Orang Yang Menunaikan Zakat Disebut

jurnal


Orang Yang Menunaikan Zakat Disebut

Orang yang menunaikan zakat disebut muzaki. Muzaki adalah orang yang berkewajiban membayar zakat karena telah memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti beragama Islam, balig, berakal, merdeka, dan memiliki harta yang mencapai nisab.

Menunaikan zakat memiliki banyak manfaat, baik bagi individu maupun masyarakat. Bagi muzaki, zakat dapat membersihkan harta dan diri dari dosa. Sementara bagi penerima zakat, zakat dapat membantu meringankan beban hidup dan meningkatkan kesejahteraan.

Secara historis, zakat telah menjadi bagian penting dari sistem ekonomi Islam. Pada masa Nabi Muhammad SAW, zakat digunakan untuk membantu fakir miskin, anak yatim, dan orang-orang yang membutuhkan lainnya. Tradisi ini terus berlanjut hingga saat ini, di mana zakat menjadi salah satu pilar utama dalam ajaran Islam.

Orang yang Menunaikan Zakat Disebut

Orang yang menunaikan zakat disebut muzaki. Muzaki adalah orang yang berkewajiban membayar zakat karena telah memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti beragama Islam, balig, berakal, merdeka, dan memiliki harta yang mencapai nisab.

  • Muslim
  • Balig
  • Berakal
  • Merdeka
  • Memiliki harta yang mencapai nisab
  • Menunaikan zakat
  • Menerima zakat
  • Harta yang dizakatkan
  • Lembaga pengelola zakat
  • Manfaat zakat

Muzaki memiliki kewajiban untuk menunaikan zakat hartanya setiap tahun. Zakat yang ditunaikan dapat berupa zakat maal, zakat fitrah, atau zakat lainnya. Zakat yang ditunaikan akan disalurkan kepada fakir miskin, anak yatim, dan orang-orang yang membutuhkan lainnya.

Muslim

Muslim merupakan syarat utama bagi seseorang yang wajib menunaikan zakat. Muslim di sini merujuk pada orang yang beragama Islam dan meyakini ajaran-ajarannya.

  • Akidah

    Muzaki harus memiliki akidah yang benar sesuai dengan ajaran Islam, yaitu meyakini adanya Allah SWT, Rasulullah SAW, malaikat, kitab suci, dan hari akhir.

  • Ibadah

    Muzaki harus menjalankan ibadah-ibadah wajib, seperti shalat, puasa, dan haji, sesuai dengan ketentuan syariat Islam.

  • Muamalah

    Muzaki harus bermuamalah atau berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan ajaran Islam, seperti jujur, adil, dan tidak merugikan orang lain.

  • Ahlak

    Muzaki harus memiliki akhlak yang mulia, seperti rendah hati, dermawan, dan suka menolong orang lain.

Dengan memenuhi syarat-syarat tersebut, seorang Muslim wajib menunaikan zakat hartanya setiap tahun. Zakat yang ditunaikan akan disalurkan kepada fakir miskin, anak yatim, dan orang-orang yang membutuhkan lainnya. Zakat merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat penting dalam ajaran Islam dan memiliki banyak manfaat, baik bagi individu maupun masyarakat.

Balig

Balig adalah salah satu syarat wajib zakat. Balig berarti telah mencapai usia dewasa atau pubertas. Usia balig bagi laki-laki ditandai dengan mimpi basah, sedangkan bagi perempuan ditandai dengan haid atau kehamilan.

Seseorang yang telah balig dianggap telah memiliki akal yang sempurna dan dapat membedakan baik dan buruk. Oleh karena itu, ia berkewajiban untuk menjalankan syariat Islam, termasuk menunaikan zakat. Zakat merupakan salah satu ibadah wajib yang sangat penting dalam ajaran Islam. Zakat dapat membersihkan harta dan diri dari dosa, serta membantu meringankan beban hidup fakir miskin dan masyarakat yang membutuhkan.

Real-life examples of “Balig” within “orang yang menunaikan zakat disebut” can be seen in the case of young adults who have just reached the age of puberty. Once they reach the age of balig, they are considered adults and are required to fulfill their religious obligations, including paying zakat. This is because they are now considered to have reached the age of maturity and are responsible for their own actions.

The practical significance of understanding the connection between “Balig” and “orang yang menunaikan zakat disebut” is that it helps us to understand who is eligible to pay zakat and who is not. It also helps us to understand the importance of zakat as a form of ibadah and its benefits for both the individual and the community.

Berakal

Syarat wajib zakat selanjutnya adalah berakal. Berakal berarti memiliki akal yang sehat dan dapat membedakan baik dan buruk. Orang yang tidak berakal, seperti orang gila atau anak kecil, tidak wajib membayar zakat.

  • Memiliki Akal Sehat

    Orang yang berakal sehat dapat memahami ajaran Islam dan kewajiban membayar zakat. Mereka juga dapat mengelola hartanya dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan membayar zakat.

  • Dapat Membedakan Baik dan Buruk

    Orang yang dapat membedakan baik dan buruk dapat memilih untuk menggunakan hartanya di jalan yang baik, termasuk membayar zakat. Mereka juga dapat menghindari menggunakan hartanya untuk hal-hal yang buruk, seperti judi atau minuman keras.

  • Mampu Mengelola Harta

    Orang yang berakal dapat mengelola hartanya dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan membayar zakat. Mereka juga dapat menghindari perilaku boros dan berfoya-foya.

  • Tidak Terpengaruh Hawa Nafsu

    Orang yang berakal tidak mudah terpengaruh oleh hawa nafsu. Mereka dapat mengendalikan diri dan menggunakan hartanya untuk hal-hal yang bermanfaat, termasuk membayar zakat.

Dengan memenuhi syarat berakal, seorang Muslim wajib menunaikan zakat hartanya setiap tahun. Zakat yang ditunaikan dapat berupa zakat maal, zakat fitrah, atau zakat lainnya. Zakat yang ditunaikan akan disalurkan kepada fakir miskin, anak yatim, dan orang-orang yang membutuhkan lainnya. Zakat merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat penting dalam ajaran Islam dan memiliki banyak manfaat, baik bagi individu maupun masyarakat.

Merdeka

Merdeka merupakan salah satu syarat wajib zakat. Merdeka berarti bebas dari perbudakan atau penjajahan. Orang yang tidak merdeka, seperti budak atau tawanan perang, tidak wajib membayar zakat.

Syarat merdeka dalam zakat memiliki beberapa implikasi penting. Pertama, syarat ini menunjukkan bahwa zakat adalah ibadah yang hanya diwajibkan bagi orang-orang yang memiliki kebebasan dan kemandirian finansial. Kedua, syarat ini juga menunjukkan bahwa zakat adalah ibadah yang tidak boleh dipaksakan kepada orang lain. Ketiga, syarat ini menunjukkan bahwa zakat adalah ibadah yang harus dilakukan dengan ikhlas dan kesadaran penuh.

Dalam sejarah Islam, terdapat banyak contoh orang-orang yang menunaikan zakat meskipun dalam keadaan tidak merdeka. Misalnya, Bilal bin Rabah, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang pernah menjadi budak, tetap menunaikan zakat setelah ia merdeka. Contoh lainnya adalah Umar bin Khattab, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang pernah menjadi tawanan perang, juga tetap menunaikan zakat setelah ia dibebaskan.

Pemahaman tentang hubungan antara “Merdeka” dan “orang yang menunaikan zakat disebut” memiliki beberapa aplikasi praktis. Pertama, pemahaman ini dapat membantu kita untuk memahami siapa yang wajib membayar zakat dan siapa yang tidak. Kedua, pemahaman ini juga dapat membantu kita untuk menghargai nilai kemerdekaan dan kebebasan finansial. Ketiga, pemahaman ini juga dapat membantu kita untuk menunaikan zakat dengan lebih ikhlas dan kesadaran penuh.

Memiliki Harta yang Mencapai Nisab

Salah satu syarat wajib zakat adalah memiliki harta yang mencapai nisab. Nisab adalah batas minimal harta yang wajib dizakatkan. Jika harta yang dimiliki belum mencapai nisab, maka tidak wajib membayar zakat. Nisab berbeda-beda tergantung jenis hartanya. Misalnya, nisab untuk zakat emas adalah 85 gram, sedangkan nisab untuk zakat perak adalah 595 gram.

Syarat memiliki harta yang mencapai nisab dalam zakat memiliki beberapa implikasi penting. Pertama, syarat ini menunjukkan bahwa zakat adalah ibadah yang hanya diwajibkan bagi orang-orang yang memiliki kelebihan harta. Kedua, syarat ini juga menunjukkan bahwa zakat adalah ibadah yang bersifat proporsional. Artinya, semakin banyak harta yang dimiliki, semakin banyak zakat yang harus dibayarkan. Ketiga, syarat ini juga menunjukkan bahwa zakat adalah ibadah yang bertujuan untuk pemerataan harta dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam sejarah Islam, terdapat banyak contoh orang-orang yang menunaikan zakat meskipun harta yang dimiliki tidak mencapai nisab. Misalnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, pernah menunaikan zakat meskipun hartanya hanya berupa seekor kambing. Contoh lainnya adalah Umar bin Khattab, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, yang pernah menunaikan zakat meskipun hartanya hanya berupa sebidang tanah.

Pemahaman tentang hubungan antara “Memiliki harta yang mencapai nisab” dan “orang yang menunaikan zakat disebut” memiliki beberapa aplikasi praktis. Pertama, pemahaman ini dapat membantu kita untuk memahami siapa yang wajib membayar zakat dan siapa yang tidak. Kedua, pemahaman ini juga dapat membantu kita untuk menghitung jumlah zakat yang harus dibayarkan. Ketiga, pemahaman ini juga dapat membantu kita untuk mendistribusikan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

Kesimpulannya, syarat memiliki harta yang mencapai nisab merupakan salah satu syarat penting dalam zakat. Syarat ini menunjukkan bahwa zakat adalah ibadah yang hanya diwajibkan bagi orang-orang yang memiliki kelebihan harta, bersifat proporsional, dan bertujuan untuk pemerataan harta dan kesejahteraan masyarakat.

Menunaikan Zakat

Menunaikan zakat merupakan salah satu kewajiban bagi setiap Muslim yang telah memenuhi syarat tertentu. Zakat merupakan ibadah yang memiliki banyak manfaat, baik bagi individu maupun masyarakat. Orang yang menunaikan zakat disebut muzaki, dan terdapat beberapa aspek penting terkait dengan menunaikan zakat yang perlu dipahami.

  • Jenis-Jenis Zakat

    Zakat terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya zakat maal (harta), zakat fitrah, dan zakat pertanian. Masing-masing jenis zakat memiliki ketentuan dan nisab yang berbeda-beda.

  • Cara Menunaikan Zakat

    Zakat dapat ditunaikan melalui lembaga pengelola zakat atau secara langsung kepada orang yang berhak menerima zakat. Cara penunaian zakat harus sesuai dengan ketentuan syariat Islam.

  • Waktu Menunaikan Zakat

    Waktu menunaikan zakat berbeda-beda tergantung jenis zakatnya. Zakat maal ditunaikan setiap tahun sekali, sedangkan zakat fitrah ditunaikan pada bulan Ramadan.

  • Manfaat Menunaikan Zakat

    Menunaikan zakat memiliki banyak manfaat, di antaranya membersihkan harta dari dosa, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mendatangkan keberkahan.

Dengan memahami aspek-aspek penting terkait dengan menunaikan zakat, muzaki dapat menjalankan kewajibannya dengan baik dan benar. Zakat merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat penting dalam ajaran Islam dan memiliki peran penting dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial di masyarakat.

Menerima Zakat

Menerima zakat merupakan salah satu aspek penting dalam ibadah zakat. Orang yang menerima zakat disebut mustahik. Zakat yang diterima oleh mustahik dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

  • Fakir

    Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta benda dan tidak memiliki kemampuan untuk bekerja atau berusaha.

  • Miskin

    Miskin adalah orang yang memiliki harta benda, tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

  • Amil

    Amil adalah orang yang bertugas mengumpulkan dan mendistribusikan zakat. Mereka berhak menerima zakat sebagai imbalan atas tugasnya.

  • Mualaf

    Mualaf adalah orang yang baru masuk Islam. Mereka berhak menerima zakat untuk membantu mereka dalam proses belajar dan beradaptasi dengan ajaran Islam.

Menerima zakat memiliki banyak manfaat bagi mustahik. Selain dapat memenuhi kebutuhan hidup, zakat juga dapat membantu mereka meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup. Zakat dapat digunakan untuk biaya pendidikan, kesehatan, modal usaha, dan kebutuhan lainnya. Dengan menerima zakat, mustahik dapat terbantu untuk keluar dari kemiskinan dan menjadi lebih mandiri.

Harta yang dizakatkan

Harta yang dizakatkan merupakan salah satu unsur penting dalam ibadah zakat. Harta yang dizakatkan adalah harta yang telah memenuhi syarat tertentu untuk dikenakan zakat. Orang yang memiliki harta yang dizakatkan disebut muzaki.

Muzaki wajib menunaikan zakat hartanya setiap tahun sekali. Zakat yang ditunaikan dapat berupa zakat maal (harta), zakat fitrah, atau zakat lainnya. Zakat yang ditunaikan akan disalurkan kepada fakir miskin, anak yatim, dan orang-orang yang membutuhkan lainnya.

Penunaian zakat memiliki banyak manfaat, baik bagi muzaki maupun masyarakat. Bagi muzaki, zakat dapat membersihkan harta dari dosa dan mendatangkan keberkahan. Bagi masyarakat, zakat dapat membantu meringankan beban hidup fakir miskin dan meningkatkan kesejahteraan.

Dengan memahami hubungan antara “harta yang dizakatkan” dan “orang yang menunaikan zakat disebut”, kita dapat lebih memahami kewajiban kita dalam berzakat. Kita juga dapat lebih menghargai manfaat zakat bagi diri kita sendiri dan masyarakat. Semoga pemahaman ini dapat mendorong kita untuk menunaikan zakat dengan lebih baik sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal.

Lembaga pengelola zakat

Lembaga pengelola zakat merupakan organisasi atau lembaga yang bertugas mengumpulkan, mengelola, dan mendistribusikan zakat. Lembaga pengelola zakat berperan penting dalam membantu orang yang menunaikan zakat disebut muzaki untuk menyalurkan zakatnya kepada orang yang berhak menerimanya disebut mustahik. Hubungan antara lembaga pengelola zakat dan orang yang menunaikan zakat disebut sangat erat, karena lembaga pengelola zakat menjadi jembatan penghubung antara muzaki dan mustahik.

Lembaga pengelola zakat memiliki peran penting dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyaluran zakat. Lembaga pengelola zakat memiliki jaringan yang luas dan dapat menjangkau mustahik yang benar-benar membutuhkan. Selain itu, lembaga pengelola zakat juga memiliki sistem pengelolaan yang baik sehingga zakat yang terkumpul dapat disalurkan tepat sasaran dan tepat waktu.

Tanpa adanya lembaga pengelola zakat, penyaluran zakat akan menjadi tidak terkoordinasi dan tidak efisien. Muzaki akan kesulitan untuk menemukan mustahik yang benar-benar membutuhkan, dan mustahik akan kesulitan untuk mendapatkan zakat yang menjadi hak mereka. Oleh karena itu, lembaga pengelola zakat sangat penting untuk memastikan bahwa zakat dapat disalurkan secara optimal dan memberikan manfaat yang maksimal bagi mustahik.

Dalam praktiknya, terdapat banyak contoh lembaga pengelola zakat yang berperan penting dalam membantu orang yang menunaikan zakat. Misalnya, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di Indonesia dan Muslim Charity di Inggris. Lembaga-lembaga ini telah berhasil mengumpulkan dan mendistribusikan zakat dalam jumlah besar, sehingga dapat membantu jutaan mustahik di seluruh dunia.

Memahami hubungan antara lembaga pengelola zakat dan orang yang menunaikan zakat disebut sangat penting bagi kita semua. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya zakat dan mendorong kita untuk menyalurkan zakat melalui lembaga pengelola zakat yang terpercaya. Dengan demikian, kita dapat berkontribusi dalam mewujudkan pemerataan kesejahteraan dan keadilan sosial di masyarakat.

Manfaat zakat

Zakat memiliki banyak manfaat, baik bagi orang yang menunaikan zakat (muzaki) maupun bagi penerima zakat (mustahik). Bagi muzaki, zakat dapat membersihkan harta dari dosa dan mendatangkan keberkahan. Bagi mustahik, zakat dapat membantu meringankan beban hidup dan meningkatkan kesejahteraan.

Salah satu manfaat zakat bagi muzaki adalah dapat membersihkan harta dari dosa. Dalam ajaran Islam, harta yang tidak dizakatkan dapat menjadi sumber dosa bagi pemiliknya. Dengan menunaikan zakat, muzaki dapat membersihkan hartanya dari dosa dan menjadikannya lebih berkah. Selain itu, zakat juga dapat mendatangkan keberkahan bagi muzaki, baik dalam bentuk rezeki maupun kesehatan.

Sementara itu, bagi mustahik, zakat dapat membantu meringankan beban hidup dan meningkatkan kesejahteraan. Mustahik dapat menggunakan zakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Zakat juga dapat digunakan untuk biaya pendidikan, kesehatan, dan modal usaha. Dengan menerima zakat, mustahik dapat terbantu untuk keluar dari kemiskinan dan menjadi lebih mandiri.

Memahami manfaat zakat sangat penting bagi kita semua. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya zakat dan mendorong kita untuk menunaikan zakat dengan lebih baik. Selain itu, pemahaman ini juga dapat membantu kita untuk lebih menghargai manfaat zakat bagi diri kita sendiri dan masyarakat. Dengan demikian, kita dapat berkontribusi dalam mewujudkan pemerataan kesejahteraan dan keadilan sosial di masyarakat.

Pertanyaan yang Sering Diajukan tentang Orang yang Menunaikan Zakat

Pertanyaan yang sering diajukan (FAQ) ini akan membahas berbagai pertanyaan umum seputar orang yang menunaikan zakat, juga dikenal sebagai muzaki. FAQ ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang syarat, kewajiban, dan manfaat zakat bagi muzaki.

Pertanyaan 1: Siapakah yang termasuk muzaki?

Jawaban: Muzaki adalah orang yang memenuhi syarat untuk menunaikan zakat, yaitu beragama Islam, balig, berakal sehat, merdeka, dan memiliki harta yang mencapai nisab.

Pertanyaan 2: Apa saja jenis-jenis zakat?

Jawaban: Jenis-jenis zakat meliputi zakat maal (harta), zakat fitrah, zakat pertanian, dan zakat lainnya yang ditetapkan oleh syariat Islam.

Pertanyaan 3: Bagaimana cara menghitung nisab zakat?

Jawaban: Nisab zakat berbeda-beda tergantung jenis hartanya. Misalnya, nisab zakat emas adalah 85 gram, zakat perak 595 gram, dan zakat uang tunai senilai 85 gram emas.

Pertanyaan 4: Apa manfaat menunaikan zakat bagi muzaki?

Jawaban: Manfaat menunaikan zakat bagi muzaki antara lain membersihkan harta dari dosa, mendatangkan keberkahan, dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Pertanyaan 5: Bagaimana cara menyalurkan zakat?

Jawaban: Zakat dapat disalurkan melalui lembaga pengelola zakat atau amil zakat yang terpercaya, atau secara langsung kepada mustahik yang berhak menerimanya.

Pertanyaan 6: Apa saja syarat penerima zakat (mustahik)?

Jawaban: Mustahik adalah orang yang berhak menerima zakat, yaitu fakir, miskin, amil zakat, mualaf, budak, dan orang yang terlilit utang.

Dengan memahami FAQ ini, diharapkan pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang orang yang menunaikan zakat dan kewajiban zakat dalam ajaran Islam.

Pembahasan selanjutnya akan mengulas lebih dalam tentang peran zakat dalam pemberdayaan ekonomi umat dan pembangunan masyarakat.

Tips Untuk Muzaki

Pembahasan kali ini menyajikan tips bermanfaat bagi orang yang menunaikan zakat (muzaki) agar dapat menjalankan kewajiban zakatnya dengan lebih optimal.

Tip 1: Hitung Harta dengan Benar

Muzaki perlu menghitung hartanya secara cermat untuk mengetahui apakah telah mencapai nisab dan wajib dizakatkan.

Tip 2: Pahami Jenis-Jenis Zakat

Terdapat berbagai jenis zakat, seperti zakat maal, zakat fitrah, dan zakat pertanian. Muzaki perlu memahami perbedaan dan ketentuan masing-masing jenis zakat.

Tip 3: Tunaikan Zakat Tepat Waktu

Muzaki dianjurkan untuk menunaikan zakat tepat waktu, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam syariat Islam.

Tip 4: Salurkan Zakat Melalui Lembaga Terpercaya

Untuk memastikan zakat tersalurkan secara tepat sasaran, muzaki dapat menyalurkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat yang terpercaya.

Tip 5: Niatkan Zakat dengan Ikhlas

Menunaikan zakat harus diniatkan karena Allah SWT dan tidak mengharapkan imbalan apa pun.

Tip 6: Bersihkan Harta dari Sisa Hutang

Muzaki disarankan untuk melunasi hutangnya terlebih dahulu sebelum menunaikan zakat, agar hartanya benar-benar bersih.

Tip 7: Kelola Harta dengan Bijak

Setelah menunaikan zakat, muzaki dianjurkan untuk mengelola hartanya dengan bijak dan menghindari sikap boros.

Tip 8: Tingkatkan Rasa Syukur

Menunaikan zakat hendaknya meningkatkan rasa syukur muzaki atas nikmat harta yang telah diberikan Allah SWT.

Dengan mengikuti tips-tips di atas, muzaki dapat menjalankan kewajiban zakatnya dengan lebih baik, sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi diri sendiri, masyarakat, dan pembangunan ekonomi umat.

Selanjutnya, pembahasan akan beralih pada peran zakat dalam pemberdayaan ekonomi umat dan pembangunan masyarakat.

Kesimpulan

Pembahasan mengenai “orang yang menunaikan zakat disebut” telah mengungkap beberapa poin penting. Pertama, zakat merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang telah memenuhi syarat tertentu, seperti baligh, berakal, merdeka, dan memiliki harta yang mencapai nisab. Kedua, menunaikan zakat memiliki banyak manfaat, baik bagi muzaki maupun mustahik. Zakat dapat membersihkan harta dari dosa, mendatangkan keberkahan, serta membantu meringankan beban hidup dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Zakat berperan penting dalam pemberdayaan ekonomi umat dan pembangunan masyarakat. Zakat dapat membantu mengurangi kesenjangan sosial, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu, umat Islam perlu meningkatkan kesadaran akan kewajiban zakat dan menyalurkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat yang terpercaya agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.

Youtube Video:



Artikel Terkait

Bagikan:

jurnal

Saya adalah seorang penulis yang sudah berpengalaman lebih dari 5 tahun. Hobi saya menulis artikel yang bermanfaat untuk teman-teman yang membaca artikel saya.

Artikel Terbaru