Dalil tentang Idul Fitri adalah dasar atau bukti yang menunjukkan keabsahan dan kewajiban untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri dalam ajaran Islam. Dalil ini bersumber dari Al-Qur’an, hadis, dan ijma’ (kesepakatan) para ulama.
Perayaan Idul Fitri memiliki beberapa hikmah dan manfaat, seperti mensyukuri nikmat Allah SWT setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, memperkuat tali silaturahmi, dan menjadi sarana untuk saling memaafkan antar sesama. Dari sisi historis, Idul Fitri pertama kali dirayakan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya pada tahun 2 Hijriah setelah peristiwa Fathu Makkah.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang dalil-dalil yang menjadi landasan syariat Idul Fitri, serta berbagai aspek penting yang terkait dengan perayaannya.
Dalil tentang Idul Fitri
Dalil-dalil tentang Idul Fitri sangat penting untuk dipahami karena menjadi dasar hukum dan pedoman dalam melaksanakan ibadah ini. Ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam memahami dalil-dalil tersebut, yaitu:
- Dasar hukum
- Syarat sah
- Hikmah
- Sejarah
- Tata cara pelaksanaan
- Jenis amal ibadah
- Anjuran dan larangan
- Sunnah dan bid’ah
- Kontroversi
Dengan memahami aspek-aspek ini, kita dapat melaksanakan ibadah Idul Fitri dengan benar dan sesuai dengan tuntunan syariat. Misalnya, kita mengetahui bahwa Idul Fitri hukumnya wajib bagi umat Islam yang telah memenuhi syarat, seperti balig, berakal, dan mampu secara finansial. Kita juga mengetahui bahwa Idul Fitri memiliki hikmah untuk mensyukuri nikmat Allah SWT dan mempererat tali silaturahmi antar sesama.
Dasar Hukum
Dasar hukum merupakan aspek krusial dalam memahami dalil tentang Idul Fitri karena menjadi landasan keabsahan dan kewajiban dalam melaksanakan ibadah ini. Terdapat beberapa komponen penting dalam dasar hukum yang perlu diketahui, yaitu:
- Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam memuat ayat-ayat yang memerintahkan untuk melaksanakan puasa Ramadan dan merayakan Idul Fitri. Salah satu ayat yang menjadi dasar hukum Idul Fitri adalah surat Al-Baqarah ayat 185. - Hadis
Hadis Nabi Muhammad SAW juga menjadi sumber dasar hukum Idul Fitri. Dalam hadisnya, Nabi SAW menjelaskan tentang tata cara pelaksanaan dan hikmah dari ibadah ini. - Ijma’ (Kesepakatan Ulama)
Ijma’ atau kesepakatan para ulama juga menjadi dasar hukum Idul Fitri. Para ulama sepakat bahwa Idul Fitri adalah ibadah yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam. - Qiyas (Analogi)
Qiyas atau analogi juga dapat digunakan untuk menetapkan dasar hukum Idul Fitri. Misalnya, ibadah Idul Fitri diqiyaskan dengan ibadah haji, yang sama-sama merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan bagi umat Islam yang mampu.
Dengan memahami dasar hukum Idul Fitri, umat Islam dapat melaksanakan ibadah ini dengan benar dan sesuai dengan tuntunan syariat. Dasar hukum ini juga menjadi acuan dalam menjawab berbagai permasalahan dan kontroversi yang muncul terkait dengan Idul Fitri.
Syarat Sah
Syarat sah merupakan aspek penting dalam dalil tentang Idul Fitri karena berkaitan dengan keabsahan pelaksanaan ibadah ini. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi agar ibadah Idul Fitri dianggap sah, antara lain:
- Islam
Syarat pertama adalah beragama Islam. Hanya umat Islam yang diwajibkan melaksanakan ibadah Idul Fitri. - Balig
Syarat kedua adalah balig atau sudah mencapai usia dewasa. Anak-anak yang belum balig tidak diwajibkan melaksanakan ibadah Idul Fitri. - Berakal
Syarat ketiga adalah berakal. Orang yang tidak berakal, seperti orang gila, tidak diwajibkan melaksanakan ibadah Idul Fitri. - Mampu
Syarat keempat adalah mampu. Kemampuan di sini meliputi kemampuan secara fisik dan finansial. Orang yang tidak mampu secara fisik atau finansial tidak diwajibkan melaksanakan ibadah Idul Fitri.
Dengan memahami syarat sah Idul Fitri, umat Islam dapat memastikan bahwa ibadah yang mereka laksanakan sudah sesuai dengan tuntunan syariat. Syarat-syarat ini juga menjadi dasar dalam menjawab berbagai permasalahan dan kontroversi yang muncul terkait dengan Idul Fitri.
Hikmah
Hikmah merupakan aspek penting dalam dalil tentang Idul Fitri karena menjadi landasan filosofis dan tujuan dari pelaksanaan ibadah ini. Hikmah secara bahasa berarti kebijaksanaan atau pelajaran yang dapat diambil dari suatu peristiwa atau kejadian. Dalam konteks Idul Fitri, hikmah memiliki makna yang sangat dalam dan menjadi penguat bagi kewajiban melaksanakan ibadah ini.
Hikmah Idul Fitri sangat erat kaitannya dengan dalil tentang Idul Fitri. Dalil-dalil yang memerintahkan pelaksanaan Idul Fitri, seperti ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, juga menjelaskan tentang hikmah di balik ibadah ini. Misalnya, dalam surat Al-Baqarah ayat 185, Allah SWT berfirman, “Agar kamu menyempurnakan puasa Ramadan dan agar kamu membesarkan Allah atas petunjuk-Nya yang telah diberikan kepadamu, dan agar kamu bersyukur.” Ayat ini menunjukkan bahwa hikmah Idul Fitri adalah untuk mensyukuri nikmat Allah SWT atas petunjuk-Nya dan atas keberhasilan dalam melaksanakan ibadah puasa Ramadan.
Selain itu, hikmah Idul Fitri juga dapat dilihat dari dampak positifnya bagi kehidupan manusia. Ibadah Idul Fitri mengajarkan tentang pentingnya silaturahmi, saling memaafkan, dan memperkuat ukhuwah Islamiyah. Melalui ibadah ini, umat Islam diingatkan untuk selalu menjaga hubungan baik dengan sesama, meskipun pernah terjadi perselisihan atau perbedaan pendapat. Hikmah inilah yang menjadi nilai tambah dalam pelaksanaan Idul Fitri dan menjadikannya sebagai ibadah yang sangat dianjurkan.
Sejarah
Sejarah merupakan aspek penting dalam dalil tentang Idul Fitri karena memberikan konteks dan latar belakang yang mendasari pelaksanaan ibadah ini. Dari sejarah, kita dapat memahami asal-usul, perkembangan, dan makna filosofis dari Idul Fitri.
- Asal-Usul
Idul Fitri pertama kali dirayakan pada zaman Nabi Muhammad SAW setelah peristiwa Fathu Makkah pada tahun 2 Hijriah. Saat itu, Nabi SAW memerintahkan umat Islam untuk berkumpul di lapangan dan melaksanakan shalat Idul Fitri secara berjamaah.
- Tradisi dan Budaya
Seiring berjalannya waktu, Idul Fitri berkembang dan menjadi bagian dari tradisi dan budaya masyarakat Muslim di berbagai belahan dunia. Setiap daerah memiliki tradisi dan cara tersendiri dalam merayakan Idul Fitri, seperti tradisi mudik, takbiran, dan halal bi halal.
- Nilai-Nilai Filosofis
Sejarah Idul Fitri juga merefleksikan nilai-nilai filosofis yang mendasarinya, seperti nilai persatuan, kebersamaan, dan saling memaafkan. Idul Fitri menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama Muslim dan membangun masyarakat yang harmonis.
- Kontroversi dan Perkembangan
Dalam perjalanan sejarahnya, Idul Fitri juga tidak lepas dari kontroversi dan perkembangan. Perbedaan pendapat mengenai waktu pelaksanaan Idul Fitri atau cara perayaannya pernah terjadi di kalangan umat Islam. Namun, seiring berjalannya waktu, kontroversi tersebut dapat diselesaikan melalui dialog dan ijtihad.
Dengan memahami sejarah Idul Fitri, kita dapat mengapresiasi makna dan hikmah di balik ibadah ini dengan lebih baik. Sejarah menjadi bukti nyata bahwa Idul Fitri bukan sekadar perayaan biasa, tetapi merupakan tradisi yang sarat akan nilai-nilai luhur dan memiliki peran penting dalam kehidupan beragama umat Islam.
Tata cara pelaksanaan
Tata cara pelaksanaan merupakan bagian penting dari dalil tentang Idul Fitri. Dalil-dalil yang memerintahkan pelaksanaan Idul Fitri, seperti ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, juga menjelaskan tentang tata cara pelaksanaan ibadah ini. Dengan demikian, tata cara pelaksanaan menjadi komponen krusial dalam memahami dan menjalankan ibadah Idul Fitri sesuai dengan tuntunan syariat.
Tata cara pelaksanaan Idul Fitri memiliki beberapa aspek penting, di antaranya waktu pelaksanaan, tempat pelaksanaan, syarat dan rukun shalat Idul Fitri, khutbah Idul Fitri, dan amalan-amalan sunnah yang dianjurkan pada hari raya Idul Fitri. Setiap aspek tersebut memiliki dasar hukum dan hikmah tersendiri, sehingga sangat penting untuk memahaminya dengan baik.
Pemahaman yang benar tentang tata cara pelaksanaan Idul Fitri akan membawa dampak positif bagi umat Islam. Dengan melaksanakan ibadah sesuai dengan tuntunan syariat, umat Islam dapat meraih keberkahan dan pahala yang dijanjikan Allah SWT. Selain itu, tata cara pelaksanaan Idul Fitri juga mencerminkan nilai-nilai luhur dalam Islam, seperti kebersamaan, persatuan, dan saling memaafkan.
Jenis Amal Ibadah
Jenis amal ibadah merupakan aspek penting dalam dalil tentang Idul Fitri karena berkaitan dengan berbagai bentuk ibadah yang dianjurkan pada hari raya tersebut. Pemahaman tentang jenis amal ibadah akan memberikan panduan bagi umat Islam dalam melaksanakan Idul Fitri secara sesuai dengan tuntunan syariat dan meraih keberkahan yang dijanjikan Allah SWT.
- Sholat Idul Fitri
Sholat Idul Fitri merupakan ibadah wajib yang dilaksanakan pada pagi hari setelah terbit matahari pada tanggal 1 Syawal. Sholat ini memiliki keutamaan yang besar dan sangat dianjurkan untuk dilaksanakan berjamaah di lapangan atau masjid. - Takbir dan Tahmid
Takbir dan tahmid adalah ucapan yang mengagungkan Allah SWT. Ucapan ini dianjurkan untuk diperbanyak pada malam dan hari raya Idul Fitri sebagai wujud rasa syukur dan kebahagiaan atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. - Sedekah Fitrah
Sedekah fitrah merupakan ibadah wajib yang harus ditunaikan oleh setiap Muslim yang mampu sebelum melaksanakan sholat Idul Fitri. Sedekah fitrah bertujuan untuk menyucikan diri dari dosa-dosa kecil dan membantu masyarakat yang membutuhkan. - Silaturahmi
Silaturahmi merupakan ibadah yang sangat dianjurkan pada hari raya Idul Fitri. Umat Islam saling mengunjungi dan bersalam-salaman untuk mempererat tali persaudaraan dan saling memaafkan kesalahan.
Jenis amal ibadah pada hari raya Idul Fitri sangat beragam dan memiliki hikmah tersendiri. Dengan memahami dan melaksanakan jenis amal ibadah tersebut, umat Islam dapat memperoleh keberkahan dan pahala yang melimpah dari Allah SWT. Selain itu, amal ibadah tersebut juga dapat memperkuat ukhuwah Islamiyah dan menciptakan suasana yang harmonis dalam masyarakat.
Anjuran dan Larangan
Dalam konteks dalil tentang Idul Fitri, anjuran dan larangan memegang peranan penting dalam mengatur tata cara pelaksanaan dan menjaga kesucian ibadah. Berbagai ketentuan yang ditetapkan memberikan panduan bagi umat Islam untuk menjalankan Idul Fitri sesuai dengan tuntunan syariat.
- Waktu Pelaksanaan
Idul Fitri dianjurkan untuk dilaksanakan pada tanggal 1 Syawal setelah terbit matahari. Pelaksanaan sholat Idul Fitri pada waktu yang tepat akan memberikan pahala yang lebih besar. - Pakaian yang Dipakai
Umat Islam dianjurkan untuk mengenakan pakaian terbaik dan bersih saat melaksanakan sholat Idul Fitri. Hal ini sebagai bentuk penghormatan kepada Allah SWT dan sesama muslim. - Larangan Berpuasa
Berpuasa pada hari raya Idul Fitri hukumnya haram. Umat Islam diperintahkan untuk menikmati makanan dan minuman yang telah dihalalkan pada hari tersebut. - Larangan Berlebihan
Meskipun dianjurkan untuk merayakan Idul Fitri dengan penuh suka cita, umat Islam diimbau untuk menghindari sikap berlebihan, seperti berfoya-foya dan membuang-buang harta.
Anjuran dan larangan yang berkaitan dengan dalil tentang Idul Fitri memberikan panduan bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah dengan khusyuk dan sesuai dengan tuntunan syariat. Dengan mematuhi ketentuan-ketentuan tersebut, umat Islam dapat meraih keberkahan dan pahala yang berlimpah dari Allah SWT.
Sunnah dan Bid’ah
Dalam konteks dalil tentang Idul Fitri, memahami konsep sunnah dan bid’ah sangat penting untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan tuntunan syariat. Sunnah adalah segala sesuatu yang diajarkan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, baik dalam perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya. Sementara itu, bid’ah adalah segala sesuatu yang baru dalam agama Islam dan tidak memiliki dasar dari ajaran Nabi Muhammad SAW.
Hubungan antara sunnah dan bid’ah dengan dalil tentang Idul Fitri sangat erat. Dalil-dalil yang mengatur pelaksanaan Idul Fitri bersumber dari Al-Qur’an, hadis, dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Dengan mengikuti sunnah, umat Islam dapat menjalankan ibadah Idul Fitri dengan benar dan sesuai dengan tuntunan agama.
Salah satu contoh sunnah dalam pelaksanaan Idul Fitri adalah melaksanakan sholat Idul Fitri secara berjamaah di lapangan atau masjid. Sunnah ini berdasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan umat Islam untuk melaksanakan sholat Idul Fitri bersama-sama. Sementara itu, contoh bid’ah dalam konteks Idul Fitri adalah merayakan hari raya dengan melakukan perbuatan yang tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, seperti melakukan pawai atau pesta yang berlebihan.
Memahami perbedaan antara sunnah dan bid’ah sangat penting untuk menghindari kesesatan dalam beribadah. Dengan menjalankan ibadah Idul Fitri sesuai dengan tuntunan sunnah, umat Islam dapat memperoleh keberkahan dan pahala yang berlimpah dari Allah SWT. Sebaliknya, jika terjerumus dalam bid’ah, dikhawatirkan ibadah yang dilakukan tidak diterima dan justru berdosa.
Kontroversi
Kontroversi merupakan bagian tak terpisahkan dari dalil tentang Idul Fitri. Perbedaan pendapat dan penafsiran dalam memahami dalil-dalil tersebut memunculkan berbagai kontroversi yang berdampak pada praktik perayaan Idul Fitri di kalangan umat Islam.
- Waktu Penetapan
Salah satu kontroversi yang sering muncul adalah terkait dengan waktu penetapan Idul Fitri. Sebagian pihak berpendapat bahwa Idul Fitri harus ditetapkan berdasarkan rukyatul hilal (melihat bulan), sementara pihak lain berpendapat bahwa Idul Fitri dapat ditetapkan secara hisab (perhitungan astronomi). - Tata Cara Sholat Id
Kontroversi juga terjadi dalam tata cara pelaksanaan sholat Idul Fitri. Ada perbedaan pendapat mengenai jumlah rakaat, bacaan yang digunakan, dan posisi imam saat sholat. - Tradisi Perayaan
Tradisi perayaan Idul Fitri juga menjadi sumber kontroversi. Ada pihak yang berpendapat bahwa tradisi tertentu, seperti takbir keliling atau pawai obor, tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sementara pihak lain menganggap tradisi tersebut sebagai bagian dari budaya dan tidak bertentangan dengan syariat. - Dampak Sosial
Perayaan Idul Fitri juga dapat memunculkan kontroversi terkait dengan dampak sosialnya. Sebagian pihak mengkritik tradisi mudik yang menyebabkan kemacetan dan polusi. Ada pula yang mempertanyakan kesenjangan sosial yang terlihat jelas saat Idul Fitri, di mana sebagian orang merayakan dengan mewah sementara yang lain hidup dalam kekurangan.
Kontroversi-kontroversi tersebut menunjukkan kompleksitas dalam memahami dan mengamalkan dalil tentang Idul Fitri. Umat Islam perlu memiliki pemahaman yang komprehensif tentang dalil-dalil tersebut serta hikmah di baliknya. Sikap saling menghormati dan toleransi juga diperlukan dalam menghadapi perbedaan pendapat, sehingga perayaan Idul Fitri dapat menjadi momen yang penuh berkah dan kebersamaan bagi seluruh umat Islam.
Tanya Jawab tentang Dalil tentang Idul Fitri
Bagian ini akan menyajikan beberapa tanya jawab untuk mengantisipasi pertanyaan atau memberikan klarifikasi mengenai dalil tentang Idul Fitri.
Pertanyaan 1: Apa dasar hukum pelaksanaan Idul Fitri?
Jawaban: Dalil tentang Idul Fitri bersumber dari Al-Qur’an, hadis Nabi Muhammad SAW, ijma’ (kesepakatan ulama), dan qiyas (analogi).
Pertanyaan 2: Siapa yang wajib melaksanakan Idul Fitri?
Jawaban: Idul Fitri wajib dilaksanakan bagi setiap Muslim yang memenuhi syarat, yaitu balig, berakal, dan mampu secara finansial.
Pertanyaan 3: Apa hikmah dari perayaan Idul Fitri?
Jawaban: Hikmah Idul Fitri antara lain untuk mensyukuri nikmat Allah SWT, mempererat tali silaturahmi, dan saling memaafkan.
Pertanyaan 4: Bagaimana tata cara pelaksanaan sholat Idul Fitri?
Jawaban: Sholat Idul Fitri dilaksanakan secara berjamaah di lapangan atau masjid dengan dua rakaat, diawali dengan tujuh takbir pada rakaat pertama dan lima takbir pada rakaat kedua.
Pertanyaan 5: Apa saja amalan sunnah yang dianjurkan saat Idul Fitri?
Jawaban: Amalan sunnah saat Idul Fitri antara lain takbir dan tahmid, memakai pakaian terbaik, sedekah fitrah, dan silaturahmi.
Pertanyaan 6: Apa perbedaan antara sunnah dan bid’ah dalam konteks Idul Fitri?
Jawaban: Sunnah adalah segala sesuatu yang diajarkan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, sedangkan bid’ah adalah segala sesuatu yang baru dalam agama Islam dan tidak memiliki dasar dari ajaran Nabi Muhammad SAW.
Demikianlah beberapa tanya jawab tentang dalil tentang Idul Fitri. Semoga dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan menghindari kesalahpahaman dalam pelaksanaan ibadah ini.
Selanjutnya, kita akan membahas tentang sejarah dan perkembangan perayaan Idul Fitri dalam khazanah Islam.
Tips Memahami Dalil tentang Idul Fitri
Berikut beberapa tips untuk memahami dalil tentang Idul Fitri secara lebih mendalam:
1. Pelajari sumber-sumber dalil. Dalil tentang Idul Fitri bersumber dari Al-Qur’an, hadis, ijma’ (kesepakatan ulama), dan qiyas (analogi). Mempelajari sumber-sumber ini akan memberikan pemahaman yang komprehensif tentang dasar hukum dan hikmah di balik perayaan Idul Fitri.
2. Pahami syarat dan rukun ibadah. Idul Fitri memiliki syarat dan rukun ibadah tertentu, seperti balig, berakal, dan mampu secara finansial. Memahami syarat dan rukun ini akan membantu memastikan bahwa ibadah Idul Fitri yang dijalankan sesuai dengan tuntunan syariat.
3. Dalami hikmah dan tujuan Idul Fitri. Hikmah Idul Fitri sangat penting untuk dipahami karena memberikan makna dan tujuan yang mendalam dari perayaan ini. Hikmah Idul Fitri antara lain mensyukuri nikmat Allah SWT, mempererat tali silaturahmi, dan saling memaafkan.
4. Ketahui tata cara pelaksanaan ibadah. Tata cara pelaksanaan ibadah Idul Fitri, seperti sholat Idul Fitri, takbir dan tahmid, dan sedekah fitrah, memiliki ketentuan tertentu. Memahami tata cara ini akan membantu menjalankan ibadah dengan benar dan khusyuk.
5. Hindari bid’ah dan syubhat. Dalam beribadah, termasuk dalam merayakan Idul Fitri, penting untuk menghindari bid’ah dan syubhat. Bid’ah adalah segala sesuatu yang baru dalam agama Islam dan tidak memiliki dasar dari ajaran Nabi Muhammad SAW, sedangkan syubhat adalah sesuatu yang meragukan kehalalannya. Menghindari bid’ah dan syubhat akan menjaga kesucian ibadah dan menjauhkan dari kesesatan.
6. Jaga sikap dan perilaku. Idul Fitri adalah momen untuk saling memaafkan dan mempererat tali silaturahmi. Jaga sikap dan perilaku selama merayakan Idul Fitri agar tidak menimbulkan perselisihan atau kesalahpahaman.
7. Manfaatkan Idul Fitri untuk introspeksi diri. Idul Fitri dapat menjadi momen yang tepat untuk melakukan introspeksi diri dan merenungi perjalanan spiritual selama setahun terakhir. Hal ini akan membantu meningkatkan kualitas ibadah dan hubungan dengan Allah SWT.
Dengan menerapkan tips-tips di atas, insya Allah kita dapat memahami dalil tentang Idul Fitri dengan lebih mendalam dan mengamalkannya sesuai dengan tuntunan syariat. Pemahaman yang benar akan membawa keberkahan dan pahala yang berlimpah, serta menjadikan Idul Fitri sebagai momentum untuk memperkuat iman dan ukhuwah Islamiyah.
Selanjutnya, kita akan membahas tentang sejarah dan perkembangan perayaan Idul Fitri dalam khazanah Islam. Sejarah ini akan memberikan konteks dan latar belakang yang lebih luas tentang bagaimana Idul Fitri dirayakan dan diamalkan sepanjang zaman.
Kesimpulan
Pembahasan tentang “dalil tentang Idul Fitri” memberikan pemahaman yang mendalam tentang dasar hukum, syarat, hikmah, dan tata cara pelaksanaan ibadah ini. Beberapa poin utama yang saling berkaitan meliputi:
- Idul Fitri memiliki dasar hukum yang kuat dalam Al-Qur’an, hadis, ijma’, dan qiyas, menjadikannya ibadah wajib bagi umat Islam yang memenuhi syarat.
- Hikmah Idul Fitri sangat mulia, yaitu untuk mensyukuri nikmat Allah SWT, mempererat tali silaturahmi, dan saling memaafkan, sehingga dapat memperkuat ukhuwah Islamiyah.
- Memahami dan mengamalkan dalil tentang Idul Fitri dengan benar akan membawa keberkahan dan pahala yang berlimpah, serta menjaga kesucian ibadah dari bid’ah dan syubhat.
Idul Fitri menjadi momen penting bagi umat Islam untuk merefleksikan perjalanan spiritual, memperkuat hubungan dengan Allah SWT, dan membangun masyarakat yang harmonis. Marilah kita jadikan Idul Fitri sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas keimanan dan mempererat tali persaudaraan, sesuai dengan tuntunan syariat Islam.