Hari Diharamkan Puasa

jurnal


Hari Diharamkan Puasa

Hari yang diharamkan puasa adalah hari-hari tertentu dalam kalender Islam di mana umat Islam dilarang berpuasa. Hari-hari ini meliputi hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan hari Tasyrik (tiga hari setelah Idul Adha). Sebagai contoh, pada hari raya Idul Fitri, umat Islam diwajibkan untuk merayakannya dengan makan dan minum sebagai bentuk rasa syukur atas selesainya ibadah puasa Ramadhan.

Melaksanakan puasa pada hari yang diharamkan memiliki beberapa manfaat, di antaranya adalah melatih kesabaran dan pengendalian diri, serta meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Selain itu, terdapat pula peristiwa bersejarah yang melatarbelakangi penetapan hari-hari yang diharamkan puasa, seperti peristiwa turunnya wahyu tentang kebolehan berbuka puasa pada hari raya Idul Fitri.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai hari-hari yang diharamkan puasa, termasuk sejarah penetapannya, hikmah di balik pelarangannya, dan hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan pelaksanaannya.

Hari yang Diharamkan Puasa

Dalam Islam, terdapat beberapa hari yang dihukumi haram untuk berpuasa. Memahami aspek-aspek penting terkait hari-hari tersebut sangatlah krusial untuk menjalankan ibadah dengan benar.

  • Hari Raya Idulfitri
  • Hari Raya Iduladha
  • Hari Tasyrik (tiga hari setelah Iduladha)
  • Hari Arafah (9 Dzulhijjah)
  • Hari Nahr (10 Dzulhijjah)
  • Larangan Puasa
  • Hikmah Pelarangan
  • Penetapan Sejarah
  • Konsekuensi Pelanggaran
  • Pengecualian

Memahami aspek-aspek ini tidak hanya sebatas mengetahui hari-hari yang diharamkan puasa, tetapi juga memahami alasan di balik pelarangan tersebut dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih bermakna dan sesuai dengan tuntunan syariat.

Hari Raya Idulfitri

Hari Raya Idulfitri merupakan salah satu hari raya besar dalam agama Islam yang dirayakan setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama sebulan penuh. Idulfitri memiliki makna sebagai hari kemenangan setelah umat Islam berhasil melaksanakan ibadah puasa dengan penuh kesabaran dan ketakwaan.

Idulfitri termasuk ke dalam salah satu hari yang diharamkan puasa. Hal ini dikarenakan Idulfitri merupakan hari raya yang dikhususkan untuk bersukacita dan merayakan kemenangan setelah berpuasa. Pada hari ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak makan dan minum sebagai bentuk rasa syukur atas selesainya ibadah puasa.

Selain itu, terdapat pula hikmah di balik pelarangan puasa pada hari raya Idulfitri. Di antaranya adalah untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama umat Islam, berbagi kebahagiaan dengan berkumpul bersama keluarga dan kerabat, serta sebagai bentuk penghargaan atas keberhasilan dalam menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh.

Dengan memahami hubungan antara Hari Raya Idulfitri dan hari yang diharamkan puasa, umat Islam dapat menjalankan ibadah dengan lebih bermakna dan sesuai dengan tuntunan syariat. Hal ini juga menjadi pengingat bahwa setiap ibadah memiliki waktu dan ketentuannya masing-masing, dan penting untuk mematuhi aturan tersebut agar ibadah yang dijalankan dapat diterima oleh Allah SWT.

Hari Raya Iduladha

Hari Raya Iduladha merupakan salah satu hari raya besar dalam agama Islam yang dirayakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Iduladha memiliki makna sebagai hari raya kurban, di mana umat Islam dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban sebagai bentuk rasa syukur dan pengorbanan kepada Allah SWT.

Hari Raya Iduladha termasuk ke dalam salah satu hari yang diharamkan puasa. Hal ini dikarenakan Iduladha merupakan hari raya yang dikhususkan untuk melaksanakan ibadah kurban dan memperbanyak makan dan minum sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat Allah SWT.

Selain itu, terdapat pula hikmah di balik pelarangan puasa pada hari raya Iduladha. Di antaranya adalah untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama umat Islam, berbagi kebahagiaan dengan berkumpul bersama keluarga dan kerabat, serta sebagai bentuk penghargaan atas keberhasilan dalam menjalankan ibadah haji bagi yang melaksanakannya.

Dengan memahami hubungan antara Hari Raya Iduladha dan hari yang diharamkan puasa, umat Islam dapat menjalankan ibadah dengan lebih bermakna dan sesuai dengan tuntunan syariat. Hal ini juga menjadi pengingat bahwa setiap ibadah memiliki waktu dan ketentuannya masing-masing, dan penting untuk mematuhi aturan tersebut agar ibadah yang dijalankan dapat diterima oleh Allah SWT.

Hari Tasyrik (tiga hari setelah Iduladha)

Hari Tasyrik merupakan bagian dari hari-hari yang diharamkan puasa dalam Islam. Memahami aspek-aspek penting terkait Hari Tasyrik sangatlah krusial untuk menjalankan ibadah dengan benar.

  • Waktu Pelaksanaan
    Hari Tasyrik adalah tiga hari setelah Hari Raya Iduladha, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
  • Hukum Puasa
    Puasa pada Hari Tasyrik hukumnya haram, sama seperti pada Hari Raya Idulfitri dan Iduladha.
  • Hikmah Pelarangan
    Pelarangan puasa pada Hari Tasyrik bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk menikmati dan merayakan hari raya, mempererat silaturahmi, serta melaksanakan ibadah haji bagi yang menjalankannya.
  • Pengecualian
    Meskipun puasa pada Hari Tasyrik diharamkan, terdapat pengecualian bagi orang yang sedang dalam perjalanan (musafir) atau sakit yang tidak memungkinkan untuk berpuasa.

Memahami aspek-aspek Hari Tasyrik terkait dengan hari yang diharamkan puasa sangatlah penting untuk menjalankan ibadah dengan baik dan sesuai dengan tuntunan syariat. Dengan mengetahui waktu pelaksanaan, hukum puasa, hikmah pelarangan, dan pengecualian yang berlaku, umat Islam dapat melaksanakan ibadah dengan lebih bermakna dan tepat.

Hari Arafah (9 Dzulhijjah)

Hari Arafah merupakan salah satu hari yang diharamkan puasa dalam Islam. Hari ini memiliki makna dan kedudukan yang istimewa, khususnya bagi umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah haji.

  • Waktu Pelaksanaan
    Hari Arafah adalah hari ke-9 pada bulan Dzulhijjah, bertepatan dengan puncak pelaksanaan ibadah haji di Arafah.
  • Hukum Puasa
    Puasa pada Hari Arafah hukumnya haram, sama seperti pada Hari Raya Idulfitri, Iduladha, dan Hari Tasyrik.
  • Dianjurkan Berdoa
    Pada Hari Arafah, umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak doa dan memohon ampunan kepada Allah SWT, karena doa pada hari ini diyakini memiliki keutamaan yang besar.

Memahami aspek-aspek Hari Arafah terkait dengan hari yang diharamkan puasa sangatlah penting untuk menjalankan ibadah haji dengan baik dan sesuai dengan tuntunan syariat. Dengan mengetahui waktu pelaksanaan, hukum puasa, dan keutamaan berdoa pada Hari Arafah, umat Islam dapat melaksanakan ibadah haji dengan lebih bermakna dan tepat.

Hari Nahr (10 Dzulhijjah)

Hari Nahr, yang bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijjah, merupakan salah satu hari yang diharamkan puasa dalam Islam. Hubungan erat antara Hari Nahr dan hari yang diharamkan puasa tidak lepas dari makna dan rangkaian ibadah haji yang dilaksanakan pada hari tersebut.

Penyembelihan hewan kurban pada Hari Nahr menjadi salah satu ibadah utama yang dilaksanakan oleh umat Islam yang sedang menunaikan haji. Ibadah ini memiliki makna pengorbanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Dengan menyembelih hewan kurban, umat Islam juga diingatkan akan peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang rela mengorbankan putranya, Ismail AS, atas perintah Allah SWT.

Pelaksanaan ibadah kurban pada Hari Nahr juga menjadi alasan utama di balik diharamkannya puasa pada hari tersebut. Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak makan dan minum sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat Allah SWT dan untuk menjaga stamina dalam melaksanakan ibadah haji yang menuntut fisik yang kuat.

Memahami hubungan antara Hari Nahr dan hari yang diharamkan puasa sangatlah penting bagi umat Islam, terutama yang sedang melaksanakan ibadah haji. Dengan mengetahui hal ini, umat Islam dapat menjalankan ibadah dengan lebih baik dan sesuai dengan tuntunan syariat. Selain itu, memahami aspek ini juga dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya ibadah kurban dan hikmah di balik pelarangan puasa pada hari tersebut.

Larangan Puasa

Dalam konteks ibadah puasa dalam Islam, “Larangan Puasa” memiliki kaitan yang erat dengan konsep “hari diharamkan puasa”. Larangan puasa pada hari-hari tertentu merupakan bagian integral dari ajaran Islam dan memiliki landasan yang kuat dalam syariat.

Hari-hari yang diharamkan puasa dalam Islam meliputi Hari Raya Idulfitri, Hari Raya Iduladha, Hari Tasyrik (tiga hari setelah Iduladha), Hari Arafah (9 Dzulhijjah), dan Hari Nahr (10 Dzulhijjah). Pada hari-hari tersebut, umat Islam dilarang untuk berpuasa karena memiliki keutamaan dan kekhususan tersendiri dalam kalender Islam.

Hikmah di balik larangan puasa pada hari-hari tersebut beragam. Di antaranya adalah untuk memeriahkan dan mensyukuri hari raya, mempererat tali silaturahmi, serta menjaga kesehatan dan stamina dalam melaksanakan ibadah haji. Dengan memahami larangan puasa dan hikmahnya, umat Islam dapat menjalankan ibadah dengan lebih bermakna dan sesuai dengan tuntunan syariat.

Pemahaman tentang larangan puasa pada hari-hari tertentu juga memiliki implikasi praktis dalam kehidupan umat Islam. Umat Islam diharapkan dapat menyesuaikan jadwal puasanya dengan ketentuan yang telah ditetapkan, serta menghindari pelaksanaan puasa pada hari-hari yang diharamkan. Selain itu, pemahaman ini juga dapat menjadi dasar bagi diskusi dan edukasi tentang pentingnya mengikuti ajaran Islam dalam beribadah, termasuk dalam hal puasa.

Hikmah Pelarangan

Hikmah Pelarangan merupakan alasan atau tujuan di balik penetapan hari-hari tertentu sebagai hari diharamkan puasa dalam ajaran Islam. Memahami hubungan antara keduanya sangatlah penting untuk menjalankan ibadah puasa sesuai dengan tuntunan syariat.

Hikmah Pelarangan menjadi komponen krusial dari hari diharamkan puasa karena memberikan landasan dan justifikasi bagi larangan tersebut. Hikmah Pelarangan tidak hanya berkaitan dengan aspek ritual ibadah, tetapi juga memiliki dimensi sosial dan kemanusiaan. Misalnya, pada hari raya Idulfitri dan Iduladha, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak makan dan minum sebagai bentuk rasa syukur dan kebahagiaan, serta untuk mempererat tali silaturahmi melalui kegiatan berkumpul dan saling berbagi.

Selain itu, Hikmah Pelarangan juga mempertimbangkan aspek kesehatan dan keselamatan. Pada Hari Tasyrik, misalnya, umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah haji membutuhkan kekuatan fisik untuk melakukan rangkaian ibadah yang cukup berat. Oleh karena itu, puasa pada hari tersebut diharamkan untuk menjaga kesehatan dan stamina mereka.

Pemahaman tentang Hikmah Pelarangan memiliki implikasi praktis dalam kehidupan umat Islam. Memahami alasan di balik larangan puasa pada hari-hari tertentu dapat meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap ajaran agama. Selain itu, hal ini juga dapat menjadi dasar bagi diskusi dan edukasi tentang pentingnya mengikuti tuntunan syariat dalam beribadah, khususnya dalam hal puasa.

Penetapan Sejarah

Penetapan sejarah memiliki kaitan erat dengan hari-hari yang diharamkan puasa dalam Islam. Memahami penetapan sejarah tersebut penting untuk mengetahui latar belakang dan alasan di balik pelarangan puasa pada hari-hari tertentu.

  • Al-Qur’an dan Sunnah
    Penetapan hari-hari yang diharamkan puasa didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman, “Makan dan minumlah hingga jelas bagi kalian benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai malam.” (QS. Al-Baqarah: 187). Sementara itu, dalam Sunnah, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada puasa pada dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha).” (HR. Bukhari dan Muslim).
  • Peristiwa Sejarah
    Hari-hari yang diharamkan puasa juga ditetapkan berdasarkan peristiwa sejarah. Misalnya, Hari Raya Idul Fitri ditetapkan sebagai hari kemenangan setelah umat Islam berpuasa selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan. Hari Raya Iduladha ditetapkan untuk memperingati peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim AS.
  • Tradisi dan Budaya
    Tradisi dan budaya suatu masyarakat juga dapat memengaruhi penetapan hari-hari yang diharamkan puasa. Misalnya, di beberapa negara Muslim, Hari Arafah (9 Dzulhijjah) ditetapkan sebagai hari libur nasional untuk menghormati para jemaah haji yang sedang melaksanakan ibadah di Arafah.
  • Keputusan Ulama
    Dalam beberapa kasus, penetapan hari-hari yang diharamkan puasa juga didasarkan pada keputusan ulama. Misalnya, Hari Tasyrik (11-13 Dzulhijjah) ditetapkan sebagai hari yang diharamkan puasa oleh para ulama berdasarkan ijtihad mereka.

Pemahaman tentang penetapan sejarah hari-hari yang diharamkan puasa memberikan landasan yang kuat bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa sesuai dengan tuntunan syariat. Hal ini juga menjadi pengingat bahwa setiap ibadah memiliki waktu dan ketentuannya masing-masing, dan penting untuk mematuhi aturan tersebut agar ibadah yang dijalankan dapat diterima oleh Allah SWT.

Konsekuensi Pelanggaran

Konsekuensi Pelanggaran merupakan bagian penting dalam memahami hari-hari yang diharamkan puasa dalam Islam. Pelanggaran terhadap larangan berpuasa pada hari-hari tersebut dapat menimbulkan konsekuensi tertentu yang perlu dipahami oleh umat Islam.

Konsekuensi Pelanggaran dapat berupa dosa dan sanksi sosial. Dalam ajaran Islam, berpuasa pada hari yang diharamkan dianggap sebagai tindakan maksiat atau dosa. Selain itu, dalam beberapa masyarakat Muslim, terdapat sanksi sosial bagi mereka yang melanggar larangan puasa, seperti dikucilkan atau mendapat cercaan dari masyarakat.

Sebagai contoh, jika seseorang dengan sengaja berpuasa pada Hari Raya Idulfitri, maka ia telah melakukan dosa dan dapat dikenakan sanksi sosial seperti dikucilkan atau mendapat kritik dari lingkungan sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa Konsekuensi Pelanggaran memiliki peran penting dalam menegakkan norma dan nilai-nilai keagamaan dalam masyarakat Muslim.

Memahami Konsekuensi Pelanggaran sangatlah penting untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan umat Islam terhadap ajaran agamanya. Dengan mengetahui konsekuensi yang dapat ditimbulkan, umat Islam akan lebih berhati-hati dalam menjalankan ibadah puasa dan menghindari pelanggaran terhadap hari-hari yang diharamkan puasa.

Pengecualian

Pengecualian terhadap larangan puasa pada hari-hari tertentu merupakan aspek penting dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam terkait puasa. Pengecualian ini memberikan keringanan bagi kelompok tertentu yang memiliki kondisi atau keadaan yang tidak memungkinkan mereka untuk berpuasa.

  • Musafir
    Musafir atau orang yang sedang dalam perjalanan diperbolehkan tidak berpuasa karena perjalanan yang jauh dapat menyebabkan kesulitan dan membahayakan kesehatan.
  • Sakit
    Orang yang sakit, baik sakit ringan maupun berat, diperbolehkan tidak berpuasa karena berpuasa dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka.
  • Lansia
    Lansia yang sudah lanjut usia dan lemah diperbolehkan tidak berpuasa karena kondisi fisik mereka yang sudah tidak memungkinkan untuk berpuasa.
  • Ibu Hamil dan Menyusui
    Ibu hamil dan menyusui diperbolehkan tidak berpuasa karena kebutuhan nutrisi yang tinggi untuk kesehatan ibu dan bayinya.

Pengecualian ini menunjukkan bahwa Islam memberikan kemudahan dan keringanan bagi hamba-Nya yang memiliki kondisi yang tidak memungkinkan untuk berpuasa. Namun, penting untuk diingat bahwa pengecualian ini hanya berlaku bagi mereka yang benar-benar memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan tidak disalahgunakan untuk mencari keringanan semata.

Tanya Jawab Hari yang Diharamkan Puasa

Bagian ini menyajikan tanya jawab seputar hari-hari yang diharamkan puasa dalam Islam. Tanya jawab ini membahas pertanyaan-pertanyaan umum dan penting terkait dengan topik tersebut.

Pertanyaan 1: Apa saja hari-hari yang diharamkan puasa?

Jawaban: Hari yang diharamkan puasa dalam Islam meliputi Hari Raya Idulfitri, Hari Raya Iduladha, Hari Tasyrik (tiga hari setelah Iduladha), Hari Arafah (9 Dzulhijjah), dan Hari Nahr (10 Dzulhijjah).

Pertanyaan 2: Mengapa puasa diharamkan pada hari-hari tersebut?

Jawaban: Pelarangan puasa pada hari-hari tersebut memiliki beberapa hikmah, di antaranya untuk memeriahkan dan mensyukuri hari raya, mempererat tali silaturahmi, serta menjaga kesehatan dan stamina dalam melaksanakan ibadah haji.

Pertanyaan 3: Apakah ada pengecualian bagi larangan puasa pada hari-hari yang diharamkan?

Jawaban: Ya, terdapat pengecualian bagi musafir, orang sakit, lansia, serta ibu hamil dan menyusui.

Pertanyaan 4: Apa konsekuensi jika melanggar larangan puasa pada hari-hari yang diharamkan?

Jawaban: Melanggar larangan puasa pada hari-hari yang diharamkan dapat menimbulkan dosa dan sanksi sosial.

Pertanyaan 5: Apakah diperbolehkan mengganti puasa pada hari-hari yang diharamkan?

Jawaban: Tidak, puasa yang dilakukan pada hari-hari yang diharamkan tidak sah dan tidak dapat diganti pada hari lain.

Pertanyaan 6: Bagaimana dengan puasa sunnah pada hari-hari yang diharamkan?

Jawaban: Puasa sunnah juga tidak diperbolehkan dilakukan pada hari-hari yang diharamkan puasa.

Dengan memahami tanya jawab ini, diharapkan umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa sesuai dengan tuntunan syariat dan menghindari kesalahpahaman terkait dengan hari-hari yang diharamkan puasa.

Selanjutnya, pembahasan akan berlanjut ke aspek-aspek lain yang berkaitan dengan hari-hari yang diharamkan puasa, seperti hikmah di balik penetapannya, sejarah penetapannya, dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya.

Tips Memahami Hari yang Diharamkan Puasa

Berikut adalah beberapa tips untuk memahami dan menjalankan ketentuan terkait hari-hari yang diharamkan puasa:

Tip 1: Ketahui Hari-hari yang Diharamkan
Hafalkan dan pahami lima hari yang diharamkan puasa dalam Islam, yaitu Hari Raya Idulfitri, Hari Raya Iduladha, Hari Tasyrik, Hari Arafah, dan Hari Nahr.

Tip 2: Pahami Hikmah Pelarangan
Pelajari alasan dan hikmah di balik diharamkannya puasa pada hari-hari tertentu, seperti untuk memeriahkan hari raya, mempererat silaturahmi, dan menjaga kesehatan.

Tip 3: Perhatikan Pengecualian
Ketahui kondisi dan kelompok orang yang diperbolehkan tidak berpuasa pada hari-hari yang diharamkan, seperti musafir, orang sakit, lansia, dan ibu hamil/menyusui.

Tip 4: Hindari Pelanggaran
Sadari konsekuensi melanggar larangan puasa pada hari-hari yang diharamkan, baik berupa dosa maupun sanksi sosial.

Tip 5: Jangan Ganti Puasa
Puasa yang dilakukan pada hari-hari yang diharamkan tidak sah dan tidak dapat diganti pada hari lain.

Tip 6: Hindari Puasa Sunnah
Selain puasa wajib, puasa sunnah juga tidak diperbolehkan dilakukan pada hari-hari yang diharamkan puasa.

Tip 7: Konsultasi dengan Ulama
Jika ragu atau memiliki pertanyaan terkait hari-hari yang diharamkan puasa, jangan sungkan untuk berkonsultasi dengan ulama atau tokoh agama tepercaya.

Tip 8: Berbagi Pengetahuan
Bagikan pemahaman tentang hari-hari yang diharamkan puasa kepada orang lain, agar semakin banyak umat Islam yang menjalankan ibadah sesuai tuntunan syariat.

Dengan mengikuti tips ini, diharapkan umat Islam dapat lebih memahami dan menjalankan ketentuan terkait hari-hari yang diharamkan puasa dengan baik dan benar. Pemahaman ini akan menjadi landasan penting dalam menjalankan ibadah puasa secara optimal, sesuai dengan tuntunan agama.

Selanjutnya, kita akan membahas aspek lain yang berkaitan dengan hari-hari yang diharamkan puasa, yaitu hikmah dan manfaatnya dalam kehidupan beragama umat Islam.

Kesimpulan

Artikel ini telah mengulas secara mendalam tentang “hari diharamkan puasa” dalam ajaran Islam. Memahami aspek-aspek terkait hari-hari tersebut sangat penting bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa sesuai dengan tuntunan syariat.

Beberapa poin utama yang dapat disimpulkan dari pembahasan artikel ini, antara lain:

  • Hari-hari yang diharamkan puasa memiliki dasar kuat dalam Al-Qur’an, Sunnah, dan sejarah Islam.
  • Larangan puasa pada hari-hari tersebut memiliki hikmah dan manfaat yang besar, seperti untuk memeriahkan hari raya, mempererat silaturahmi, dan menjaga kesehatan.
  • Terdapat pengecualian bagi kelompok tertentu yang diperbolehkan tidak berpuasa pada hari-hari yang diharamkan, seperti musafir, orang sakit, dan ibu hamil/menyusui.

Memahami dan menjalankan ketentuan terkait hari-hari yang diharamkan puasa merupakan bentuk ketaatan umat Islam terhadap ajaran agamanya. Dengan menjalankan ibadah puasa sesuai tuntunan syariat, diharapkan dapat meningkatkan kualitas ibadah dan keimanan kita kepada Allah SWT.

Youtube Video:



Artikel Terkait

Bagikan:

jurnal

Saya adalah seorang penulis yang sudah berpengalaman lebih dari 5 tahun. Hobi saya menulis artikel yang bermanfaat untuk teman-teman yang membaca artikel saya.

Artikel Terbaru