Hukum shalat tarawih adalah sunnah muakkadah, artinya sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Shalat tarawih adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada bulan Ramadhan, biasanya dilakukan berjamaah di masjid atau mushala. Salah satu contohnya adalah shalat tarawih yang dilaksanakan di Masjid Istiqlal, Jakarta, yang diikuti oleh ribuan jamaah.
Shalat tarawih memiliki banyak manfaat, di antaranya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah diperbuat, serta melatih kesabaran dan kekhusyukan dalam beribadah. Dalam sejarah Islam, shalat tarawih pertama kali dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW pada bulan Ramadhan tahun ke-2 Hijriyah.
Jaga Kesehatan si kecil dengan cari my baby di shopee : https://s.shopee.co.id/7zsVkHI1Ih
Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang hukum shalat tarawih, tata cara pelaksanaannya, nya, dan hal-hal yang berkaitan dengan shalat tarawih lainnya.
Hukum Shalat Tarawih adalah Sunnah Muakkadah
Hukum shalat tarawih adalah sunnah muakkadah, artinya sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Shalat tarawih memiliki banyak aspek penting yang perlu dipahami, di antaranya:
- Waktu pelaksanaan
- Jumlah rakaat
- Tata cara pelaksanaan
- Keutamaan
- Hukum meninggalkan
- Tempat pelaksanaan
- Makmum dan imam
- Niat
- Doa setelah shalat
Memahami aspek-aspek ini sangat penting agar shalat tarawih yang kita kerjakan sesuai dengan tuntunan syariat dan memperoleh keutamaan yang diharapkan. Sebagai contoh, mengetahui waktu pelaksanaan shalat tarawih akan membuat kita dapat melaksanakannya pada waktu yang tepat, yaitu setelah shalat Isya hingga menjelang waktu imsak. Mengetahui jumlah rakaat yang disunnahkan juga penting agar kita dapat melaksanakan shalat tarawih dengan sempurna, yaitu sebanyak 20 rakaat.
Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan shalat tarawih memiliki kaitan yang erat dengan hukum shalat tarawih adalah sunnah muakkadah. Sebab, waktu pelaksanaan shalat tarawih mempengaruhi keabsahan dan kesempurnaan shalat tarawih itu sendiri. Shalat tarawih yang dikerjakan di luar waktu yang telah ditentukan tidak dianggap sebagai shalat tarawih dan tidak mendapatkan keutamaan yang sama.
Waktu pelaksanaan shalat tarawih berdasarkan kesepakatan para ulama adalah setelah shalat Isya hingga menjelang waktu imsak. Waktu yang paling utama untuk melaksanakan shalat tarawih adalah pada sepertiga malam terakhir. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Shalat tarawih yang dikerjakan pada sepertiga malam terakhir dianggap lebih utama dan lebih banyak mendapatkan keutamaan.
Sebagai contoh, jika seseorang melaksanakan shalat tarawih pada pukul 21.00 WIB, maka shalat tarawih tersebut dianggap sah dan mendapatkan keutamaan. Namun, jika seseorang melaksanakan shalat tarawih pada pukul 15.00 WIB, maka shalat tarawih tersebut tidak dianggap sebagai shalat tarawih dan tidak mendapatkan keutamaan yang sama.
Dengan demikian, memahami waktu pelaksanaan shalat tarawih sangat penting agar shalat tarawih yang kita kerjakan sesuai dengan tuntunan syariat dan memperoleh keutamaan yang diharapkan.
Jumlah Rakaat
Jumlah rakaat dalam shalat tarawih memiliki kaitan yang erat dengan hukum shalat tarawih adalah sunnah muakkadah. Sebab, jumlah rakaat mempengaruhi kesempurnaan shalat tarawih dan menentukan apakah shalat tarawih tersebut dianggap sah atau tidak.
Menurut kesepakatan para ulama, jumlah rakaat shalat tarawih adalah 20 rakaat, dikerjakan dalam 10 salam. Setiap dua rakaat diakhiri dengan salam. Jumlah rakaat ini berdasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Aisyah RA:
Rasulullah SAW tidak pernah mengerjakan shalat malam lebih dari 11 rakaat, termasuk shalat witir. Beliau mengerjakan 8 rakaat, kemudian witir 3 rakaat.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Jumlah rakaat shalat tarawih juga dapat ditambah menjadi 36 rakaat, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian sahabat Nabi SAW, seperti Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib. Namun, jumlah rakaat yang paling utama tetap 20 rakaat.
Sebagai contoh, jika seseorang melaksanakan shalat tarawih sebanyak 20 rakaat, maka shalat tarawih tersebut dianggap sah dan sempurna. Namun, jika seseorang melaksanakan shalat tarawih kurang dari 20 rakaat, maka shalat tarawih tersebut tidak dianggap sah dan tidak mendapatkan keutamaan yang sama.
Dengan demikian, memahami jumlah rakaat dalam shalat tarawih sangat penting agar shalat tarawih yang kita kerjakan sesuai dengan tuntunan syariat dan memperoleh keutamaan yang diharapkan.
Tata cara pelaksanaan
Tata cara pelaksanaan shalat tarawih merupakan aspek penting yang perlu dipahami dalam konteks “hukum shalat tarawih adalah sunnah muakkadah”. Tata cara pelaksanaan yang benar akan memastikan shalat tarawih yang dikerjakan sesuai dengan tuntunan syariat dan memperoleh keutamaan yang diharapkan.
- Niat
Niat merupakan syarat sah shalat, termasuk shalat tarawih. Niat shalat tarawih diucapkan dalam hati pada saat takbiratul ihram, yaitu “Ushalli sunnatal tarawihi rak’ataini lillahi ta’ala” (Saya niat shalat sunnah tarawih dua rakaat karena Allah SWT).
- Rakaat
Jumlah rakaat shalat tarawih adalah 20 rakaat, dikerjakan dalam 10 salam. Setiap dua rakaat diakhiri dengan salam. Jumlah rakaat ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Aisyah RA.
- Bacaan
Bacaan dalam shalat tarawih pada umumnya sama dengan bacaan dalam shalat-shalat lainnya. Namun, terdapat perbedaan pada bacaan pada rakaat witir, yaitu membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas.
- Doa
Setelah salam, disunnahkan membaca doa setelah shalat tarawih. Doa yang dibaca dapat bervariasi, namun pada dasarnya berisi permohonan kepada Allah SWT untuk ampunan, rahmat, dan kebaikan.
Memahami dan melaksanakan tata cara pelaksanaan shalat tarawih dengan benar merupakan wujud dari menjalankan “hukum shalat tarawih adalah sunnah muakkadah”. Dengan demikian, shalat tarawih yang dikerjakan akan lebih bernilai ibadah dan memberikan keutamaan yang diharapkan.
Keutamaan
Keutamaan merupakan salah satu aspek penting dalam hukum shalat tarawih. Keutamaan shalat tarawih menjadi salah satu faktor yang mendorong hukum shalat tarawih menjadi sunnah muakkadah. Shalat tarawih yang dikerjakan dengan baik dan benar akan memberikan banyak pahala dan keutamaan bagi pelakunya.
Keutamaan shalat tarawih disebutkan dalam beberapa hadits Nabi Muhammad SAW, di antaranya:
- Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang melaksanakan shalat tarawih karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Shalat tarawih adalah shalat yang paling utama setelah shalat wajib.” (HR. Tirmidzi)
Berdasarkan hadits-hadits tersebut, dapat diketahui beberapa keutamaan shalat tarawih, yaitu:
- Menghapus dosa-dosa yang telah lalu
- Menjadi shalat yang paling utama setelah shalat wajib
- Mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT
Dengan memahami keutamaan shalat tarawih, diharapkan dapat memotivasi umat Islam untuk lebih giat dalam melaksanakan shalat tarawih, terutama pada bulan Ramadhan. Shalat tarawih menjadi salah satu ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperoleh pahala yang besar.
Hukum meninggalkan shalat tarawih
Hukum meninggalkan shalat tarawih memiliki kaitan yang erat dengan hukum shalat tarawih adalah sunnah muakkadah. Sebab, hukum meninggalkan shalat tarawih akan berpengaruh pada keabsahan dan kesempurnaan shalat tarawih itu sendiri. Meninggalkan shalat tarawih tanpa alasan yang syar’i dapat mengurangi pahala dan keutamaan yang diperoleh dari shalat tarawih.
Adapun hukum meninggalkan shalat tarawih dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
- Meninggalkan shalat tarawih dengan sengaja dan tanpa alasan yang syar’i, hukumnya adalah makruh.
- Meninggalkan shalat tarawih karena udzur syar’i, seperti sakit, bepergian jauh, atau halangan lainnya, hukumnya adalah tidak berdosa.
Sebagai contoh, jika seseorang sengaja meninggalkan shalat tarawih tanpa alasan yang syar’i, maka orang tersebut akan kehilangan pahala dan keutamaan yang seharusnya diperoleh dari shalat tarawih. Namun, jika seseorang meninggalkan shalat tarawih karena sakit, maka orang tersebut tidak berdosa dan tidak kehilangan pahala dan keutamaan shalat tarawih.
Dengan demikian, memahami hukum meninggalkan shalat tarawih sangat penting agar umat Islam dapat melaksanakan shalat tarawih dengan baik dan benar, serta memperoleh pahala dan keutamaan yang diharapkan.
Tempat pelaksanaan
Tempat pelaksanaan shalat tarawih memiliki kaitan yang erat dengan hukum shalat tarawih adalah sunnah muakkadah. Sebab, tempat pelaksanaan shalat tarawih mempengaruhi keabsahan dan kesempurnaan shalat tarawih itu sendiri. Shalat tarawih yang dikerjakan di tempat yang tidak sesuai dengan ketentuan syariat dapat mengurangi pahala dan keutamaan yang diperoleh dari shalat tarawih.
Tempat pelaksanaan shalat tarawih yang paling utama adalah di masjid. Hal ini berdasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Aisyah RA:
Rasulullah SAW mengerjakan shalat tarawih di masjid dan beliau melihat orang-orang mengerjakan shalat tarawih di rumah mereka. Maka beliau bersabda, “Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain di masjid, shalat tarawih juga dapat dilaksanakan di tempat-tempat lain, seperti musala, rumah, atau tempat umum lainnya. Namun, hukum shalat tarawih yang dikerjakan di tempat-tempat tersebut tidak seutama shalat tarawih yang dikerjakan di masjid.
Dengan demikian, memahami tempat pelaksanaan shalat tarawih sangat penting agar umat Islam dapat melaksanakan shalat tarawih dengan baik dan benar, serta memperoleh pahala dan keutamaan yang diharapkan.
Makmum dan imam
Dalam shalat tarawih, terdapat dua pihak yang terlibat, yaitu makmum dan imam. Makmum adalah orang yang mengikuti shalat di belakang imam, sedangkan imam adalah orang yang memimpin shalat. Hubungan antara makmum dan imam sangat erat dan memiliki pengaruh terhadap hukum shalat tarawih adalah sunnah muakkadah.
Kehadiran imam merupakan syarat sah shalat tarawih berjamaah. Jika tidak ada imam, maka shalat tarawih tidak dapat dilaksanakan secara berjamaah. Selain itu, imam juga berperan penting dalam menentukan tata cara pelaksanaan shalat tarawih, seperti jumlah rakaat, bacaan, dan gerakan shalat. Makmum wajib mengikuti imam dalam setiap gerakan shalat, sehingga kesesuaian gerakan makmum dengan imam menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keabsahan shalat tarawih.
Sebagai contoh, jika imam membaca surah Al-Ikhlas pada rakaat witir, maka makmum juga harus membaca surah Al-Ikhlas. Jika imam melakukan gerakan ruku’, maka makmum juga harus melakukan gerakan ruku’. Ketidaksesuaian antara gerakan makmum dengan imam dapat membuat shalat tarawih menjadi tidak sah.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara makmum dan imam sangat erat dan memiliki pengaruh terhadap hukum shalat tarawih adalah sunnah muakkadah. Kehadiran imam merupakan syarat sah shalat tarawih berjamaah, dan imam berperan penting dalam menentukan tata cara pelaksanaan shalat tarawih. Makmum wajib mengikuti imam dalam setiap gerakan shalat, sehingga kesesuaian gerakan makmum dengan imam menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keabsahan shalat tarawih. Memahami hubungan antara makmum dan imam sangat penting agar umat Islam dapat melaksanakan shalat tarawih dengan baik dan benar, serta memperoleh pahala dan keutamaan yang diharapkan.
Niat
Niat merupakan aspek penting dalam hukum shalat tarawih adalah sunnah muakkadah. Niat menjadi syarat sah shalat tarawih dan menentukan keabsahan serta kesempurnaan shalat yang dikerjakan.
- Lafadz Niat
Lafadz niat shalat tarawih diucapkan dalam hati pada saat takbiratul ihram, yaitu “Ushalli sunnatal tarawihi rak’ataini lillahi ta’ala” (Saya niat shalat sunnah tarawih dua rakaat karena Allah SWT).
- Ikhlas
Niat shalat tarawih harus ikhlas karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji atau dilihat orang lain.
- Menentukan Jumlah Rakaat
Dalam niat shalat tarawih, harus ditentukan jumlah rakaat yang akan dikerjakan, yaitu dua rakaat.
- Membedakan Tarawih dengan Salat Sunnah Lain
Niat shalat tarawih harus membedakan antara shalat tarawih dengan shalat sunnah lainnya, seperti shalat sunnah witir.
Memahami aspek niat dalam shalat tarawih sangat penting agar shalat tarawih yang dikerjakan sesuai dengan tuntunan syariat dan memperoleh keutamaan yang diharapkan. Niat yang benar dan ikhlas akan menjadikan shalat tarawih sebagai ibadah yang bernilai tinggi di sisi Allah SWT.
Doa setelah Shalat
Doa setelah shalat merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dari shalat tarawih. Hukum shalat tarawih adalah sunnah muakkadah, yang artinya sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Doa setelah shalat tarawih menjadi pelengkap yang menyempurnakan ibadah shalat tarawih itu sendiri.
Doa setelah shalat tarawih memiliki beberapa keutamaan, di antaranya:
- Menambah pahala dan keutamaan shalat tarawih.
- Mustajabnya doa setelah shalat.
- Menjadi sarana untuk memohon ampunan dan rahmat Allah SWT.
Adapun contoh doa setelah shalat tarawih yang bisa diamalkan adalah:
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni. (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai ampunan, maka ampunilah aku).
Dengan memahami hubungan antara doa setelah shalat dan hukum shalat tarawih, maka kita dapat melaksanakan shalat tarawih dengan lebih baik dan sempurna. Doa setelah shalat menjadi salah satu kunci untuk memperoleh pahala dan keutamaan yang maksimal dari ibadah shalat tarawih.
Tanya Jawab Hukum Shalat Tarawih
Berikut adalah tanya jawab seputar hukum shalat tarawih yang perlu diketahui:
Pertanyaan 1: Kapan waktu pelaksanaan shalat tarawih?
Jawaban: Shalat tarawih dilaksanakan setelah shalat Isya hingga menjelang waktu imsak. Waktu yang paling utama untuk melaksanakan shalat tarawih adalah pada sepertiga malam terakhir.
Pertanyaan 2: Berapa jumlah rakaat shalat tarawih?
Jawaban: Jumlah rakaat shalat tarawih adalah 20 rakaat, dikerjakan dalam 10 salam. Setiap dua rakaat diakhiri dengan salam.
Pertanyaan 3: Bagaimana tata cara pelaksanaan shalat tarawih?
Jawaban: Tata cara pelaksanaan shalat tarawih sama dengan shalat-shalat lainnya, hanya saja pada rakaat witir membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas.
Pertanyaan 4: Apa keutamaan shalat tarawih?
Jawaban: Shalat tarawih memiliki banyak keutamaan, di antaranya menghapus dosa-dosa yang telah lalu, menjadi shalat yang paling utama setelah shalat wajib, dan mendapatkan pahala yang besar.
Pertanyaan 5: Apakah hukum meninggalkan shalat tarawih?
Jawaban: Hukum meninggalkan shalat tarawih tanpa alasan yang syar’i adalah makruh. Namun, jika meninggalkan shalat tarawih karena udzur syar’i, seperti sakit atau bepergian jauh, maka tidak berdosa.
Pertanyaan 6: Di mana tempat pelaksanaan shalat tarawih?
Jawaban: Tempat pelaksanaan shalat tarawih yang paling utama adalah di masjid. Namun, shalat tarawih juga dapat dilaksanakan di tempat-tempat lain, seperti musala, rumah, atau tempat umum lainnya.
Demikianlah beberapa tanya jawab seputar hukum shalat tarawih. Memahami hukum dan tata cara shalat tarawih dengan baik akan membantu kita melaksanakan ibadah ini dengan benar dan memperoleh pahala yang diharapkan.
Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas lebih dalam tentang keutamaan dan hikmah dari shalat tarawih, serta tips-tips untuk melaksanakan shalat tarawih dengan khusyuk dan bermakna.
Tips Melaksanakan Shalat Tarawih dengan Khusyuk dan Bermakna
Shalat tarawih merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan. Berikut adalah beberapa tips untuk melaksanakan shalat tarawih dengan khusyuk dan bermakna:
Hadirkan Niat yang Benar: Niatkan shalat tarawih semata-mata karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji atau dilihat orang lain.
Bersihkan Diri: Berwudhu merupakan syarat sah shalat, termasuk shalat tarawih. Pastikan berwudhu dengan sempurna sebelum melaksanakan shalat tarawih.
Cari Tempat yang Tenang: Carilah tempat yang tenang dan nyaman untuk melaksanakan shalat tarawih, agar dapat lebih fokus dan khusyuk.
Fokus pada Bacaan dan Gerakan: Saat melaksanakan shalat tarawih, fokuslah pada bacaan dan gerakan shalat. Hindari pikiran-pikiran yang mengganggu konsentrasi.
Renungkan Makna Shalat: Sambil melaksanakan shalat tarawih, renungkanlah makna dari setiap bacaan dan gerakan shalat. Hal ini dapat membantu meningkatkan kekhusyukan dan pemahaman kita tentang shalat.
Berjamaah di Masjid: Jika memungkinkan, usahakanlah untuk melaksanakan shalat tarawih berjamaah di masjid. Shalat berjamaah memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan shalat sendirian.
Siapkan Mental dan Fisik: Shalat tarawih membutuhkan waktu yang cukup lama. Pastikan menyiapkan mental dan fisik dengan baik, agar dapat melaksanakan shalat tarawih dengan khusyuk dan nyaman.
Niat untuk Meneruskan Amalan: Setelah selesai melaksanakan shalat tarawih, niatkan untuk meneruskan amalan-amalan baik lainnya di bulan Ramadhan, seperti membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan mempererat silaturahmi.
Dengan mengikuti tips-tips di atas, diharapkan kita dapat melaksanakan shalat tarawih dengan lebih khusyuk dan bermakna. Shalat tarawih yang berkualitas akan memberikan dampak positif bagi kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat.
Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas tentang hikmah dan keutamaan shalat tarawih, serta dampaknya bagi kehidupan seorang muslim.
Kesimpulan
Artikel ini telah membahas secara mendalam tentang hukum shalat tarawih, mulai dari pengertian, tata cara pelaksanaan, keutamaan, hingga hikmah dan dampaknya bagi kehidupan seorang muslim. Dari pembahasan tersebut, dapat disarikan beberapa poin penting:
- Hukum shalat tarawih adalah sunnah muakkadah, artinya sangat dianjurkan untuk dikerjakan.
- Sholat tarawih memiliki banyak keutamaan, di antaranya menghapus dosa-dosa yang telah lalu, menjadi shalat yang paling utama setelah shalat wajib, dan mendapatkan pahala yang besar.
- Untuk melaksanakan sholat tarawih dengan baik dan bermakna, diperlukan niat yang benar, tempat yang tenang, fokus pada bacaan dan gerakan, serta renungan terhadap makna shalat.
Memahami hukum dan tata cara shalat tarawih dengan baik menjadi kunci untuk memperoleh keutamaan dan hikmah dari ibadah ini. Marilah kita bersama-sama meningkatkan kualitas shalat tarawih kita di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, sehingga dapat menjadi sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.