Niat puasa sunnah adalah menyengaja untuk melaksanakan puasa sunnah dengan tata cara yang telah ditentukan oleh syariat Islam. Misalnya, niat puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, atau puasa Daud.
Puasa sunnah memiliki beberapa manfaat, seperti sebagai bentuk latihan pengendalian diri, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan memperoleh pahala. Dalam sejarah Islam, puasa sunnah telah dilakukan sejak zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Pada artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang niat puasa sunnah, tata cara pelaksanaannya, serta berbagai manfaat dan keutamaannya.
Niat Puasa Sunnah
Niat merupakan aspek yang sangat penting dalam pelaksanaan puasa sunnah. Niat yang benar akan menjadi penentu sah atau tidaknya puasa yang dikerjakan. Berikut adalah beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam niat puasa sunnah:
- Ikhlas
- Sesuai sunnah
- Dilafazkan
- Diucapkan dengan jelas
- Diucapkan pada malam hari
- Diucapkan sebelum terbit fajar
- Diniatkan untuk puasa sunnah tertentu
- Diniatkan untuk mendapat ridha Allah SWT
- Disertai dengan tekad yang kuat
- Dilakukan dengan penuh kesadaran
Sepuluh aspek penting di atas saling terkait dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Jika salah satu aspek tidak terpenuhi, maka niat puasa sunnah bisa menjadi tidak sah. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap muslim untuk memahami dan memperhatikan aspek-aspek ini ketika melaksanakan puasa sunnah.
Ikhlas
Ikhlas merupakan salah satu aspek terpenting dalam niat puasa sunnah. Ikhlas artinya melakukan sesuatu semata-mata karena Allah SWT, tanpa mengharapkan imbalan atau pujian dari manusia. Dalam konteks puasa sunnah, ikhlas berarti diniatkan untuk mencari ridha Allah SWT, bukan karena ingin dipuji atau dianggap saleh oleh orang lain.
Ikhlas sangat penting dalam niat puasa sunnah karena menjadi penentu apakah puasa tersebut diterima atau tidak oleh Allah SWT. Puasa yang dilakukan dengan ikhlas akan menjadi ibadah yang bernilai tinggi, sedangkan puasa yang dilakukan tanpa ikhlas hanya akan menjadi sebuah rutinitas yang tidak berpahala.
Terdapat beberapa cara untuk menjaga keikhlasan dalam niat puasa sunnah, di antaranya:
- Meniatkan puasa semata-mata karena Allah SWT.
- Tidak mengharapkan pujian atau imbalan dari manusia.
- Menjaga hati dari riya dan ujub.
- Mendoakan agar puasa diterima oleh Allah SWT.
Dengan menjaga keikhlasan dalam niat puasa sunnah, kita dapat berharap agar puasa kita diterima oleh Allah SWT dan menjadi ibadah yang bernilai tinggi.
Sesuai sunnah
Dalam niat puasa sunnah, aspek “sesuai sunnah” sangat penting untuk diperhatikan. Sesuai sunnah artinya sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW, baik dari segi tata cara, waktu pelaksanaan, maupun niatnya. Dengan mengikuti sunnah Nabi, kita dapat memastikan bahwa puasa sunnah yang kita kerjakan adalah sah dan diterima oleh Allah SWT.
Salah satu contoh kesesuaian dengan sunnah dalam niat puasa sunnah adalah diniatkan untuk puasa sunnah tertentu. Misalnya, diniatkan untuk puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, atau puasa Daud. Selain itu, waktu pelaksanaan puasa sunnah juga harus sesuai dengan sunnah, misalnya puasa Senin-Kamis yang dilaksanakan pada hari Senin dan Kamis, atau puasa Ayyamul Bidh yang dilaksanakan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriyah.
Dengan melaksanakan puasa sunnah sesuai sunnah, kita dapat memperoleh pahala yang lebih besar dan mengikuti jejak Rasulullah SAW. Selain itu, puasa sunnah yang sesuai sunnah juga lebih mudah diterima oleh Allah SWT karena telah sesuai dengan tuntunan-Nya. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk memperhatikan aspek “sesuai sunnah” dalam niat puasa sunnah.
Dilafazkan
Dalam konteks niat puasa sunnah, “dilafazkan” memiliki arti diucapkan dengan lisan. Pengucapan niat puasa sunnah merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan karena menjadi salah satu syarat sahnya puasa. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait dengan dilafazkan dalam niat puasa sunnah:
- Lafal niat
Lafal niat puasa sunnah harus diucapkan dengan jelas dan terang, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Indonesia. Lafadz niat yang umum digunakan adalah “Nawaitu shauma ghadin lillahi ta’ala” yang artinya “Saya niat puasa sunnah esok hari karena Allah ta’ala”. - Waktu pengucapan
Waktu pengucapan niat puasa sunnah adalah pada malam hari sebelum terbit fajar. Jika niat diucapkan setelah terbit fajar, maka puasa tidak sah. - Tempat pengucapan
Tempat pengucapan niat puasa sunnah tidak ditentukan, bisa dilakukan di mana saja, baik di rumah, masjid, atau tempat lainnya. - Hukum mengucapkan niat
Hukum mengucapkan niat puasa sunnah adalah sunnah. Namun, jika niat tidak diucapkan, maka puasa tetap sah, meskipun pahalanya berkurang.
Dengan memperhatikan aspek-aspek di atas, kita dapat memastikan bahwa niat puasa sunnah yang kita ucapkan sudah sesuai dengan tuntunan syariat. Pengucapan niat yang benar akan membuat puasa sunnah kita menjadi sah dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Diucapkan dengan jelas
Dalam konteks niat puasa sunnah, “diucapkan dengan jelas” memiliki arti dilafalkan dengan terang dan tegas, sehingga dapat didengar dan dimengerti oleh diri sendiri maupun orang lain. Pengucapan niat yang jelas sangat penting karena menjadi salah satu syarat sahnya puasa. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait dengan “diucapkan dengan jelas” dalam niat puasa sunnah:
- Volume suara
Niat puasa sunnah harus diucapkan dengan volume suara yang cukup, sehingga dapat didengar oleh diri sendiri. Namun, tidak perlu terlalu keras hingga mengganggu orang lain.
- Artikulasi
Niat puasa sunnah harus diucapkan dengan artikulasi yang jelas, sehingga setiap huruf dan kata dapat diucapkan dengan tepat. Hal ini penting agar lafal niat dapat dipahami dengan baik.
- Bahasa
Niat puasa sunnah dapat diucapkan dalam bahasa Arab atau bahasa Indonesia. Namun, jika diucapkan dalam bahasa Indonesia, maka harus menggunakan lafal yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Dengan memperhatikan aspek-aspek di atas, kita dapat memastikan bahwa niat puasa sunnah yang kita ucapkan sudah jelas dan terang. Pengucapan niat yang jelas akan membuat puasa sunnah kita menjadi sah dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Diucapkan pada malam hari
Dalam konteks “niat puasa sunnah”, “diucapkan pada malam hari” merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan. Menurut jumhur ulama, waktu pengucapan niat puasa sunnah adalah pada malam hari sebelum terbit fajar. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan, di antaranya:
- Waktu yang tepat
Malam hari merupakan waktu yang tepat untuk mengikrarkan niat puasa sunnah karena pada saat itu hati dan pikiran lebih tenang dan fokus. Selain itu, pada malam hari biasanya seseorang telah selesai melakukan aktivitas harian dan mempersiapkan diri untuk istirahat, sehingga lebih mudah untuk berkonsentrasi dalam mengucapkan niat puasa sunnah. - Sesuai dengan sunnah
Dalam beberapa hadis disebutkan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk mengucapkan niat puasa sunnah pada malam hari. Hal ini menunjukkan bahwa mengucapkan niat puasa sunnah pada malam hari merupakan amalan yang sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW. - Memperkuat tekad
Mengucapkan niat puasa sunnah pada malam hari dapat memperkuat tekad seseorang untuk menjalankan puasa sunnah pada hari berikutnya. Niat yang diucapkan pada malam hari akan menjadi pengingat dan motivasi untuk bangun sahur dan menjalankan puasa sunnah dengan baik. - Memudahkan ibadah
Mengucapkan niat puasa sunnah pada malam hari dapat memudahkan seseorang dalam menjalankan ibadah puasa sunnah. Jika niat telah diucapkan pada malam hari, maka pada saat sahur seseorang tidak perlu lagi mengucapkan niat puasa sunnah, sehingga dapat langsung melaksanakan ibadah puasa sunnah tanpa khawatir lupa atau salah mengucapkan niat.
Demikianlah beberapa aspek penting terkait dengan “diucapkan pada malam hari” dalam konteks “niat puasa sunnah”. Dengan memperhatikan aspek-aspek ini, kita dapat memastikan bahwa niat puasa sunnah yang kita ucapkan sudah sesuai dengan tuntunan syariat dan dapat diterima oleh Allah SWT.
Diucapkan sebelum terbit fajar
Dalam konteks “niat puasa sunnah”, “diucapkan sebelum terbit fajar” merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Sebab, mayoritas ulama sepakat bahwa waktu pengucapan niat puasa sunnah adalah pada malam hari sebelum terbit fajar. Berikut adalah beberapa alasannya:
Pertama, waktu malam hari adalah waktu yang tepat untuk mengikrarkan niat puasa sunnah karena pada saat itu hati dan pikiran lebih tenang dan fokus. Selain itu, pada malam hari biasanya seseorang telah selesai melakukan aktivitas harian dan mempersiapkan diri untuk istirahat, sehingga lebih mudah untuk berkonsentrasi dalam mengucapkan niat puasa sunnah.
Kedua, mengucapkan niat puasa sunnah sebelum terbit fajar sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa hadis disebutkan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk mengucapkan niat puasa sunnah pada malam hari. Hal ini menunjukkan bahwa mengucapkan niat puasa sunnah sebelum terbit fajar merupakan amalan yang sesuai dengan tuntunan syariat.
Ketiga, mengucapkan niat puasa sunnah sebelum terbit fajar dapat memperkuat tekad seseorang untuk menjalankan puasa sunnah pada hari berikutnya. Niat yang diucapkan pada malam hari akan menjadi pengingat dan motivasi untuk bangun sahur dan menjalankan puasa sunnah dengan baik.
Keempat, mengucapkan niat puasa sunnah sebelum terbit fajar dapat memudahkan seseorang dalam menjalankan ibadah puasa sunnah. Jika niat telah diucapkan pada malam hari, maka pada saat sahur seseorang tidak perlu lagi mengucapkan niat puasa sunnah, sehingga dapat langsung melaksanakan ibadah puasa sunnah tanpa khawatir lupa atau salah mengucapkan niat.
Kesimpulannya, mengucapkan niat puasa sunnah sebelum terbit fajar merupakan aspek yang penting dan sesuai dengan tuntunan syariat. Dengan memperhatikan aspek ini, kita dapat memastikan bahwa niat puasa sunnah yang kita ucapkan sudah benar dan dapat diterima oleh Allah SWT.
Diniatkan untuk puasa sunnah tertentu
Dalam konteks niat puasa sunnah, sangat penting untuk diniatkan untuk puasa sunnah tertentu. Hal ini karena puasa sunnah terdiri dari berbagai macam jenis, masing-masing dengan keutamaannya tersendiri. Dengan diniatkan untuk puasa sunnah tertentu, kita dapat memastikan bahwa ibadah puasa sunnah yang kita lakukan sesuai dengan tuntunan syariat dan mendapatkan pahala yang maksimal.
- Macam-macam puasa sunnah
Puasa sunnah terbagi menjadi beberapa macam, di antaranya puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, puasa Daud, puasa Arafah, dan puasa Tarwiyah. Setiap jenis puasa sunnah memiliki ketentuan dan keutamaannya masing-masing.
- Niat khusus
Ketika diniatkan untuk puasa sunnah tertentu, maka niat tersebut harus dikhususkan untuk jenis puasa sunnah tersebut. Misalnya, jika ingin melaksanakan puasa Senin-Kamis, maka niatnya harus diniatkan untuk puasa Senin-Kamis, bukan puasa sunnah secara umum.
- Pahala yang spesifik
Setiap jenis puasa sunnah memiliki pahala yang spesifik. Dengan diniatkan untuk puasa sunnah tertentu, kita dapat berharap untuk mendapatkan pahala yang sesuai dengan jenis puasa sunnah yang kita lakukan.
- Sesuai sunnah
Mendirikan niat untuk puasa sunnah tertentu merupakan salah satu bentuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW telah menganjurkan umatnya untuk melaksanakan berbagai jenis puasa sunnah, sehingga diniatkan untuk puasa sunnah tertentu merupakan bukti kecintaan kita kepada beliau.
Dengan memperhatikan aspek “Diniatkan untuk puasa sunnah tertentu” dalam niat puasa sunnah, kita dapat semakin menyempurnakan ibadah puasa sunnah kita. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah puasa sunnah kita dan memberikan pahala yang berlimpah kepada kita.
Diniatkan untuk mendapat ridha Allah SWT
Dalam niat puasa sunnah, aspek “diniatkan untuk mendapat ridha Allah SWT” merupakan hal yang sangat penting dan menjadi landasan utama dalam beribadah. Sebab, tujuan utama dari berpuasa sunnah adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT, bukan untuk tujuan duniawi atau pujian dari manusia.
Niat yang ikhlas karena Allah SWT akan menjadikan ibadah puasa sunnah kita lebih bernilai dan berpahala. Dengan diniatkan untuk mendapat ridha Allah SWT, kita akan lebih fokus dalam menjalankan ibadah puasa sunnah, menjaga kualitas puasa kita, dan berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
Contoh nyata dari “diniatkan untuk mendapat ridha Allah SWT” within “niat puasa sunnah” adalah ketika seseorang berpuasa sunnah dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengharapkan pahala dan ampunan dari-Nya, serta untuk meningkatkan kualitas spiritualnya. Dengan niat yang ikhlas ini, ibadah puasa sunnah yang kita lakukan akan menjadi lebih bermakna dan bernilai di sisi Allah SWT.
Memahami hubungan antara “diniatkan untuk mendapat ridha Allah SWT” dan “niat puasa sunnah” sangat penting bagi kita sebagai umat Islam. Hal ini akan membantu kita untuk memperbaiki niat kita dalam beribadah, sehingga ibadah kita menjadi lebih berkualitas dan diterima oleh Allah SWT.
Disertai dengan tekad yang kuat
Dalam konteks “niat puasa sunnah”, aspek “disertai dengan tekad yang kuat” menjadi faktor penting yang dapat menentukan kualitas dan kesungguhan seseorang dalam melaksanakan ibadah puasa sunnah. Tekad yang kuat ini akan menjadi pendorong yang akan menjaga semangat dan konsistensi kita dalam menjalankan puasa sunnah.
- Komitmen dan Konsistensi
Tekad yang kuat akan tercermin dalam komitmen dan konsistensi kita dalam menjalankan puasa sunnah. Kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak melewatkan hari-hari puasa yang telah diniatkan dan menjaga kualitas ibadah puasa kita dari awal hingga akhir.
- Mengatasi Hambatan
Dalam perjalanan menjalankan puasa sunnah, pasti akan ada tantangan dan hambatan yang menguji tekad kita. Dengan tekad yang kuat, kita akan mampu mengatasi berbagai rintangan tersebut, seperti rasa lapar, haus, atau godaan untuk membatalkan puasa.
- Menjaga Motivasi
Tekad yang kuat akan membantu kita menjaga motivasi dalam menjalankan puasa sunnah. Ketika motivasi mulai menurun, kita akan mengingat kembali niat awal kita dan berusaha untuk tetap semangat hingga ibadah puasa sunnah selesai.
- Mengharapkan Ridha Allah SWT
Tekad yang kuat akan mendorong kita untuk selalu mengharapkan ridha Allah SWT dalam setiap ibadah puasa sunnah yang kita lakukan. Dengan harapan ini, kita akan berusaha untuk melakukan yang terbaik dan ikhlas dalam menjalankan ibadah puasa sunnah.
Dengan disertai tekad yang kuat, “niat puasa sunnah” kita akan menjadi lebih bermakna dan berkualitas. Tekad ini akan menjadi pondasi yang kokoh bagi kita untuk menjalankan ibadah puasa sunnah dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan, sehingga kita dapat meraih pahala dan ridha Allah SWT.
Dilakukan dengan penuh kesadaran
Dalam konteks “niat puasa sunnah”, aspek “dilakukan dengan penuh kesadaran” sangat penting untuk diperhatikan. Kesadaran penuh saat melakukan puasa sunnah akan mempengaruhi kualitas dan kesempurnaan ibadah puasa yang kita kerjakan. Berikut adalah beberapa uraian mengenai hubungan antara “dilakukan dengan penuh kesadaran” dan “niat puasa sunnah”:
Kesadaran penuh dalam niat puasa sunnah berarti bahwa kita memahami dan menyadari betul apa yang kita niatkan dan apa tujuan kita berpuasa sunnah. Kita tidak sekadar mengucapkan lafaz niat tanpa mengetahui artinya atau tanpa memahami hikmah dari ibadah puasa sunnah. Kesadaran penuh ini akan membuat niat kita menjadi lebih tulus dan ikhlas karena didasari oleh pemahaman dan keyakinan yang mendalam.
Selain itu, kesadaran penuh juga akan membuat kita lebih semangat dan istiqamah dalam menjalankan ibadah puasa sunnah. Ketika kita menyadari manfaat dan keutamaan puasa sunnah, kita akan termotivasi untuk menjalankannya dengan sebaik-baiknya. Kesadaran penuh juga akan membuat kita lebih mudah bersabar dan menahan hawa nafsu selama berpuasa karena kita tahu bahwa semua itu adalah bagian dari ibadah yang kita pilih dan kita yakini manfaatnya.
Dengan demikian, “dilakukan dengan penuh kesadaran” merupakan aspek krusial dalam “niat puasa sunnah”. Kesadaran penuh akan membuat niat puasa kita lebih tulus, semangat kita dalam menjalankan puasa lebih tinggi, dan kesabaran kita dalam menghadapi tantangan selama berpuasa lebih kuat. Hal ini pada akhirnya akan berdampak pada kualitas ibadah puasa sunnah kita dan pahala yang kita peroleh dari Allah SWT.
Tanya Jawab Seputar Niat Puasa Sunnah
Berikut ini adalah beberapa tanya jawab seputar niat puasa sunnah yang sering ditanyakan oleh masyarakat:
Pertanyaan 1: Apa itu niat puasa sunnah?
Niat puasa sunnah adalah menyengaja dalam hati untuk melaksanakan puasa sunnah tertentu dengan tata cara yang telah ditentukan oleh syariat Islam.
Pertanyaan 2: Mengapa niat puasa sunnah itu penting?
Niat merupakan syarat sahnya puasa sunnah. Tanpa niat, puasa sunnah yang dilakukan tidak akan dianggap sah dan tidak bernilai ibadah.
Pertanyaan 3: Kapan waktu yang tepat untuk mengucapkan niat puasa sunnah?
Waktu yang tepat untuk mengucapkan niat puasa sunnah adalah pada malam hari sebelum terbit fajar.
Pertanyaan 4: Bagaimana lafal niat puasa sunnah yang benar?
Lafal niat puasa sunnah yang umum digunakan adalah “Nawaitu shauma ghadin lillahi ta’ala”, yang artinya “Saya niat puasa sunnah esok hari karena Allah ta’ala”.
Pertanyaan 5: Apakah niat puasa sunnah harus diucapkan dengan lisan?
Hukum mengucapkan niat puasa sunnah adalah sunnah. Namun, jika niat tidak diucapkan, maka puasa tetap sah, meskipun pahalanya berkurang.
Pertanyaan 6: Apa saja hal-hal yang membatalkan niat puasa sunnah?
Hal-hal yang membatalkan niat puasa sunnah antara lain makan dan minum secara sengaja, muntah dengan sengaja, dan berhubungan suami istri.
Demikianlah beberapa tanya jawab seputar niat puasa sunnah. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas lebih lanjut tentang tata cara pelaksanaan puasa sunnah.
Tips Melaksanakan Niat Puasa Sunnah
Setelah memahami pentingnya niat puasa sunnah, berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu kita dalam melaksanakan niat puasa sunnah dengan baik dan benar:
1. Niatkan karena Allah SWT
Niat puasa sunnah harus diniatkan semata-mata karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji atau dianggap saleh oleh orang lain.
2. Sesuai dengan sunnah
Niat puasa sunnah harus sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW, baik dari segi tata cara, waktu pelaksanaan, maupun niatnya.
3. Dilafazkan
Niat puasa sunnah harus diucapkan dengan lisan, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Indonesia.
4. Diucapkan dengan jelas
Niat puasa sunnah harus diucapkan dengan jelas dan terang, sehingga dapat didengar dan dimengerti oleh diri sendiri maupun orang lain.
5. Diucapkan pada malam hari
Waktu pengucapan niat puasa sunnah adalah pada malam hari sebelum terbit fajar.
6. Diucapkan sebelum terbit fajar
Niat puasa sunnah harus diucapkan sebelum terbit fajar. Jika niat diucapkan setelah terbit fajar, maka puasa tidak sah.
7. Diniatkan untuk puasa sunnah tertentu
Niat puasa sunnah harus diniatkan untuk puasa sunnah tertentu, seperti puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, atau puasa Daud.
8. Diniatkan untuk mendapat ridha Allah SWT
Niat puasa sunnah harus diniatkan untuk mendapat ridha Allah SWT, bukan untuk tujuan duniawi atau pujian dari manusia.
Dengan memperhatikan tips-tips di atas, kita dapat melaksanakan niat puasa sunnah dengan baik dan benar, sehingga ibadah puasa sunnah kita menjadi sah dan diterima oleh Allah SWT.
Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas lebih lanjut tentang tata cara pelaksanaan puasa sunnah.
Kesimpulan
Artikel ini telah mengupas tuntas tentang “niat puasa sunnah”, mulai dari pengertian, syarat dan rukun, hingga tata cara pelaksanaannya. Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa poin penting berikut ini:
- Niat puasa sunnah merupakan syarat sahnya puasa sunnah. Tanpa niat, puasa sunnah yang dilakukan tidak akan dianggap sah dan tidak bernilai ibadah.
- Niat puasa sunnah harus diucapkan dengan lisan, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Indonesia. Waktu pengucapan niat adalah pada malam hari sebelum terbit fajar.
- Niat puasa sunnah harus diniatkan untuk puasa sunnah tertentu, seperti puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, atau puasa Daud. Niat juga harus diniatkan semata-mata karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji atau dianggap saleh oleh orang lain.
Memahami dan melaksanakan niat puasa sunnah dengan benar sangat penting bagi umat Islam yang ingin melaksanakan ibadah puasa sunnah. Dengan niat yang benar, puasa sunnah yang kita lakukan akan menjadi sah dan diterima oleh Allah SWT, sehingga kita dapat memperoleh pahala dan keberkahan dari ibadah tersebut.
Youtube Video:
