Orang yang mengumpulkan zakat disebut amil. Mereka berperan penting dalam pengelolaan zakat, mulai dari pengumpulan, pendistribusian, hingga pendayagunaannya. Di Indonesia, tugas dan wewenang amil diatur dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.
Keberadaan amil sangat penting karena mereka menjadi jembatan antara muzaki (pemberi zakat) dan mustahik (penerima zakat). Amil memastikan bahwa zakat yang terkumpul disalurkan kepada pihak-pihak yang berhak sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Selain itu, amil juga bertugas melakukan pendampingan dan pengembangan usaha bagi mustahik agar mereka dapat hidup mandiri.
Dalam sejarah Islam, peran amil sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Beliau menunjuk para sahabatnya untuk menjadi amil dan mengelola zakat yang terkumpul. Saat ini, di Indonesia terdapat berbagai lembaga pengelola zakat yang memiliki amil-amil profesional yang siap melayani masyarakat dalam pengelolaan zakat.
Orang yang Mengumpulkan Zakat Disebut
Dalam pengelolaan zakat, terdapat beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan. Aspek-aspek ini mencakup tugas, wewenang, dan peran penting amil dalam menunjang efektivitas penyaluran zakat.
- Integritas: Amil harus memiliki integritas yang tinggi dalam mengelola zakat.
- Profesionalisme: Amil dituntut untuk bekerja secara profesional dan akuntabel.
- Transparansi: Pengelolaan zakat harus dilakukan secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
- Amanah: Amil mengemban amanah besar dalam mengelola dana zakat.
- Kemampuan Komunikasi: Amil harus mampu berkomunikasi dengan baik dengan muzaki dan mustahik.
- Empati: Amil harus memiliki empati terhadap mustahik dan memahami kebutuhan mereka.
- Kolaborasi: Amil perlu menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak untuk memaksimalkan penyaluran zakat.
- Pengembangan: Amil harus terus mengembangkan diri dan mengikuti perkembangan pengelolaan zakat.
- Keberpihakan: Amil harus berpihak pada mustahik dan memastikan zakat tersalurkan kepada yang berhak.
Aspek-aspek tersebut saling terkait dan sangat penting untuk diperhatikan dalam pengelolaan zakat. Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut, pengelolaan zakat dapat dilakukan secara efektif dan akuntabel, sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi mustahik dan masyarakat luas.
Integritas
Integritas merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki oleh amil, yaitu orang yang mengumpulkan zakat. Integritas menjadi dasar utama dalam membangun kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan zakat. Amil yang berintegritas akan menjalankan tugasnya dengan jujur, adil, dan transparan. Mereka akan memastikan bahwa zakat yang terkumpul disalurkan kepada pihak-pihak yang berhak sesuai dengan ketentuan syariat Islam.
Amil yang berintegritas juga akan menghindari segala bentuk penyimpangan dan penyalahgunaan dana zakat. Mereka akan selalu mengedepankan kepentingan mustahik dan menjaga nama baik lembaga pengelola zakat. Dengan demikian, pengelolaan zakat dapat berjalan secara efektif dan akuntabel, sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat luas.
Dalam praktiknya, integritas amil dapat dilihat dari beberapa hal, seperti:
- Transparansi dalam pengelolaan dana zakat
- Akuntabilitas dalam penggunaan dana zakat
- Tidak melakukan penyimpangan atau penyalahgunaan dana zakat
- Menjaga kerahasiaan data muzaki dan mustahik
- Menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab
Dengan menjaga integritas, amil dapat menjadi jembatan yang terpercaya antara muzaki dan mustahik. Integritas amil juga menjadi kunci untuk membangun pengelolaan zakat yang profesional dan akuntabel, sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan masyarakat.
Profesionalisme
Profesionalisme merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki oleh amil, yaitu orang yang mengumpulkan zakat. Amil yang profesional akan menjalankan tugasnya dengan baik, sesuai dengan standar dan etika profesi. Mereka akan bekerja secara akuntabel, transparan, dan bertanggung jawab.
Profesionalisme amil sangat penting karena pengelolaan zakat menyangkut dana umat yang harus dikelola dengan baik. Amil yang profesional akan memastikan bahwa zakat yang terkumpul disalurkan kepada pihak-pihak yang berhak sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Mereka juga akan menghindari segala bentuk penyimpangan dan penyalahgunaan dana zakat.
Dalam praktiknya, profesionalisme amil dapat dilihat dari beberapa hal, seperti:
- Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang pengelolaan zakat
- Menerapkan standar dan etika profesi dalam bekerja
- Bekerja secara akuntabel dan transparan
- Menjaga kerahasiaan data muzaki dan mustahik
- Menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab
Dengan menjaga profesionalisme, amil dapat menjadi jembatan yang terpercaya antara muzaki dan mustahik. Profesionalisme amil juga menjadi kunci untuk membangun pengelolaan zakat yang kredibel dan akuntabel, sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan masyarakat.
Transparansi
Transparansi merupakan salah satu aspek penting dalam pengelolaan zakat. Amil, atau orang yang mengumpulkan zakat, harus memastikan bahwa pengelolaan zakat dilakukan secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan menghindari penyimpangan dalam pengelolaan zakat.
- Keterbukaan Informasi
Amil harus terbuka dalam memberikan informasi tentang pengelolaan zakat. Informasi yang diberikan meliputi sumber penerimaan zakat, penyaluran zakat, dan penggunaan dana zakat. Keterbukaan informasi ini dapat dilakukan melalui laporan keuangan, publikasi, atau media sosial.
- Akuntabilitas
Amil harus dapat mempertanggungjawabkan pengelolaan zakat. Hal ini dilakukan melalui audit internal dan eksternal. Hasil audit harus dipublikasikan agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana dana zakat dikelola.
- Pengaduan Masyarakat
Amil harus menyediakan saluran pengaduan bagi masyarakat. Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan terkait pengelolaan zakat, baik secara langsung, melalui surat, atau melalui media sosial. Pengaduan yang masuk harus ditindaklanjuti dengan cepat dan profesional.
- Peran Media
Media memiliki peran penting dalam mengawasi pengelolaan zakat. Media dapat memberitakan tentang pengelolaan zakat, baik yang positif maupun negatif. Amil harus menjalin hubungan yang baik dengan media agar dapat menyampaikan informasi yang benar tentang pengelolaan zakat.
Transparansi dalam pengelolaan zakat sangat penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan menghindari penyimpangan. Amil harus memastikan bahwa pengelolaan zakat dilakukan secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, zakat dapat dikelola dengan baik dan memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.
Amanah
Dalam Islam, amanah merupakan salah satu nilai penting yang harus dijunjung tinggi. Amanah berarti menjaga kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan kepada seseorang. Dalam konteks pengelolaan zakat, amil atau orang yang mengumpulkan zakat mengemban amanah besar dalam mengelola dana zakat.
Amanah dalam pengelolaan zakat berkaitan erat dengan tugas dan tanggung jawab amil. Amil bertanggung jawab untuk mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan dana zakat sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Dana zakat yang terkumpul merupakan titipan dari para muzaki (pemberi zakat) yang harus dikelola dengan baik dan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT.
Contoh nyata amanah dalam pengelolaan zakat dapat dilihat dari kinerja lembaga pengelola zakat yang kredibel dan profesional. Lembaga-lembaga ini menerapkan sistem pengelolaan yang transparan dan akuntabel, sehingga dana zakat yang terkumpul dapat tersalurkan kepada mustahik (penerima zakat) yang berhak secara tepat sasaran.
Memahami amanah dalam pengelolaan zakat memiliki implikasi praktis yang penting. Pertama, amil harus memiliki integritas dan komitmen yang kuat untuk menjalankan tugasnya dengan baik. Kedua, pengelolaan zakat harus dilakukan secara profesional dan akuntabel, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada para muzaki dan mustahik. Ketiga, masyarakat perlu memberikan dukungan dan kepercayaan kepada amil dan lembaga pengelola zakat agar pengelolaan zakat dapat berjalan secara optimal.
Dengan menjalankan amanah dalam pengelolaan zakat, amil dapat menjadi jembatan kebaikan antara muzaki dan mustahik. Pengelolaan zakat yang baik akan memberikan manfaat yang besar bagi kesejahteraan masyarakat, khususnya bagi mereka yang membutuhkan.
Kemampuan Komunikasi
Kemampuan komunikasi merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki oleh amil, yaitu orang yang mengumpulkan zakat. Amil yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik akan mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan muzaki (pemberi zakat) dan mustahik (penerima zakat). Hubungan yang harmonis ini sangat penting untuk kelancaran pengelolaan zakat.
Dengan kemampuan komunikasi yang baik, amil dapat menjelaskan kepada muzaki tentang pentingnya zakat dan bagaimana zakat dikelola. Amil juga dapat memberikan informasi yang jelas kepada mustahik tentang hak-hak mereka dan bagaimana mereka dapat mengakses bantuan dari zakat. Komunikasi yang baik juga dapat membantu amil dalam menggalang dana zakat dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat.
Contoh nyata dari pentingnya kemampuan komunikasi amil dapat dilihat dari kisah seorang amil bernama Umar bin Khattab. Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang amil yang sangat tegas dan adil. Namun, ia juga memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik. Ia mampu menjelaskan kepada masyarakat tentang pentingnya zakat dan bagaimana zakat akan digunakan untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Kemampuan komunikasi yang baik juga sangat penting dalam pengelolaan zakat modern. Amil harus mampu menggunakan berbagai saluran komunikasi untuk memberikan informasi tentang zakat kepada masyarakat. Amil juga harus mampu menggunakan media sosial untuk menggalang dana zakat dan membangun citra positif lembaga pengelola zakat.
Empati
Dalam pengelolaan zakat, empati merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki oleh amil, yaitu orang yang mengumpulkan zakat. Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain. Amil yang memiliki empati akan mampu memahami kebutuhan mustahik (penerima zakat) dan memberikan bantuan yang tepat sasaran.
Empati sangat penting dalam pengelolaan zakat karena zakat merupakan ibadah yang bertujuan untuk membantu fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Amil yang memiliki empati akan tergerak untuk membantu mustahik dengan sepenuh hati. Mereka akan berusaha mencari tahu kebutuhan mustahik dan memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Contoh nyata dari pentingnya empati dalam pengelolaan zakat dapat dilihat dari kisah seorang amil bernama Abu Hurairah. Abu Hurairah dikenal sebagai seorang amil yang sangat penyayang dan peduli terhadap mustahik. Ia selalu berusaha untuk memahami kebutuhan mustahik dan memberikan bantuan yang tepat sasaran. Suatu hari, Abu Hurairah bertemu dengan seorang mustahik yang sangat miskin dan tidak memiliki makanan. Abu Hurairah segera membelikan makanan untuk mustahik tersebut dan memberikannya dengan penuh kasih sayang.
Empati merupakan komponen penting dalam pengelolaan zakat yang efektif. Amil yang memiliki empati akan mampu memberikan bantuan yang tepat sasaran dan membantu mustahik untuk keluar dari kemiskinan. Dengan demikian, zakat dapat menjadi instrumen yang efektif untuk mewujudkan kesejahteraan sosial.
Kolaborasi
Dalam pengelolaan zakat, kolaborasi merupakan aspek penting yang perlu dilakukan oleh amil, yaitu orang yang mengumpulkan zakat. Kolaborasi dengan berbagai pihak dapat memaksimalkan penyaluran zakat, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat yang membutuhkan.
- Pemerintah: Amil dapat berkolaborasi dengan pemerintah untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang membutuhkan bantuan zakat dan memastikan penyaluran zakat tepat sasaran.
- Lembaga Sosial: Amil dapat bekerja sama dengan lembaga sosial untuk menyalurkan zakat kepada masyarakat yang membutuhkan, seperti panti asuhan, panti jompo, dan rumah sakit.
- Tokoh Masyarakat: Amil dapat melibatkan tokoh masyarakat, seperti ulama, kyai, dan kepala desa, untuk membantu mengidentifikasi mustahik (penerima zakat) yang berhak menerima bantuan.
- Dunia Usaha: Amil dapat menggandeng dunia usaha untuk menyalurkan zakat dalam bentuk program pemberdayaan ekonomi, seperti pelatihan keterampilan dan bantuan modal usaha.
Kolaborasi dengan berbagai pihak sangat penting untuk memaksimalkan penyaluran zakat. Dengan menjalin kolaborasi, amil dapat memperoleh informasi yang lebih akurat tentang kebutuhan masyarakat, sehingga penyaluran zakat dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Selain itu, kolaborasi juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan zakat.
Pengembangan
Dalam konteks pengelolaan zakat, pengembangan diri amil merupakan aspek krusial yang tidak dapat diabaikan. Amil, atau orang yang mengumpulkan zakat, memegang peran penting dalam memastikan bahwa zakat dikelola secara efektif dan akuntabel. Oleh karena itu, amil dituntut untuk terus mengembangkan diri dan mengikuti perkembangan pengelolaan zakat.
Pengembangan diri amil mencakup peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang, seperti fiqih zakat, manajemen keuangan, dan pengembangan masyarakat. Dengan terus belajar dan memperluas wawasan, amil dapat memahami pengelolaan zakat secara lebih komprehensif dan mengikuti perkembangan praktik terbaik dalam bidangnya. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa zakat dikelola secara profesional dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam.
Salah satu contoh nyata pengembangan diri amil dapat dilihat dari program pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga pengelola zakat. Program pelatihan ini dirancang untuk membekali amil dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan tugasnya secara efektif. Melalui pelatihan tersebut, amil dapat meningkatkan pemahamannya tentang pengelolaan zakat, pengelolaan keuangan, dan keterampilan komunikasi.
Memahami hubungan antara pengembangan diri amil dan efektivitas pengelolaan zakat sangat penting bagi semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan zakat, termasuk muzaki (pemberi zakat), mustahik (penerima zakat), dan lembaga pengelola zakat. Dengan terus mengembangkan diri, amil dapat meningkatkan kompetensinya dalam mengelola zakat, sehingga zakat dapat disalurkan secara tepat sasaran dan memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat yang membutuhkan.
Keberpihakan
Dalam pengelolaan zakat, keberpihakan amil kepada mustahik merupakan prinsip fundamental yang tidak dapat diabaikan. Amil, atau orang yang mengumpulkan zakat, memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa zakat disalurkan kepada mereka yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan syariat Islam.
Keberpihakan amil kepada mustahik tidak hanya sebatas memberikan bantuan materi, tetapi juga mencakup upaya untuk memahami kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi mustahik. Amil harus menjalin hubungan yang baik dengan mustahik, membangun rasa percaya, dan melakukan pendampingan agar mustahik dapat keluar dari kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraannya.
Salah satu contoh nyata keberpihakan amil kepada mustahik dapat dilihat dari kisah Khalifah Umar bin Khattab. Ketika menjabat sebagai khalifah, Umar bin Khattab selalu berusaha untuk memastikan bahwa zakat tersalurkan kepada yang berhak. Ia bahkan sering turun langsung ke lapangan untuk meninjau kondisi mustahik dan memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Memahami pentingnya keberpihakan amil kepada mustahik sangat penting bagi seluruh pihak yang terlibat dalam pengelolaan zakat. Dengan berpihak pada mustahik, amil dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan memastikan bahwa zakat memberikan manfaat yang optimal bagi kesejahteraan masyarakat.
Pertanyaan Umum tentang Orang yang Mengumpulkan Zakat
Bagian ini berisi daftar pertanyaan umum tentang orang yang mengumpulkan zakat, yang disebut amil, dan jawabannya. Pertanyaan-pertanyaan ini dirancang untuk mengantisipasi pertanyaan dan keraguan yang mungkin dimiliki pembaca, serta untuk memberikan klarifikasi tentang aspek-aspek penting terkait pengelolaan zakat.
Pertanyaan 1: Siapakah yang disebut amil?
Jawaban: Amil adalah orang atau lembaga yang bertugas mengumpulkan, mengelola, dan mendistribusikan zakat sesuai dengan ketentuan syariat Islam.
Pertanyaan 2: Apa tugas utama amil?
Jawaban: Tugas utama amil meliputi mengumpulkan zakat dari muzaki (pemberi zakat), mengelola zakat yang terkumpul, dan mendistribusikan zakat kepada mustahik (penerima zakat) yang berhak menerimanya.
Pertanyaan 3: Bagaimana cara memilih amil yang terpercaya?
Jawaban: Untuk memilih amil yang terpercaya, perlu diperhatikan integritas, profesionalisme, transparansi, dan akuntabilitas amil tersebut. Pembaca dapat mencari informasi tentang lembaga pengelola zakat yang kredibel dan memiliki reputasi baik.
Pertanyaan 4: Apa saja jenis-jenis zakat?
Jawaban: Zakat terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu zakat fitrah dan zakat maal. Zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan bagi setiap muslim yang mampu, sementara zakat maal adalah zakat yang dikenakan pada harta tertentu yang telah mencapai nisab dan haul.
Pertanyaan 5: Siapa saja yang berhak menerima zakat?
Jawaban: Zakat berhak diterima oleh delapan golongan mustahik, yaitu fakir, miskin, amil, mualaf, riqab (budak), gharim (orang yang berutang), fisabilillah (orang yang berjuang di jalan Allah), dan ibnu sabil (musafir yang kehabisan bekal).
Pertanyaan 6: Bagaimana cara menghitung zakat?
Jawaban: Cara menghitung zakat berbeda-beda tergantung jenis zakat dan harta yang dikenakan zakat. Pembaca dapat berkonsultasi dengan ulama atau ahli fikih untuk mengetahui cara menghitung zakat yang benar.
Pertanyaan-pertanyaan umum ini memberikan pemahaman dasar tentang orang yang mengumpulkan zakat dan pengelolaan zakat. Untuk pembahasan yang lebih mendalam, pembaca dapat melanjutkan ke bagian selanjutnya di mana aspek-aspek penting pengelolaan zakat akan dibahas lebih lanjut.
Bagian selanjutnya: Aspek-aspek Penting Pengelolaan Zakat
Tips Memilih Amil yang Terpercaya
Memilih amil yang terpercaya sangat penting untuk memastikan bahwa zakat yang kita keluarkan disalurkan dengan baik dan tepat sasaran. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu kita dalam memilih amil yang terpercaya:
1. Cari informasi tentang lembaga pengelola zakat
Cari informasi tentang lembaga pengelola zakat yang akan kita tuju, seperti kredibilitas, reputasi, dan pengalamannya dalam mengelola zakat.
2. Perhatikan transparansi pengelolaan zakat
Pilih lembaga pengelola zakat yang transparan dalam pengelolaan zakat, seperti yang menyediakan laporan keuangan dan informasi penyaluran zakat secara berkala.
3. Pastikan amil memiliki integritas dan profesionalisme
Amil yang memiliki integritas dan profesionalisme akan menjalankan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab, serta menjaga kepercayaan masyarakat.
4. Cari rekomendasi dari orang-orang terpercaya
Tanyakan kepada orang-orang yang kita kenal dan percaya tentang lembaga pengelola zakat yang mereka rekomendasikan.
5. Kunjungi langsung lembaga pengelola zakat
Jika memungkinkan, kunjungi langsung lembaga pengelola zakat untuk melihat langsung kegiatan dan fasilitas yang mereka miliki.
6. Perhatikan aspek legalitas
Pastikan lembaga pengelola zakat yang kita pilih memiliki aspek legalitas yang jelas, seperti izin usaha dan laporan keuangan yang diaudit.
7. Kenali program-program pemberdayaan yang dijalankan
Pilih lembaga pengelola zakat yang memiliki program-program pemberdayaan untuk membantu mustahik keluar dari kemiskinan.
8. Perhatikan jangkauan penyaluran zakat
Pilih lembaga pengelola zakat yang memiliki jangkauan penyaluran zakat yang luas, sehingga dapat menjangkau lebih banyak mustahik.
Memilih amil yang terpercaya sangat penting untuk memastikan bahwa zakat yang kita keluarkan memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat yang membutuhkan. Dengan mengikuti tips-tips di atas, kita dapat berkontribusi dalam pengelolaan zakat yang baik dan amanah.
Tips-tips ini juga sejalan dengan aspek-aspek penting pengelolaan zakat, seperti integritas, profesionalisme, transparansi, dan akuntabilitas. Dengan memilih amil yang terpercaya, kita dapat memastikan bahwa zakat yang kita keluarkan dikelola dengan baik dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Kesimpulan
Artikel ini telah mengupas secara mendalam tentang “orang yang mengumpulkan zakat disebut” amil, peran penting mereka, serta aspek-aspek krusial dalam pengelolaan zakat. Beberapa poin utama yang dapat disimpulkan dari artikel ini adalah:
- Integritas dan Profesionalisme Amil: Amil harus memiliki integritas dan profesionalisme yang tinggi dalam mengelola zakat. Mereka harus bekerja secara akuntabel, transparan, dan bertanggung jawab.
- Pentingnya Keberpihakan pada Mustahik: Amil harus berpihak pada mustahik dan memastikan bahwa zakat disalurkan kepada mereka yang berhak menerimanya. Amil perlu memahami kebutuhan dan permasalahan mustahik untuk memberikan bantuan yang tepat sasaran.
- Transparansi dan Akuntabilitas: Pengelolaan zakat harus dilakukan secara transparan dan akuntabel. Amil harus memberikan informasi yang jelas tentang penerimaan dan penyaluran zakat. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan menghindari penyimpangan dalam pengelolaan zakat.
Ketiga poin utama ini saling terkait dan sangat penting untuk diperhatikan dalam pengelolaan zakat. Dengan memperhatikan aspek-aspek ini, pengelolaan zakat dapat dilakukan secara efektif dan akuntabel, sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi mustahik dan masyarakat luas.