Hukum Berpuasa Dalam Keadaan Junub

jurnal


Hukum Berpuasa Dalam Keadaan Junub

Hukum berpuasa dalam keadaan junub adalah ketentuan mengenai keabsahan puasa bagi seseorang yang berhadas besar (junub) karena bersetubuh, keluar mani, atau sebab lainnya. Dalam Islam, junub dihukumi batal puasanya, sehingga wajib baginya untuk mandi besar (junub) sebelum melanjutkan puasa.

Hukum berpuasa dalam keadaan junub memiliki beberapa hikmah, di antaranya menjaga kesucian dan kebersihan diri, serta sebagai bentuk penghormatan kepada bulan Ramadan. Dalam sejarah Islam, hukum ini telah ditetapkan sejak zaman Rasulullah SAW dan terus diamalkan oleh umat Islam hingga saat ini.

Jaga Kesehatan si kecil dengan cari my baby di shopee : https://s.shopee.co.id/7zsVkHI1Ih

Pembahasan mengenai hukum berpuasa dalam keadaan junub akan mencakup berbagai aspek, seperti tata cara mandi junub yang benar, dampaknya terhadap puasa, serta solusi bagi mereka yang mengalami kesulitan mandi junub saat berpuasa.

hukum berpuasa dalam keadaan junub

Hukum berpuasa dalam keadaan junub merupakan hal yang penting untuk diketahui oleh umat Islam, karena menyangkut keabsahan puasa. Ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan terkait hukum ini, antara lain:

  • Kewajiban mandi junub
  • Waktu mandi junub
  • Tata cara mandi junub
  • Dampak tidak mandi junub
  • Hukum puasa bagi yang tidak bisa mandi junub
  • Hikmah hukum berpuasa dalam keadaan junub
  • Sejarah hukum berpuasa dalam keadaan junub
  • Dalil hukum berpuasa dalam keadaan junub
  • Pendapat ulama tentang hukum berpuasa dalam keadaan junub
  • Konsekuensi hukum berpuasa dalam keadaan junub

Memahami aspek-aspek tersebut sangat penting untuk memastikan keabsahan puasa kita. Dengan mengetahui kewajiban, waktu, tata cara, dan dampak dari mandi junub, kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan benar. Selain itu, memahami hikmah di balik hukum ini juga akan meningkatkan kesadaran kita tentang pentingnya menjaga kesucian dan kebersihan diri, serta menghormati bulan Ramadan.

Kewajiban mandi junub

Kewajiban mandi junub merupakan salah satu aspek penting dalam hukum berpuasa dalam keadaan junub. Mandi junub adalah mandi besar yang dilakukan untuk menghilangkan hadas besar, seperti setelah bersetubuh, keluar mani, atau haid bagi wanita. Dalam Islam, orang yang berhadas besar tidak diperbolehkan untuk melakukan ibadah, termasuk puasa.

Oleh karena itu, bagi seseorang yang berpuasa dan mengalami hadas besar, wajib baginya untuk mandi junub sebelum melanjutkan puasanya. Jika ia tidak mandi junub, maka puasanya tidak sah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa yang berpuasa dalam keadaan junub, maka puasanya tidak diterima.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Kewajiban mandi junub dalam hukum berpuasa dalam keadaan junub memiliki hikmah yang banyak, antara lain menjaga kesucian dan kebersihan diri, serta sebagai bentuk penghormatan kepada bulan Ramadan. Selain itu, mandi junub juga dapat menyegarkan tubuh dan pikiran, sehingga dapat membantu kita untuk lebih fokus dalam beribadah puasa.

Memahami kewajiban mandi junub dan hubungannya dengan hukum berpuasa dalam keadaan junub sangat penting bagi umat Islam. Dengan mengetahui hal ini, kita dapat memastikan bahwa puasa kita sah dan diterima oleh Allah SWT.

Waktu mandi junub

Waktu mandi junub merupakan salah satu aspek penting dalam hukum berpuasa dalam keadaan junub, karena menentukan keabsahan puasa seseorang. Ada beberapa waktu yang perlu diperhatikan terkait mandi junub, antara lain:

  • Sebelum imsak
    Bagi orang yang berhadas besar pada malam hari, wajib baginya untuk mandi junub sebelum imsak. Jika ia tidak mandi junub sebelum imsak, maka puasanya tidak sah.
  • Setelah bersetubuh
    Bagi pasangan suami istri yang melakukan hubungan intim pada malam hari, wajib bagi mereka untuk mandi junub sebelum melanjutkan puasa. Jika mereka tidak mandi junub, maka puasanya tidak sah.
  • Setelah keluar mani
    Bagi seseorang yang mengalami keluar mani, baik disengaja maupun tidak disengaja, wajib baginya untuk mandi junub. Jika ia tidak mandi junub, maka puasanya tidak sah.
  • Setelah haid atau nifas
    Bagi wanita yang telah selesai haid atau nifas, wajib baginya untuk mandi junub. Jika ia tidak mandi junub, maka puasanya tidak sah.

Memahami waktu mandi junub sangat penting untuk memastikan keabsahan puasa kita. Dengan mengetahui waktu-waktu tersebut, kita dapat menghindari hal-hal yang dapat membatalkan puasa kita, seperti melakukan hubungan intim atau keluar mani saat berpuasa.

Tata cara mandi junub

Tata cara mandi junub merupakan aspek penting dalam hukum berpuasa dalam keadaan junub. Pasalnya, mandi junub adalah syarat wajib untuk menghilangkan hadas besar, yang merupakan salah satu hal yang membatalkan puasa. Tata cara mandi junub yang benar dapat memastikan bahwa puasa kita sah dan diterima oleh Allah SWT.

Tata cara mandi junub yang benar adalah sebagai berikut:

  1. Niat mandi junub.
  2. Mencuci kedua tangan sampai pergelangan tangan.
  3. Membersihkan bagian-bagian yang kotor.
  4. Berwudhu seperti wudhu untuk shalat.
  5. Mengguyur kepala dan seluruh tubuh tiga kali.
  6. Menggosok seluruh tubuh dengan sabun atau tanah.
  7. Memastikan bahwa air telah membasahi seluruh tubuh, termasuk sela-sela jari tangan dan kaki.

Dengan mengikuti tata cara mandi junub yang benar, kita dapat memastikan bahwa puasa kita sah dan diterima oleh Allah SWT. Selain itu, mandi junub juga dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, seperti membersihkan tubuh dari kotoran dan bakteri, serta menyegarkan tubuh dan pikiran.

Dampak tidak mandi junub

Dampak tidak mandi junub sangat erat kaitannya dengan hukum berpuasa dalam keadaan junub. Pasalnya, mandi junub adalah syarat wajib untuk menghilangkan hadas besar, yang merupakan salah satu hal yang membatalkan puasa. Oleh karena itu, jika seseorang tidak mandi junub dalam keadaan junub, maka puasanya tidak sah.

Beberapa dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari tidak mandi junub dalam keadaan junub antara lain:

  • Puasa tidak diterima oleh Allah SWT.
  • Dosa besar karena melanggar perintah Allah SWT.
  • Merasa tidak nyaman dan tidak tenang saat berpuasa.
  • Kurangnya berkah dan pahala puasa.

Memahami dampak negatif dari tidak mandi junub sangatlah penting untuk mendorong umat Islam agar senantiasa menjaga kesucian dan kebersihan diri, terutama saat berpuasa. Dengan mandi junub, kita dapat memastikan bahwa puasa kita sah dan diterima oleh Allah SWT, serta dapat menjalankan ibadah puasa dengan nyaman dan tenang.

Hukum puasa bagi yang tidak bisa mandi junub

Dalam hukum berpuasa dalam keadaan junub, terdapat pengecualian bagi mereka yang tidak bisa mandi junub karena alasan tertentu. Hukum puasa bagi yang tidak bisa mandi junub ini memiliki beberapa aspek penting yang perlu dipahami.

  • Udzur syar’i

    Udzur syar’i adalah alasan yang dibenarkan oleh syariat Islam untuk tidak mandi junub. Alasan tersebut antara lain sakit, bepergian jauh, dan tidak adanya air.

  • Tata cara tayamum

    Bagi yang tidak bisa mandi junub karena udzur syar’i, dapat melakukan tayamum sebagai pengganti mandi junub. Tata cara tayamum adalah dengan mengusap wajah dan kedua tangan dengan debu yang suci.

  • Puasa tetap sah

    Dengan melakukan tayamum, puasa seseorang yang tidak bisa mandi junub tetap sah. Namun, ia harus segera mandi junub setelah udzurnya hilang.

  • Hikmah keringanan

    Keringanan hukum puasa bagi yang tidak bisa mandi junub merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya. Dengan keringanan ini, semua orang dapat menjalankan ibadah puasa meskipun dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk mandi junub.

Memahami hukum puasa bagi yang tidak bisa mandi junub sangat penting untuk memastikan keabsahan puasa kita. Dengan mengetahui alasan yang dibenarkan, tata cara tayamum, dan hikmah di balik keringanan ini, kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar.

Hikmah hukum berpuasa dalam keadaan junub

Hikmah hukum berpuasa dalam keadaan junub merupakan aspek penting yang tidak dapat dipisahkan dari hukum itu sendiri. Hikmah tersebut menjadi dasar dan alasan di balik pemberlakuan hukum berpuasa dalam keadaan junub, serta memberikan makna dan tujuan yang lebih dalam bagi ibadah puasa.

Salah satu hikmah utama hukum berpuasa dalam keadaan junub adalah untuk menjaga kesucian dan kebersihan diri. Junub, yang disebabkan oleh keluarnya mani atau hubungan seksual, dianggap sebagai hadas besar yang dapat mengotori tubuh dan jiwa. Dengan mewajibkan mandi junub sebelum melanjutkan puasa, hukum ini memastikan bahwa umat Islam berada dalam keadaan suci dan bersih saat menjalankan ibadah puasa.

Selain itu, hikmah hukum berpuasa dalam keadaan junub juga terkait dengan penghormatan terhadap bulan Ramadan. Bulan Ramadan merupakan bulan yang mulia dan penuh berkah, sehingga sudah sepantasnya bagi umat Islam untuk menyambutnya dengan kesucian dan kebersihan diri. Mandi junub menjadi salah satu bentuk penghormatan dan kesiapan untuk menjalankan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya.

Memahami hikmah hukum berpuasa dalam keadaan junub sangat penting bagi umat Islam. Dengan mengetahui hikmah tersebut, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih bermakna dan khusyuk. Selain itu, hikmah ini juga dapat memotivasi umat Islam untuk senantiasa menjaga kesucian dan kebersihan diri, baik dalam keadaan berpuasa maupun tidak.

Sejarah hukum berpuasa dalam keadaan junub

Sejarah hukum berpuasa dalam keadaan junub tidak terlepas dari perkembangan hukum Islam secara keseluruhan. Sejak zaman Rasulullah SAW, hukum ini telah ditetapkan dan diamalkan oleh umat Islam hingga saat ini. Memahami sejarah hukum berpuasa dalam keadaan junub dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang hukum tersebut dan hikmah di baliknya.

  • Masa Nabi Muhammad SAW

    Pada masa Nabi Muhammad SAW, hukum berpuasa dalam keadaan junub sudah ditetapkan dan diwajibkan bagi umat Islam. Hal ini berdasarkan hadis-hadis Nabi SAW, seperti sabda beliau, “Barang siapa yang berpuasa dalam keadaan junub, maka puasanya tidak diterima.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

  • Masa Khulafaur Rasyidin

    Pada masa Khulafaur Rasyidin, hukum berpuasa dalam keadaan junub terus ditegaskan dan diamalkan. Para sahabat Nabi SAW, seperti Abu Bakar, Umar, dan Ali, juga mewajibkan umat Islam untuk mandi junub sebelum melanjutkan puasa.

  • Masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah

    Pada masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, hukum berpuasa dalam keadaan junub menjadi bagian dari fikih Islam. Para ulama membahas hukum ini secara mendalam dan menetapkan berbagai ketentuan terkait tata cara mandi junub, waktu mandi junub, dan dampak tidak mandi junub.

  • Masa Kontemporer

    Pada masa kontemporer, hukum berpuasa dalam keadaan junub masih tetap berlaku dan menjadi bagian dari ajaran Islam. Umat Islam di seluruh dunia terus menjalankan hukum ini sebagai bentuk kepatuhan kepada Allah SWT dan sebagai upaya untuk menjaga kesucian dan kebersihan diri podczas Ramadhan.

Memahami sejarah hukum berpuasa dalam keadaan junub dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang hukum tersebut. Dengan mengetahui asal-usul dan perkembangan hukum ini, umat Islam dapat lebih mengapresiasi hikmah di baliknya dan menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik dan sempurna.

Dalil hukum berpuasa dalam keadaan junub

Dalil hukum berpuasa dalam keadaan junub merupakan dasar hukum yang menjadi landasan penetapan hukum tersebut. Dalil-dalil tersebut bersumber dari Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW, yang menjadi sumber utama ajaran Islam. Memahami dalil hukum berpuasa dalam keadaan junub sangat penting untuk meyakini dan menjalankan hukum tersebut dengan benar.

Salah satu dalil hukum berpuasa dalam keadaan junub terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 187, yang artinya, “Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” Ayat ini menunjukkan bahwa puasa dimulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dan dalam kondisi junub tidak diperbolehkan untuk makan atau minum, yang berarti juga tidak diperbolehkan untuk berpuasa.

Selain itu, terdapat hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud, yang artinya, “Barang siapa yang berpuasa dalam keadaan junub, maka puasanya tidak diterima.” Hadis ini secara tegas menyatakan bahwa puasa dalam keadaan junub tidak sah dan tidak diterima oleh Allah SWT. Oleh karena itu, bagi umat Islam yang ingin menjalankan ibadah puasa dengan sempurna, wajib hukumnya untuk mandi junub terlebih dahulu jika dalam keadaan junub.

Memahami dalil hukum berpuasa dalam keadaan junub sangat penting untuk meyakinkan hati dan menguatkan keyakinan umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa. Dalil-dalil tersebut menjadi bukti nyata bahwa hukum berpuasa dalam keadaan junub bukanlah sebuah aturan yang dibuat-buat, melainkan perintah langsung dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Dengan memahami dalil-dalil tersebut, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik dan sempurna.

Pendapat ulama tentang hukum berpuasa dalam keadaan junub

Pendapat ulama tentang hukum berpuasa dalam keadaan junub sangat penting untuk diketahui karena menjadi dasar penetapan hukum tersebut. Ulama memiliki peran krusial dalam menafsirkan dalil-dalil agama dan merumuskan hukum-hukum Islam, termasuk hukum berpuasa dalam keadaan junub.

Mayoritas ulama dari berbagai mazhab, seperti Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali, sepakat bahwa hukum berpuasa dalam keadaan junub adalah tidak sah. Artinya, puasa seseorang yang dilakukan dalam keadaan junub tidak diterima oleh Allah SWT. Pendapat ini didasarkan pada dalil-dalil yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 187 dan hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud.

Dalam praktiknya, pendapat ulama tentang hukum berpuasa dalam keadaan junub menjadi pedoman bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa. Umat Islam wajib untuk mandi junub sebelum melanjutkan puasa jika dalam keadaan junub. Jika tidak mandi junub, maka puasanya tidak sah dan harus diqadha pada hari lain.

Memahami pendapat ulama tentang hukum berpuasa dalam keadaan junub sangat penting untuk memastikan keabsahan puasa kita. Dengan mengetahui pendapat ulama, kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan benar dan sesuai dengan tuntunan agama.

Konsekuensi hukum berpuasa dalam keadaan junub

Konsekuensi hukum berpuasa dalam keadaan junub merupakan aspek penting yang perlu diketahui oleh umat Islam. Pemahaman mengenai konsekuensi ini dapat membantu kita untuk menjalankan ibadah puasa dengan benar dan sesuai dengan syariat Islam.

  • Puasa tidak sah

    Konsekuensi utama dari berpuasa dalam keadaan junub adalah puasanya tidak sah. Hal ini dikarenakan junub merupakan hadas besar yang menghalangi seseorang untuk melakukan ibadah, termasuk puasa. Puasa yang tidak sah harus diqadha pada hari lain setelah Ramadhan.

  • Dosa besar

    Selain puasanya tidak sah, berpuasa dalam keadaan junub juga dapat menyebabkan dosa besar. Hal ini dikarenakan melanggar perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Dosa besar tentu saja harus dihindari oleh setiap Muslim.

  • Batalnya puasa

    Jika seseorang berpuasa dalam keadaan junub, kemudian ia mandi junub di siang hari, maka puasanya batal. Hal ini dikarenakan mandi junub di siang hari membatalkan puasa, meskipun ia berniat untuk melanjutkan puasanya.

Memahami konsekuensi hukum berpuasa dalam keadaan junub sangat penting untuk menghindari hal-hal yang dapat membatalkan puasa kita. Dengan mengetahui konsekuensi ini, kita dapat lebih berhati-hati dan menjaga kesucian diri selama bulan Ramadhan. Selain itu, pemahaman ini juga dapat meningkatkan kesadaran kita tentang pentingnya menjalankan ibadah puasa sesuai dengan tuntunan syariat Islam.

Pertanyaan dan Jawaban Hukum Berpuasa dalam Keadaan Junub

Berikut adalah beberapa pertanyaan dan jawaban yang umum ditanyakan mengenai hukum berpuasa dalam keadaan junub:

Pertanyaan 1: Apakah hukum berpuasa dalam keadaan junub?

Jawaban 1: Hukum berpuasa dalam keadaan junub adalah tidak sah. Artinya, puasa seseorang yang dilakukan dalam keadaan junub tidak diterima oleh Allah SWT.

Pertanyaan 2: Apa saja yang membatalkan puasa?

Jawaban 2: Selain junub, beberapa hal yang membatalkan puasa antara lain makan dan minum, muntah dengan sengaja, keluar mani, dan haid.

Pertanyaan 3: Bagaimana jika kita junub saat puasa, apakah puasanya batal?

Jawaban 3: Ya, jika kita junub saat puasa, maka puasanya batal dan harus diqadha pada hari lain setelah Ramadhan.

Pertanyaan 4: Bagaimana cara mandi junub yang benar?

Jawaban 4: Tata cara mandi junub yang benar adalah dengan niat mandi junub, mencuci kedua tangan, membersihkan bagian-bagian yang kotor, berwudhu seperti wudhu untuk shalat, mengguyur kepala dan seluruh tubuh tiga kali, menggosok seluruh tubuh dengan sabun atau tanah, dan memastikan bahwa air telah membasahi seluruh tubuh.

Pertanyaan 5: Apakah boleh mandi junub di siang hari saat puasa?

Jawaban 5: Tidak boleh, mandi junub di siang hari saat puasa membatalkan puasa.

Pertanyaan 6: Apa hikmah di balik hukum berpuasa dalam keadaan junub?

Jawaban 6: Hikmah di balik hukum berpuasa dalam keadaan junub adalah untuk menjaga kesucian dan kebersihan diri, serta sebagai bentuk penghormatan kepada bulan Ramadhan.

Demikian beberapa pertanyaan dan jawaban mengenai hukum berpuasa dalam keadaan junub. Memahami hukum ini sangat penting bagi umat Islam agar dapat menjalankan ibadah puasa dengan benar dan sesuai dengan tuntunan agama.

Selanjutnya, kita akan membahas tentang cara menjaga kesucian diri selama bulan Ramadhan.

Tips menjaga kesucian diri selama bulan Ramadhan

Menjaga kesucian diri selama bulan Ramadhan sangat penting untuk menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar. Berikut adalah beberapa tips yang dapat dilakukan:

1. Mandi junub sebelum imsak

Bagi yang berhadas besar, wajib untuk mandi junub sebelum imsak. Mandi junub dapat menghilangkan hadas besar dan membuat kita suci kembali.

2. Berwudhu sebelum shalat

Berwudhu sebelum shalat dapat menghilangkan hadas kecil dan membuat kita suci untuk melakukan shalat.

3. Menjaga kebersihan pakaian

Gunakan pakaian yang bersih dan suci saat berpuasa. Hindari menggunakan pakaian yang kotor atau terkena najis.

4. Menjaga kebersihan makanan dan minuman

Konsumsi makanan dan minuman yang bersih dan halal. Hindari makanan dan minuman yang kotor atau terkontaminasi najis.

5. Menjaga kebersihan tempat tinggal

Jaga kebersihan tempat tinggal agar terhindar dari kotoran dan najis. Tempat tinggal yang bersih dan nyaman akan mendukung kekhusyukan dalam beribadah.

6. Menjaga kebersihan lingkungan

Selain menjaga kebersihan diri, penting juga untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Hindari membuang sampah sembarangan atau melakukan perbuatan yang dapat mencemari lingkungan.

7. Menjaga kebersihan hati

Selain menjaga kebersihan fisik, penting juga untuk menjaga kebersihan hati. Hindari dari pikiran dan perbuatan buruk, seperti iri, dengki, dan fitnah.

8. Memperbanyak dzikir dan doa

Perbanyak dzikir dan doa selama bulan Ramadhan. Dzikir dan doa dapat membantu kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjaga kesucian hati.

Dengan menjaga kesucian diri selama bulan Ramadhan, kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik dan sempurna. Kesucian diri akan membantu kita untuk lebih fokus dalam beribadah dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

Tips-tips di atas merupakan bagian penting dalam menjalankan ibadah puasa. Dengan menerapkan tips-tips tersebut, kita dapat menjaga kesucian diri dan menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik dan sempurna.

Kesimpulan

Hukum berpuasa dalam keadaan junub merupakan aspek penting dalam ibadah puasa. Hukum ini mengharuskan umat Islam untuk mandi junub sebelum melanjutkan puasa jika dalam keadaan junub. Memahami hukum ini dan cara menjaga kesucian diri selama bulan Ramadhan sangat penting untuk menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar.

Beberapa poin utama dari artikel ini adalah:

  1. Hukum berpuasa dalam keadaan junub adalah tidak sah, karena junub merupakan hadas besar yang menghalangi seseorang untuk melakukan ibadah.
  2. Umat Islam wajib untuk mandi junub sebelum melanjutkan puasa jika dalam keadaan junub, dan jika tidak mandi junub maka puasanya tidak sah dan harus diqadha pada hari lain.
  3. Menjaga kesucian diri selama bulan Ramadhan sangat penting untuk menjalankan ibadah puasa dengan baik dan sempurna, dan dapat dilakukan dengan cara mandi junub sebelum imsak, berwudhu sebelum shalat, menjaga kebersihan pakaian, makanan, minuman, tempat tinggal, lingkungan, dan hati, serta memperbanyak dzikir dan doa.

Dengan memahami hukum berpuasa dalam keadaan junub dan cara menjaga kesucian diri selama bulan Ramadhan, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik dan sempurna, sehingga dapat memperoleh keberkahan dan pahala yang besar dari Allah SWT.

Youtube Video:



Artikel Terkait

Bagikan:

jurnal

Saya adalah seorang penulis yang sudah berpengalaman lebih dari 5 tahun. Hobi saya menulis artikel yang bermanfaat untuk teman-teman yang membaca artikel saya.

Artikel Terbaru