereka di bulan Ramadan.
dikerjakan secara berjamaah lebih utama
Dalam hukum tarawih sendiri, dijelaskan bahwa mengerjakan shalat tarawih secara berjamaah di masjid lebih utama dibandingkan mengerjakannya sendiri di rumah. Hal ini didasarkan pada anjuran Rasulullah SAW yang bersabda, “Sholat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat dibanding sholat sendirian.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ada beberapa alasan mengapa mengerjakan shalat tarawih secara berjamaah lebih utama, di antaranya:
- Mendapatkan pahala yang lebih besar. Shalat berjamaah memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan shalat sendiri. Hal ini karena dalam shalat berjamaah terdapat kebersamaan, kekhusyukan, dan motivasi yang lebih kuat.
- Meningkatkan rasa persatuan dan kebersamaan. Shalat tarawih berjamaah dapat mempererat tali silaturahmi antar sesama umat Islam. Selain itu, juga dapat menumbuhkan rasa persatuan dan kebersamaan dalam beribadah.
- Memperoleh bimbingan dan tuntunan. Dalam shalat tarawih berjamaah, terdapat imam yang memimpin shalat. Imam yang baik akan memberikan bimbingan dan tuntunan dalam pelaksanaan shalat, sehingga dapat membantu jamaah untuk melaksanakan shalat dengan benar dan sesuai dengan tuntunan syariat.
Dengan memahami keutamaan mengerjakan shalat tarawih secara berjamaah, diharapkan umat Islam dapat lebih termotivasi untuk melaksanakan shalat tarawih berjamaah di masjid. Selain memperoleh pahala yang lebih besar, shalat tarawih berjamaah juga dapat meningkatkan rasa persatuan dan kebersamaan, serta memperoleh bimbingan dan tuntunan dalam pelaksanaan shalat.
tidak boleh dikerjakan lebih dari 20 rakaat
Dalam hukum tarawih sendiri, salah satu ketentuan yang perlu diperhatikan adalah tidak boleh dikerjakan lebih dari 20 rakaat. Ketentuan ini didasarkan pada praktik yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Rasulullah SAW biasanya mengerjakan shalat tarawih sebanyak 8 rakaat, ditambah dengan 3 rakaat shalat witir. Jumlah rakaat ini kemudian menjadi pedoman bagi umat Islam dalam mengerjakan shalat tarawih.
Ada beberapa alasan mengapa shalat tarawih tidak boleh dikerjakan lebih dari 20 rakaat. Di antaranya adalah untuk menjaga kesehatan dan stamina jamaah. Shalat tarawih biasanya dikerjakan pada malam hari, setelah seharian berpuasa. Jika shalat tarawih dikerjakan terlalu banyak, dikhawatirkan akan membebani jamaah dan dapat mengganggu kesehatan mereka.
Selain itu, membatasi jumlah rakaat shalat tarawih juga bertujuan untuk menjaga kekhusyukan dan fokus jamaah. Shalat tarawih yang terlalu panjang dapat membuat jamaah menjadi lelah dan kurang fokus dalam beribadah. Dengan membatasi jumlah rakaat, diharapkan jamaah dapat lebih fokus dan khusyuk dalam melaksanakan shalat tarawih.
Dalam praktiknya, ketentuan tidak boleh dikerjakan lebih dari 20 rakaat ini menjadi salah satu aspek penting dalam hukum tarawih sendiri. Umat Islam yang mengerjakan shalat tarawih sendiri di rumah biasanya akan mengerjakan sebanyak 8 rakaat, ditambah dengan 3 rakaat shalat witir. Dengan memahami dan menjalankan ketentuan ini, umat Islam dapat melaksanakan shalat tarawih dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syariat.
dianjurkan membaca surah Al-Ikhlas pada setiap rakaat
Dalam hukum tarawih sendiri, dianjurkan untuk membaca surah Al-Ikhlas pada setiap rakaat. Anjuran ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, “Barang siapa yang membaca surah Al-Ikhlas pada setiap rakaat shalat, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah istana di surga.” Hadits ini menunjukkan keutamaan membaca surah Al-Ikhlas dalam shalat, termasuk dalam shalat tarawih.
Membaca surah Al-Ikhlas pada setiap rakaat shalat tarawih memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
- Mendapatkan pahala yang besar, sesuai dengan janji Rasulullah SAW dalam hadits di atas.
- Meningkatkan kekhusyukan dan fokus dalam shalat, karena surah Al-Ikhlas berisi penegasan tentang keesaan Allah SWT.
- Mempermudah menghafal surah Al-Ikhlas, karena dibaca berulang-ulang pada setiap rakaat.
Dalam praktiknya, anjuran membaca surah Al-Ikhlas pada setiap rakaat shalat tarawih banyak dilakukan oleh umat Islam. Misalnya, ketika mengerjakan shalat tarawih sendiri di rumah, seseorang dapat membaca surah Al-Ikhlas pada setiap rakaat, baik sebagai bacaan pada rakaat pertama atau rakaat kedua. Selain itu, ketika mengerjakan shalat tarawih berjamaah di masjid, imam juga biasanya membaca surah Al-Ikhlas pada setiap rakaat.
Dengan memahami anjuran membaca surah Al-Ikhlas pada setiap rakaat shalat tarawih dan manfaatnya, diharapkan umat Islam dapat lebih termotivasi untuk mengamalkannya. Dengan demikian, kualitas ibadah tarawih dapat meningkat, sehingga dapat memperoleh pahala yang besar dan keberkahan dari Allah SWT.
tidak boleh mengerjakan tarawih secara berurutan
Dalam hukum tarawih sendiri, terdapat ketentuan bahwa tarawih tidak boleh dikerjakan secara berurutan. Ketentuan ini memiliki tujuan untuk menjaga kekhusyukan dan fokus jamaah dalam melaksanakan shalat tarawih. Jika tarawih dikerjakan secara berurutan, dikhawatirkan jamaah akan menjadi lelah dan kurang fokus dalam beribadah.
Selain itu, mengerjakan tarawih secara berurutan juga dapat mengurangi pahala yang diperoleh. Hal ini karena Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk mengerjakan shalat tarawih dengan cara diselingi dengan istirahat atau zikir. Dengan demikian, mengerjakan tarawih secara berurutan tanpa istirahat dapat mengurangi pahala yang diperoleh.
Dalam praktiknya, ketentuan tidak boleh mengerjakan tarawih secara berurutan ini biasanya diterapkan dengan cara mengerjakan shalat tarawih dengan diselingi istirahat atau zikir. Misalnya, setelah mengerjakan 2 rakaat tarawih, jamaah dapat beristirahat sejenak atau membaca zikir sebelum melanjutkan ke 2 rakaat berikutnya. Dengan cara ini, jamaah dapat menjaga kekhusyukan dan fokus dalam melaksanakan shalat tarawih, serta memperoleh pahala yang lebih besar.
Dengan memahami ketentuan tidak boleh mengerjakan tarawih secara berurutan dan hikmah di baliknya, diharapkan umat Islam dapat melaksanakan shalat tarawih dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Dengan demikian, kualitas ibadah tarawih dapat meningkat, sehingga dapat memperoleh pahala yang besar dan keberkahan dari Allah SWT.
boleh dikerjakan di masjid atau di rumah
Dalam hukum tarawih sendiri, terdapat ketentuan bahwa tarawih boleh dikerjakan di masjid atau di rumah. Ketentuan ini memberikan kemudahan bagi umat Islam dalam melaksanakan shalat tarawih, baik secara berjamaah maupun sendiri-sendiri.
Boleh dikerjakan di masjid atau di rumah merupakan salah satu faktor penting dalam hukum tarawih sendiri. Hal ini karena tarawih merupakan ibadah sunnah yang tidak diwajibkan untuk dikerjakan di masjid. Dengan demikian, umat Islam dapat memilih untuk mengerjakan tarawih di masjid atau di rumah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing.
Contoh nyata boleh dikerjakan di masjid atau di rumah dalam hukum tarawih sendiri adalah adanya praktik pelaksanaan shalat tarawih di rumah oleh sebagian umat Islam. Biasanya, shalat tarawih di rumah dikerjakan secara sendiri-sendiri atau bersama keluarga. Hal ini dilakukan karena berbagai alasan, seperti kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan untuk pergi ke masjid, jarak masjid yang jauh, atau kesibukan lainnya.
Memahami hubungan antara boleh dikerjakan di masjid atau di rumah dan hukum tarawih sendiri sangat penting dalam praktik ibadah umat Islam. Dengan memahami hubungan ini, umat Islam dapat melaksanakan shalat tarawih dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syariat. Selain itu, pemahaman ini juga dapat memberikan kemudahan dan kelonggaran bagi umat Islam dalam melaksanakan ibadah tarawih, sehingga dapat memperoleh pahala yang besar dan keberkahan dari Allah SWT.
mendapat pahala yang besar
Dalam hukum tarawih sendiri, salah satu keutamaan yang sangat besar adalah memperoleh pahala yang berlimpah. Pahala ini diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya yang mengerjakan tarawih dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan syariat.
- Pahala Sunnah Muakkadah
Tarawih termasuk ibadah sunnah muakkadah, yaitu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan. Pahala mengerjakan sunnah muakkadah sangat besar, bahkan mendekati pahala ibadah wajib.
- Pahala Qiyamul Lail
Tarawih termasuk ibadah qiyamul lail, yaitu ibadah shalat malam. Allah SWT sangat memuliakan orang yang mengerjakan qiyamul lail, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Muzammil ayat 6: “Sesungguhnya bangun malam untuk shalat adalah lebih tepat dan bacaan di waktu itu lebih berkesan di hati.”.
- Pahala Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW
Tarawih merupakan ibadah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dengan mengerjakan tarawih, seorang muslim berarti mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Hal ini sangat dianjurkan karena pahalanya sangat besar, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa menghidupkan malam Ramadan dengan ibadah karena iman dan mencari pahala, maka diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Pahala Mempererat Ukhuwah Islamiah
Tarawih berjamaah dapat mempererat ukhuwah Islamiah antar sesama muslim. Dengan berkumpul bersama di masjid dan melaksanakan ibadah tarawih, rasa persaudaraan dan kebersamaan akan semakin kuat. Hal ini juga mendatangkan pahala yang besar, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa yang berjalan ke masjid untuk mengerjakan shalat berjamaah, maka setiap langkahnya dicatat sebagai pahala kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan memahami keutamaan dan pahala yang besar dalam mengerjakan tarawih, diharapkan umat Islam semakin semangat untuk melaksanakan ibadah ini dengan penuh keikhlasan dan sesuai dengan tuntunan syariat. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita dan memberikan pahala yang berlimpah kepada kita semua.
Pertanyaan Umum tentang Hukum Tarawih Sendiri
Pertanyaan umum ini akan membahas hukum tarawih sendiri, memberikan jawaban atas pertanyaan umum dan mengklarifikasi kesalahpahaman. Pertanyaan ini disusun berdasarkan pertanyaan umum dari umat Islam tentang topik ini.
Pertanyaan 1: Apa hukum mengerjakan tarawih sendiri?
Hukum mengerjakan shalat tarawih sendiri adalah sunnah muakkadah, artinya sangat dianjurkan. Meskipun tidak diwajibkan, sangat dianjurkan untuk mengerjakan shalat tarawih karena memiliki pahala yang besar.
Pertanyaan 2: Bolehkah mengerjakan tarawih sendiri di rumah?
Ya, boleh. Tarawih boleh dikerjakan di masjid atau di rumah. Jika dikerjakan di rumah, pastikan untuk menjaga kekhusyukan dan mengikuti ketentuan-ketentuan shalat tarawih, seperti tidak boleh dikerjakan lebih dari 20 rakaat.
Pertanyaan 3: Berapa rakaat tarawih yang disunnahkan?
Jumlah rakaat tarawih yang disunnahkan adalah 8 rakaat, ditambah 3 rakaat shalat witir. Namun, tidak masalah jika mengerjakan lebih atau kurang dari jumlah tersebut, selama tidak lebih dari 20 rakaat.
Pertanyaan 4: Apakah boleh membaca surah yang sama pada setiap rakaat tarawih?
Ya, boleh. Tidak ada ketentuan khusus tentang surah yang dibaca pada shalat tarawih. Namun, dianjurkan untuk membaca surah Al-Ikhlas pada setiap rakaat karena memiliki pahala yang besar.
Pertanyaan 5: Apakah boleh mengerjakan tarawih secara berurutan?
Sebaiknya tidak. Dianjurkan untuk mengerjakan shalat tarawih dengan diselingi istirahat atau mengerjakan shalat sunnah lain, seperti shalat witir.
Pertanyaan 6: Apa keutamaan mengerjakan tarawih sendiri?
Keutamaan mengerjakan tarawih sendiri antara lain mendapatkan pahala yang besar, pahala qiyamul lail, pahala mengikuti sunnah Rasulullah SAW, dan pahala mempererat ukhuwah Islamiah jika dikerjakan berjamaah.
Pertanyaan umum ini memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang hukum tarawih sendiri, sehingga umat Islam dapat menjalankan ibadah ini dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syariat.
Aspek penting lainnya yang perlu dibahas adalah tata cara dan adab dalam melaksanakan shalat tarawih, baik secara sendiri maupun berjamaah.
Tips Mengerjakan Tarawih Sendiri
Selain memahami hukum tarawih sendiri, penting juga untuk memperhatikan tips dalam mengerjakannya agar ibadah yang dilakukan berkualitas dan sesuai dengan tuntunan syariat. Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat diterapkan:
Tip 1: Niat yang Ikhlas
Sebelum memulai shalat tarawih, niatkan dengan ikhlas karena Allah SWT dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW.
Tip 2: Berwudhu dengan Sempurna
Berwudhulah dengan sempurna sebelum shalat tarawih untuk menghilangkan hadas dan mensucikan diri.
Tip 3: Menjaga Kekhusyukan
Jaga kekhusyukan selama shalat tarawih dengan fokus pada gerakan dan bacaan shalat, serta hindari hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi.
Tip 4: Memperhatikan Bacaan
Bacalah ayat-ayat Al-Qur’an dengan tartil dan jelas, serta renungkan maknanya.
Tip 5: Memperbanyak Istighfar
Perbanyak membaca istighfar (memohon ampun kepada Allah SWT) pada setiap rakaat shalat tarawih.
Tip 6: Mengerjakan dengan Tertib
Kerjakan shalat tarawih dengan tertib, tidak terburu-buru, dan tidak mengerjakannya secara berurutan.
Tip 7: Memperhatikan Waktu Istirahat
Berilah waktu istirahat yang cukup di antara setiap rakaat atau setiap beberapa rakaat untuk menjaga stamina dan kekhusyukan.
Tip 8: Mengakhiri dengan Shalat Witir
Akhiri shalat tarawih dengan shalat witir sebagai penutup ibadah malam.
Dengan menerapkan tips-tips di atas, diharapkan umat Islam dapat mengerjakan shalat tarawih sendiri dengan baik dan benar, sehingga memperoleh pahala yang besar dan meningkatkan kualitas ibadah di bulan Ramadan.
Tips-tips ini menjadi penting untuk dipraktikkan dalam rangka meningkatkan kualitas ibadah tarawih secara keseluruhan, sebagaimana akan dibahas lebih lanjut pada bagian penutup artikel.
Kesimpulan
Dalam pembahasan hukum tarawih sendiri, terdapat beberapa poin penting yang perlu dipahami dan diamalkan oleh umat Islam. Pertama, hukum tarawih sendiri adalah sunnah muakkadah, yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan karena memiliki pahala yang besar. Kedua, tarawih dapat dikerjakan secara berjamaah di masjid atau sendiri di rumah, dengan tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Ketiga, dalam mengerjakan tarawih sendiri, perlu diperhatikan beberapa aspek penting, seperti niat yang ikhlas, kekhusyukan, ketertiban, dan waktu istirahat.
Memahami hukum tarawih sendiri dan mengamalkannya dengan baik akan meningkatkan kualitas ibadah kita di bulan Ramadan. Tarawih sendiri menjadi salah satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Melalui ibadah tarawih, kita dapat meraih pahala yang besar, melatih kesabaran, kekhusyukan, dan ketaqwaan kita. Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan bulan Ramadan ini untuk memperbanyak ibadah, salah satunya dengan mengerjakan shalat tarawih sendiri dengan penuh keikhlasan dan sesuai dengan tuntunan syariat.