Kata Idul Adha

jurnal


Kata Idul Adha

Kata “Idul Adha” merupakan gabungan dari dua kata Arab, yaitu “Idul” yang berarti hari raya dan “Adha” yang berarti korban. Istilah ini merujuk pada hari raya umat Islam yang dirayakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriah.

Idul Adha memiliki makna penting dalam agama Islam. Hari raya ini memperingati peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim atas putranya, Ismail. Peristiwa ini mengajarkan nilai-nilai ketaatan, kesabaran, dan keikhlasan. Selain itu, Idul Adha juga menjadi momen bagi umat Islam untuk berbagi dan bersedekah kepada sesama.

Dalam sejarah perkembangan Islam, Idul Adha telah mengalami beberapa perubahan dan penyesuaian. Pada masa awal Islam, Idul Adha dirayakan dengan menyembelih hewan ternak dan membagikan dagingnya kepada fakir miskin. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini berkembang menjadi pembagian hewan kurban yang lebih terorganisir dan merata.

Kata Idul Adha

Kata “Idul Adha” memiliki makna dan aspek penting dalam agama Islam. Berikut adalah 9 aspek utama terkait dengan kata tersebut:

  • Hari Raya
  • Korban
  • Pengorbanan
  • Ketaatan
  • Kesabaran
  • Keikhlasan
  • Sedekah
  • Tradisi
  • Perkembangan

Aspek-aspek ini saling berkaitan dan membentuk pemahaman yang komprehensif tentang Idul Adha. Hari Raya Idul Adha merupakan hari raya besar bagi umat Islam, dimana mereka merayakan dengan menyembelih hewan kurban dan membagikan dagingnya kepada fakir miskin. Tradisi ini mengajarkan nilai-nilai pengorbanan, ketaatan, kesabaran, dan keikhlasan. Idul Adha juga menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi dan memperkuat rasa persaudaraan sesama umat Islam.

Hari Raya

Hari Raya merupakan hari besar dalam agama Islam yang dirayakan dengan penuh suka cita dan kemeriahan. Kata “Idul Adha” sendiri memiliki makna “hari raya kurban”, yang merujuk pada hari raya besar yang dirayakan umat Islam setiap tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriah. Hari Raya Idul Adha menjadi salah satu perayaan terpenting dalam Islam, karena memiliki makna dan nilai spiritual yang mendalam.

Idul Adha tidak dapat dipisahkan dari Hari Raya. Hari Raya menjadi momen perayaan dan ungkapan rasa syukur atas segala limpahan berkah dan karunia dari Allah SWT. Momen Hari Raya juga menjadi waktu yang tepat untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama, menjalin silaturahmi, dan mempererat tali persaudaraan.

Dalam konteks Idul Adha, Hari Raya memiliki peran yang sangat penting. Hari Raya menjadi puncak dari rangkaian ibadah selama bulan Dzulhijjah, yang dimulai dengan ibadah puasa Arafah. Pada Hari Raya Idul Adha, umat Islam melaksanakan salat Id berjamaah, mendengarkan khutbah, dan menyembelih hewan kurban. Ibadah-ibadah tersebut menjadi wujud pengamalan nilai-nilai pengorbanan, ketaatan, dan keikhlasan yang menjadi esensi dari Idul Adha.

Korban

Kata “korban” memiliki makna yang sangat penting dalam konteks Idul Adha. Korban dalam Idul Adha mengacu pada penyembelihan hewan ternak, seperti sapi, kambing, atau domba, yang dilakukan oleh umat Islam pada hari raya tersebut. Ibadah korban merupakan salah satu rukun atau bagian penting dari rangkaian ibadah Idul Adha.

Ibadah korban memiliki nilai dan makna spiritual yang mendalam. Korban menjadi simbol pengorbanan, ketaatan, dan keikhlasan umat Islam kepada Allah SWT. Melalui ibadah korban, umat Islam memperingati peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim atas putranya, Ismail. Peristiwa ini mengajarkan nilai-nilai pengorbanan yang luar biasa, ketaatan yang tidak tergoyahkan, dan keikhlasan yang sempurna.

Selain makna spiritual, ibadah korban juga memiliki manfaat sosial dan ekonomi. Daging hewan kurban yang disembelih dibagikan kepada fakir miskin dan masyarakat yang membutuhkan. Hal ini menjadi wujud kepedulian dan berbagi kebahagiaan dengan sesama, sekaligus mempererat tali persaudaraan antar umat Islam.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa korban merupakan komponen yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari kata Idul Adha. Ibadah korban menjadi salah satu praktik keagamaan yang memiliki makna spiritual, sosial, dan ekonomi yang mendalam. Melalui ibadah korban, umat Islam memperingati peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim, meneladani nilai-nilai pengorbanan, ketaatan, dan keikhlasan, serta berbagi kebahagiaan dengan sesama.

Pengorbanan

Pengorbanan merupakan aspek fundamental yang tidak terpisahkan dari kata Idul Adha. Pengorbanan dalam konteks ini memiliki makna yang luas, mencakup pengorbanan harta benda, waktu, tenaga, bahkan hingga pengorbanan jiwa.

  • Relinquishing Personal Desires

    Pengorbanan dalam Idul Adha mengajarkan umat Islam untuk merelakan keinginan dan kenikmatan pribadi demi menjalankan perintah Allah SWT. Contohnya, berpuasa pada Hari Arafah meski dalam keadaan lapar dan haus.

  • Menyembelih Hewan Kurban

    Ibadah kurban pada Idul Adha merupakan wujud pengorbanan harta benda. Hewan kurban yang disembelih menjadi simbol keikhlasan dan ketaatan kepada Allah SWT, sekaligus berbagi kebahagiaan dengan sesama.

  • Mengutamakan Kepentingan Bersama

    Pengorbanan dalam Idul Adha juga berarti mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Hal ini tercermin dalam sikap saling tolong menolong, berbagi makanan, dan mempererat tali silaturahmi.

  • Berjihad di Jalan Allah

    Pengorbanan tertinggi dalam Islam adalah berjihad di jalan Allah, yaitu berjuang membela agama dan kebenaran. Jihad dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, termasuk berdakwah, mempertahankan diri, dan melindungi kaum yang tertindas.

Dengan demikian, pengorbanan dalam kata Idul Adha memiliki makna yang komprehensif, meliputi pengorbanan harta benda, waktu, tenaga, hingga jiwa. Pengorbanan ini mengajarkan umat Islam untuk mengutamakan perintah Allah SWT, berbagi kebahagiaan dengan sesama, dan berjuang demi kebenaran dan keadilan.

Ketaatan

Ketaatan merupakan aspek penting dalam kata Idul Adha, yang merujuk pada kepatuhan dan ketundukan umat Islam kepada perintah-perintah Allah SWT. Melalui ketaatan, umat Islam menunjukkan rasa syukur dan penghambaan mereka kepada Tuhan yang menciptakan dan memelihara alam semesta.

  • Kepatuhan pada Perintah Allah

    Ketaatan dalam Idul Adha berarti mematuhi segala perintah dan larangan Allah SWT, baik yang berkaitan dengan ibadah maupun muamalah. Ibadah kurban, misalnya, merupakan bentuk ketaatan kepada perintah Allah untuk menyembelih hewan kurban pada hari raya Idul Adha.

  • Ketundukan pada Takdir

    Selain mematuhi perintah Allah, ketaatan dalam Idul Adha juga mencakup sikap menerima dan berserah diri pada takdir yang telah ditetapkan Allah SWT. Hal ini tercermin dalam kisah pengorbanan Nabi Ibrahim, yang menunjukkan ketaatannya kepada Allah meskipun harus mengorbankan putranya sendiri.

  • Kesabaran dalam Menghadapi Ujian

    Ketaatan dalam Idul Adha juga berarti bersabar dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup. Umat Islam percaya bahwa ujian merupakan bagian dari rencana Allah SWT untuk menguji keimanan dan ketaatan hamba-Nya. Dengan bersabar dan tawakal, umat Islam menunjukkan ketaatan mereka kepada Allah dalam kondisi apapun.

  • Ikhlas dalam Beribadah

    Ketaatan dalam Idul Adha juga berkaitan erat dengan ikhlas dalam beribadah. Ikhlas berarti melakukan ibadah semata-mata karena mengharap ridha Allah SWT, tanpa mengharapkan imbalan atau pujian dari manusia. Ibadah kurban, misalnya, harus dilakukan dengan ikhlas, tanpa mengharapkan balasan apapun selain dari Allah SWT.

Ketaatan dalam kata Idul Adha merupakan wujud nyata dari penghambaan umat Islam kepada Allah SWT. Melalui ketaatan, umat Islam menunjukkan rasa syukur, kepatuhan, kesabaran, dan keikhlasan mereka dalam menjalankan perintah agama. Ketaatan ini menjadi landasan bagi kehidupan beragama yang harmonis dan bermakna.

Kesabaran

Kesabaran merupakan aspek penting dalam “kata idul adha” yang mencerminkan keteguhan dan ketahanan umat Islam dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan. Kesabaran dalam konteks ini memiliki makna yang luas, meliputi kesabaran dalam menjalankan perintah agama, menerima takdir, menghadapi kesulitan hidup, dan mengendalikan hawa nafsu.

  • Sabar dalam Beribadah

    Kesabaran dalam beribadah berarti tetap konsisten dan tekun dalam menjalankan perintah agama, meskipun menghadapi kesulitan atau rintangan. Ibadah kurban, misalnya, membutuhkan pengorbanan harta benda dan waktu, sehingga kesabaran sangat diperlukan untuk melaksanakannya dengan ikhlas.

  • Sabar dalam Menerima Takdir

    Kesabaran dalam menerima takdir berarti menerima dengan lapang dada segala ketentuan Allah SWT, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim merupakan contoh kesabaran dalam menerima takdir, dimana beliau tetap teguh pada perintah Allah meskipun harus mengorbankan putranya.

  • Sabar dalam Menghadapi Kesulitan

    Kesabaran dalam menghadapi kesulitan berarti tetap tabah dan tidak menyerah ketika menghadapi masalah atau cobaan hidup. Kesabaran ini menjadi kunci bagi umat Islam untuk bangkit dari keterpurukan dan terus berjuang memperbaiki diri.

  • Sabar dalam Mengendalikan Hawa Nafsu

    Kesabaran dalam mengendalikan hawa nafsu berarti mampu menahan diri dari keinginan dan godaan duniawi yang dapat menyesatkan. Ibadah puasa pada Hari Arafah, misalnya, melatih umat Islam untuk mengendalikan hawa nafsu dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dengan demikian, kesabaran dalam “kata idul adha” merupakan sikap mental yang sangat penting bagi umat Islam. Kesabaran membantu umat Islam untuk menjalankan perintah agama dengan konsisten, menerima takdir dengan lapang dada, menghadapi kesulitan dengan tabah, dan mengendalikan hawa nafsu demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Keikhlasan

Keikhlasan memegang peranan penting dalam “kata idul adha”, melambangkan ketulusan dan kemurnian hati dalam menjalankan ibadah kurban. Keikhlasan menjadi dasar bagi penerimaan ibadah dan pahala yang melimpah dari Allah SWT.

  • Niat yang Benar

    Keikhlasan dalam berkurban dimulai dari niat yang benar, yakni semata-mata karena mengharap ridha Allah SWT. Niat yang benar akan menuntun umat Islam untuk berkurban dengan tulus dan ikhlas, tanpa mengharapkan imbalan atau pujian dari manusia.

  • Tidak Riya

    Keikhlasan juga berarti tidak melakukan ibadah kurban untuk pamer atau mencari pengakuan dari orang lain. Ibadah kurban yang dilakukan dengan ikhlas adalah ibadah yang dilakukan secara diam-diam dan tidak dipublikasikan secara berlebihan.

  • Ikhlas Berkorban

    Keikhlasan dalam berkurban juga tercermin dari kerelaan untuk mengorbankan harta benda demi menjalankan perintah Allah SWT. Ibadah kurban mengajarkan umat Islam untuk mengutamakan kepentingan agama di atas kepentingan pribadi dan tidak ragu untuk berkorban demi kebaikan bersama.

  • Mengharap Pahala dari Allah

    Umat Islam yang berkurban dengan ikhlas tidak mengharapkan balasan atau imbalan dari manusia, melainkan mengharapkan pahala dari Allah SWT. Pahala yang diberikan Allah SWT kepada orang yang berkurban dengan ikhlas sangat besar dan berlipat ganda.

Dengan demikian, keikhlasan dalam “kata idul adha” merupakan sikap mental yang sangat penting. Keikhlasan menjadi penentu diterimanya ibadah kurban dan menjadi kunci utama untuk meraih pahala yang melimpah dari Allah SWT. Umat Islam hendaknya senantiasa menjaga keikhlasan dalam beribadah, termasuk dalam menjalankan ibadah kurban, agar ibadah tersebut menjadi bernilai dan bermakna di sisi Allah SWT.

Sedekah

Sedekah memiliki hubungan yang erat dengan “kata idul adha”. Sedekah merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam, terutama pada saat Idul Adha. Sedekah dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti memberikan sebagian harta benda, makanan, pakaian, atau bantuan lainnya kepada mereka yang membutuhkan.

Sedekah menjadi komponen penting dalam “kata idul adha” karena sejalan dengan nilai-nilai pengorbanan dan berbagi yang terkandung dalam ibadah kurban. Dengan bersedekah, umat Islam tidak hanya menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang telah diterima, tetapi juga membantu meringankan beban saudara-saudara mereka yang kurang beruntung.

Contoh nyata sedekah dalam “kata idul adha” adalah pembagian daging kurban kepada fakir miskin dan masyarakat yang membutuhkan. Daging kurban yang tidak dimasak untuk dikonsumsi sendiri dapat dibagikan kepada mereka yang membutuhkan, sehingga kebahagiaan Idul Adha dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.

Pemahaman tentang hubungan antara sedekah dan “kata idul adha” memiliki aplikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Sedekah menjadi salah satu cara untuk mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sosial. Dengan bersedekah, umat Islam dapat memperkuat tali silaturahmi, menumbuhkan rasa empati dan kepedulian, serta membangun masyarakat yang lebih harmonis dan sejahtera.

Tradisi

Tradisi merupakan bagian tak terpisahkan dari “kata idul adha”. Tradisi dalam konteks ini merujuk pada praktik-praktik keagamaan dan sosial yang telah dilakukan oleh umat Islam selama berabad-abad dalam rangka merayakan Idul Adha. Tradisi-tradisi tersebut memiliki nilai dan makna yang penting dalam memperkuat identitas dan kebersamaan umat Islam.

Salah satu tradisi yang sangat melekat dengan “kata idul adha” adalah penyembelihan hewan kurban. Tradisi ini bermula dari peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim atas putranya, Ismail. Peristiwa ini mengajarkan nilai-nilai pengorbanan, ketaatan, dan keikhlasan. Penyembelihan hewan kurban pada Idul Adha menjadi simbolisasi dari pengorbanan dan ketaatan umat Islam kepada Allah SWT.

Selain penyembelihan hewan kurban, terdapat pula tradisi lain yang dilakukan umat Islam saat Idul Adha, seperti memakai pakaian terbaik, berkumpul bersama keluarga dan kerabat, saling bermaaf-maafan, dan bersedekah kepada fakir miskin. Tradisi-tradisi ini memiliki tujuan untuk mempererat tali silaturahmi, memperkuat rasa persaudaraan, dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Pemahaman tentang hubungan antara tradisi dan “kata idul adha” memiliki beberapa aplikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, tradisi dapat menjadi sarana untuk melestarikan nilai-nilai dan ajaran Islam. Kedua, tradisi dapat menjadi pengikat sosial yang memperkuat hubungan antar umat Islam. Ketiga, tradisi dapat menjadi media dakwah yang efektif untuk mengenalkan Islam kepada masyarakat luas.

Perkembangan

Dalam konteks “kata Idul Adha”, perkembangan memiliki makna yang luas, merujuk pada perubahan dan kemajuan yang terjadi dalam praktik dan pemahaman tentang Idul Adha seiring berjalannya waktu. Perkembangan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti perubahan sosial, kemajuan teknologi, dan dinamika keagamaan. Berikut adalah beberapa aspek perkembangan yang terkait dengan “kata Idul Adha”:

  • Tata Cara Pelaksanaan

    Tata cara pelaksanaan Idul Adha telah mengalami perkembangan, terutama dalam hal teknis penyembelihan hewan kurban. Dulu, penyembelihan dilakukan secara manual, kini sudah banyak digunakan alat bantu modern untuk mempercepat dan mempermudah proses penyembelihan.

  • Distribusi Daging Kurban

    Perkembangan teknologi juga berdampak pada distribusi daging kurban. Dulu, pembagian daging kurban dilakukan secara langsung dari rumah ke rumah. Kini, banyak panitia kurban yang memanfaatkan media sosial dan aplikasi pesan singkat untuk mengoordinasikan pembagian daging kurban secara lebih efektif dan efisien.

  • Pemaknaan Idul Adha

    Selain aspek teknis, terdapat pula perkembangan dalam pemaknaan Idul Adha. Jika dulu Idul Adha lebih dimaknai sebagai ritual keagamaan semata, kini Idul Adha juga dimaknai sebagai momentum untuk mempererat tali silaturahmi, berbagi kebahagiaan, dan meningkatkan kepedulian sosial.

  • Dampak Sosial dan Ekonomi

    Idul Adha juga memiliki dampak sosial dan ekonomi yang cukup signifikan. Perputaran uang selama Idul Adha meningkat tajam, terutama untuk sektor peternakan dan perdagangan daging. Selain itu, Idul Adha juga menjadi ajang bagi para pelaku usaha kecil dan menengah untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Perkembangan yang terjadi dalam “kata Idul Adha” menunjukkan bahwa Idul Adha bukan sekadar ritual keagamaan yang statis, melainkan praktik yang terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Perkembangan ini menjadi bukti bahwa Idul Adha memiliki nilai-nilai universal yang tetap relevan dan terus diamalkan oleh umat Islam hingga saat ini.

Pertanyaan Umum tentang “Kata Idul Adha”

Berikut ini adalah beberapa pertanyaan umum yang sering diajukan terkait dengan “kata Idul Adha”.

Pertanyaan 1: Apa makna dari kata “Idul Adha”?

Jawaban: Kata “Idul Adha” terdiri dari dua kata bahasa Arab, yaitu “Idul” yang berarti hari raya dan “Adha” yang berarti korban. Jadi, Idul Adha berarti hari raya kurban.

Pertanyaan 2: Kapan Idul Adha dirayakan?

Jawaban: Idul Adha dirayakan pada tanggal 10 Dzulhijjah setiap tahun Hijriah.

Pertanyaan 3: Apa saja amalan utama yang dilakukan saat Idul Adha?

Jawaban: Amalan utama yang dilakukan saat Idul Adha adalah salat Id, khotbah Id, dan penyembelihan hewan kurban.

Pertanyaan 4: Apa hikmah dari ibadah kurban?

Jawaban: Ibadah kurban mengajarkan nilai-nilai pengorbanan, keikhlasan, dan berbagi kepada sesama.

Pertanyaan 5: Bagaimana cara memilih hewan kurban yang baik?

Jawaban: Hewan kurban yang baik adalah hewan yang sehat, cukup umur, dan tidak cacat.

Pertanyaan 6: Bagaimana cara mendistribusikan daging kurban?

Jawaban: Daging kurban dapat didistribusikan langsung kepada fakir miskin atau melalui panitia kurban yang terpercaya.

Pertanyaan-pertanyaan umum di atas memberikan pemahaman dasar tentang “kata Idul Adha” dan amalan-amalan yang dilakukan selama hari raya tersebut. Untuk pembahasan lebih mendalam, silakan simak artikel lengkapnya di bawah ini.

Transisi: Mari kita bahas lebih lanjut tentang sejarah dan perkembangan perayaan Idul Adha dari masa ke masa.

Tips Melaksanakan Ibadah Idul Adha

Ibadah Idul Adha merupakan salah satu ibadah besar dalam agama Islam. Pelaksanaannya memiliki beberapa ketentuan dan tata cara yang perlu diperhatikan agar ibadah tersebut dapat diterima oleh Allah SWT. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu:

Tip 1: Memilih Hewan Kurban yang Sehat

Pastikan hewan kurban yang dipilih sehat, tidak cacat, dan cukup umur. Hal ini penting untuk menjaga kualitas dan keabsahan ibadah kurban.

Tip 2: Menyembelih Hewan Kurban Sesuai Syariat

Penyembelihan hewan kurban harus dilakukan sesuai dengan syariat Islam. Pastikan pisau yang digunakan tajam dan disembelih dengan tepat pada bagian leher hewan.

Tip 3: Mendistribusikan Daging Kurban Secara Merata

Bagilah daging kurban secara merata kepada fakir miskin, keluarga, dan tetangga. Pastikan semua pihak mendapatkan bagian yang layak.

Tip 4: Menjaga Kebersihan dan Kesehatan

Jaga kebersihan dan kesehatan saat menyembelih dan mendistribusikan daging kurban. Hal ini penting untuk mencegah penyebaran penyakit.

Tip 5: Berniat Ikhlas Karena Allah SWT

Laksanakan ibadah kurban dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT. Jangan mengharapkan imbalan atau pujian dari manusia.

Dengan mengikuti tips di atas, umat Islam dapat melaksanakan ibadah Idul Adha dengan baik dan benar, sehingga mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah SWT.

Tips-tips di atas merupakan bagian penting dari ibadah Idul Adha. Dengan melaksanakan tips-tips tersebut, umat Islam dapat memaksimalkan manfaat dan keberkahan dari ibadah kurban.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa “kata Idul Adha” memiliki makna dan nilai-nilai yang sangat penting dalam agama Islam. Ibadah kurban pada Idul Adha mengajarkan tentang pengorbanan, ketaatan, kesabaran, keikhlasan, dan berbagi. Tradisi-tradisi yang menyertainya juga memperkuat tali silaturahmi dan kebersamaan umat Islam.

Salah satu poin utama yang dibahas dalam artikel ini adalah makna pengorbanan dalam Idul Adha. Pengorbanan tidak hanya dimaknai sebagai penyembelihan hewan kurban, tetapi juga mencakup pengorbanan harta benda, waktu, tenaga, bahkan jiwa. Pengorbanan ini mengajarkan umat Islam untuk mengutamakan perintah Allah SWT dan berbagi kebahagiaan dengan sesama.

Poin penting lainnya adalah tentang interkoneksi antara ibadah kurban dan nilai-nilai sosial. Pembagian daging kurban kepada fakir miskin dan masyarakat yang membutuhkan merupakan wujud nyata dari kepedulian dan berbagi. Ibadah kurban menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi, menumbuhkan rasa empati dan kepedulian, serta membangun masyarakat yang lebih harmonis dan sejahtera.

“Kata Idul Adha” tidak hanya sekadar perayaan hari raya, tetapi juga merupakan pengingat akan nilai-nilai luhur dan ajaran Islam yang harus terus diamalkan. Melalui ibadah kurban, umat Islam diharapkan dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, memperkuat persaudaraan sesama, dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.

Youtube Video:



Artikel Terkait

Bagikan:

jurnal

Saya adalah seorang penulis yang sudah berpengalaman lebih dari 5 tahun. Hobi saya menulis artikel yang bermanfaat untuk teman-teman yang membaca artikel saya.

Tags

Artikel Terbaru