Pertanyaan Sulit Tentang Puasa

jurnal


Pertanyaan Sulit Tentang Puasa

Puasa merupakan ibadah yang mengharuskan pemeluknya untuk menahan diri dari makan dan minum, serta segala hal yang dapat membatalkannya dalam durasi waktu tertentu. Pertanyaan sulit tentang puasa kerap muncul di kalangan masyarakat, seperti apa hukumnya jika puasa batal karena hal-hal yang tidak disengaja, bolehkah orang sakit berpuasa, dan bagaimana mengganti puasa yang terlewat.

Mempelajari pertanyaan sulit tentang puasa memiliki banyak manfaat. Selain menambah ilmu agama, juga dapat membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa dengan benar dan sesuai syariat. Salah satu perkembangan sejarah penting dalam pembahasan pertanyaan sulit tentang puasa adalah munculnya fatwa-fatwa dari para ulama yang memberikan panduan dan solusi atas persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat Islam.

Artikel ini akan membahas beberapa pertanyaan sulit tentang puasa yang sering ditanyakan oleh masyarakat, beserta jawaban dan dalil pendukungnya. Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang ibadah puasa dan membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah ini dengan baik.

Pertanyaan Sulit tentang Puasa

Pertanyaan sulit tentang puasa merupakan persoalan-persoalan yang muncul di kalangan masyarakat terkait pelaksanaan ibadah puasa. Memahami aspek-aspek penting dari pertanyaan sulit tentang puasa sangatlah krusial, karena dapat membantu umat Islam menjalankan ibadah puasa dengan benar dan sesuai syariat.

  • Hukum batal puasa
  • Puasa bagi orang sakit
  • Mengganti puasa yang terlewat
  • Puasa di daerah kutub
  • Puasa bagi ibu hamil dan menyusui
  • Puasa bagi musafir
  • Puasa sunah
  • Puasa qadha

Aspek-aspek tersebut mencakup berbagai dimensi terkait pertanyaan sulit tentang puasa, seperti hukum dan ketentuan, kondisi khusus, serta jenis-jenis puasa. Dengan memahami aspek-aspek ini, umat Islam dapat memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang ibadah puasa dan menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit yang mungkin muncul selama menjalankannya.

Hukum batal puasa

Hukum batal puasa merupakan aspek krusial dalam menjawab pertanyaan sulit tentang puasa. Sebab, memahami hukum yang membatalkan puasa menjadi dasar dalam menentukan keabsahan ibadah puasa yang dijalankan. Pertanyaan-pertanyaan sulit yang muncul, seperti hukum batal puasa karena muntah, menelan ludah, atau sengaja makan dan minum, dapat dijawab dengan jelas berdasarkan hukum yang telah ditetapkan.

Selain itu, hukum batal puasa juga memiliki implikasi praktis yang signifikan. Misalnya, jika seseorang batal puasa karena hal yang tidak disengaja, seperti lupa makan atau minum, maka ia tidak perlu mengganti puasanya. Sebaliknya, jika seseorang batal puasa karena sengaja melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, seperti makan atau minum, maka ia wajib mengganti puasanya. Pemahaman yang baik tentang hukum batal puasa akan membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa dengan benar dan sesuai syariat.

Sebagai contoh, salah satu pertanyaan sulit tentang puasa adalah hukum batal puasa karena muntah. Dalam hal ini, hukumnya adalah puasa batal jika muntah terjadi dengan sengaja atau karena sakit yang tidak tertahankan. Namun, jika muntah terjadi di luar kendali, seperti karena mabuk perjalanan atau bersin, maka puasanya tidak batal. Pemahaman tentang hukum batal puasa ini sangat penting agar umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik dan terhindar dari keraguan.

Puasa bagi orang sakit

Puasa bagi orang sakit termasuk salah satu aspek krusial dalam menjawab pertanyaan sulit tentang puasa, karena menyangkut kondisi khusus yang dapat memengaruhi kewajiban berpuasa. Terdapat beberapa pertanyaan sulit yang muncul, seperti bolehkah orang sakit berpuasa, bagaimana jika sakitnya parah, dan apakah ada keringanan bagi orang yang sakit dalam berpuasa.

  • Hukum puasa bagi orang sakit

    Hukum puasa bagi orang sakit adalah tidak wajib berpuasa jika sakitnya parah dan tidak memungkinkan untuk berpuasa. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 185, yang artinya: “… dan barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.”

  • Jenis-jenis sakit yang membolehkan tidak berpuasa

    Jenis-jenis sakit yang membolehkan tidak berpuasa adalah sakit yang parah, seperti sakit yang menyebabkan tidak bisa makan dan minum, sakit yang menyebabkan tidak bisa berdiri atau duduk, dan sakit yang menyebabkan tidak bisa berpikir jernih.

  • Keringanan puasa bagi orang sakit

    Keringanan puasa bagi orang sakit adalah boleh berbuka puasa jika sakitnya ringan dan tidak memungkinkan untuk berpuasa. Selain itu, orang sakit juga boleh mengganti puasa di hari lain setelah sembuh.

  • Kewajiban mengganti puasa bagi orang sakit

    Kewajiban mengganti puasa bagi orang sakit adalah wajib mengganti puasa yang ditinggalkan setelah sembuh. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 185, yang artinya: “… dan barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.”

Dengan memahami aspek-aspek puasa bagi orang sakit, umat Islam dapat menjawab pertanyaan sulit tentang puasa terkait kondisi khusus ini. Selain itu, pemahaman ini juga membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa dengan benar dan sesuai syariat, serta mendapatkan keringanan jika memang diperlukan.

Mengganti puasa yang terlewat

Mengganti puasa yang terlewat merupakan salah satu aspek penting dalam menjawab pertanyaan sulit tentang puasa. Hal ini dikarenakan mengganti puasa memiliki ketentuan dan hukum tersendiri yang perlu dipahami oleh umat Islam. Berikut beberapa facet terkait mengganti puasa yang terlewat:

  • Syarat wajib mengganti puasa

    Syarat wajib mengganti puasa adalah bagi orang yang meninggalkan puasa secara sengaja tanpa alasan yang dibenarkan syariat. Selain itu, mengganti puasa juga wajib bagi orang yang batal puasanya karena hal-hal yang membatalkan puasa, seperti makan dan minum.

  • Waktu mengganti puasa

    Waktu mengganti puasa adalah setelah bulan Ramadhan berakhir, yaitu pada bulan Syawal. Waktu mengganti puasa ini disebut dengan qadha puasa. Qadha puasa dapat dilakukan secara berturut-turut atau dicicil.

  • Niat mengganti puasa

    Niat mengganti puasa harus dilakukan pada malam hari sebelum berpuasa. Niat mengganti puasa dilakukan dengan mengucapkan: “Nawaitu shauma ghadin ‘an qadha’i fardhi syahri ramadhana lillahi ta’ala.” Artinya: “Aku berniat puasa esok hari untuk mengganti puasa bulan Ramadan fardhu karena Allah Ta’ala.”

  • Hukum mengganti puasa

    Hukum mengganti puasa adalah wajib bagi yang meninggalkan puasa secara sengaja atau batal puasanya karena hal-hal yang membatalkan puasa. Mengganti puasa merupakan salah satu bentuk taubat atas dosa meninggalkan puasa.

Dengan memahami aspek-aspek mengganti puasa yang terlewat, umat Islam dapat menjawab pertanyaan sulit tentang puasa terkait hal ini. Selain itu, pemahaman ini juga membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa dengan benar dan sesuai syariat, serta terhindar dari keraguan dalam mengganti puasa yang terlewat.

Puasa di daerah kutub

Puasa di daerah kutub merupakan salah satu aspek yang memunculkan pertanyaan sulit tentang puasa. Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis daerah kutub yang ekstrem, seperti siang dan malam yang sangat panjang, sehingga berpengaruh pada pelaksanaan ibadah puasa.

  • Waktu puasa

    Waktu puasa di daerah kutub menjadi pertanyaan sulit karena perbedaan durasi siang dan malam yang sangat ekstrem. Di beberapa daerah, siang hari bisa berlangsung selama 24 jam, sementara malam hari bisa berlangsung selama 24 jam pula. Hal ini menimbulkan kebingungan tentang kapan waktu mulai dan berakhirnya puasa.

  • Niat puasa

    Niat puasa di daerah kutub juga menjadi pertanyaan sulit karena waktu dimulainya puasa yang tidak jelas. Umat Islam di daerah kutub kesulitan menentukan kapan mereka harus memulai niat puasa, apakah mengikuti waktu setempat atau waktu Mekkah.

  • Gangguan kesehatan

    Gangguan kesehatan menjadi pertanyaan sulit karena puasa di daerah kutub dapat berdampak pada kesehatan. Puasa dalam waktu yang sangat lama, ditambah dengan kondisi cuaca yang ekstrem, dapat menyebabkan dehidrasi, hipotermia, dan masalah kesehatan lainnya.

  • Solusi yang diterapkan

    Solusi yang diterapkan untuk pertanyaan sulit tentang puasa di daerah kutub beragam. Beberapa negara menetapkan waktu puasa mengikuti waktu Mekkah, sementara negara lain menetapkan waktu puasa berdasarkan waktu setempat. Selain itu, umat Islam di daerah kutub juga dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan bahwa kondisi kesehatannya memungkinkan untuk berpuasa.

Dengan memahami aspek-aspek puasa di daerah kutub, umat Islam dapat menjawab pertanyaan sulit tentang puasa yang terkait dengan kondisi khusus ini. Selain itu, pemahaman ini juga membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa dengan benar dan sesuai syariat, serta mendapatkan solusi yang tepat untuk menjalankan puasa di daerah kutub.

Puasa bagi ibu hamil dan menyusui

Puasa bagi ibu hamil dan menyusui merupakan salah satu aspek yang memunculkan pertanyaan sulit tentang puasa. Hal ini disebabkan oleh kondisi khusus yang dialami oleh ibu hamil dan menyusui, sehingga diperlukan pemahaman yang komprehensif tentang hukum dan ketentuan puasa bagi mereka.

Salah satu pertanyaan sulit yang muncul adalah bolehkah ibu hamil dan menyusui berpuasa. Hukum puasa bagi ibu hamil dan menyusui adalah tidak wajib berpuasa jika khawatir akan kesehatan dirinya atau janin/bayinya. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 185, yang artinya: “… dan barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.”

Selain itu, terdapat pertanyaan sulit lainnya, seperti bagaimana jika ibu hamil atau menyusui batal puasa karena hal-hal yang tidak disengaja, apakah wajib mengganti puasa, dan bagaimana jika ibu hamil atau menyusui mengalami gangguan kesehatan saat berpuasa. Pemahaman tentang hukum dan ketentuan puasa bagi ibu hamil dan menyusui sangat penting untuk memberikan solusi atas pertanyaan-pertanyaan sulit tersebut.

Dengan memahami aspek-aspek puasa bagi ibu hamil dan menyusui, umat Islam dapat menjawab pertanyaan sulit tentang puasa yang terkait dengan kondisi khusus ini. Selain itu, pemahaman ini juga membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa dengan benar dan sesuai syariat, serta mendapatkan keringanan jika memang diperlukan.

Puasa bagi musafir

Puasa bagi musafir merupakan salah satu aspek yang memunculkan pertanyaan sulit tentang puasa. Hal ini disebabkan oleh kondisi khusus yang dialami oleh musafir, sehingga diperlukan pemahaman yang komprehensif tentang hukum dan ketentuan puasa bagi mereka.

Salah satu pertanyaan sulit yang muncul adalah bolehkah musafir berpuasa. Hukum puasa bagi musafir adalah boleh tidak berpuasa jika perjalanan yang dilakukan mencapai jarak tertentu, yaitu minimal 81 km. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, yang artinya: “Perjalanan yang membolehkan berbuka puasa adalah perjalanan sejauh dua hari perjalanan.”

Selain itu, terdapat pertanyaan sulit lainnya, seperti bagaimana jika musafir batal puasa karena hal-hal yang tidak disengaja, apakah wajib mengganti puasa, dan bagaimana jika musafir mengalami gangguan kesehatan saat berpuasa. Pemahaman tentang hukum dan ketentuan puasa bagi musafir sangat penting untuk memberikan solusi atas pertanyaan-pertanyaan sulit tersebut.

Dengan memahami aspek-aspek puasa bagi musafir, umat Islam dapat menjawab pertanyaan sulit tentang puasa yang terkait dengan kondisi khusus ini. Selain itu, pemahaman ini juga membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa dengan benar dan sesuai syariat, serta mendapatkan keringanan jika memang diperlukan.

Puasa Sunah

Puasa sunah merupakan salah satu amalan ibadah yang dianjurkan dalam ajaran Islam. Meskipun tidak wajib dilakukan, puasa sunah memiliki banyak keutamaan dan manfaat, baik dari segi spiritual maupun kesehatan. Dalam konteks pertanyaan sulit tentang puasa, puasa sunah memiliki keterkaitan yang erat.

Salah satu pertanyaan sulit tentang puasa adalah mengenai jenis-jenis puasa yang diperbolehkan. Puasa sunah termasuk ke dalam salah satu jenis puasa yang diperbolehkan dan bahkan dianjurkan. Hal ini karena puasa sunah dapat menjadi sarana untuk meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu, puasa sunah juga dapat menjadi solusi bagi pertanyaan sulit tentang puasa, seperti bagaimana cara mengganti puasa wajib yang terlewat atau bagaimana cara menebus dosa akibat membatalkan puasa wajib.

Sebagai contoh, salah satu puasa sunah yang sering dilakukan adalah puasa Senin Kamis. Puasa ini dapat menjadi solusi bagi pertanyaan sulit tentang puasa, yaitu bagaimana cara mengganti puasa wajib yang terlewat. Hal ini karena puasa Senin Kamis dapat diniatkan sebagai qadha puasa wajib yang terlewat, sehingga dapat menjadi solusi bagi mereka yang memiliki utang puasa.

Memahami keterkaitan antara puasa sunah dan pertanyaan sulit tentang puasa sangat penting bagi umat Islam. Hal ini dapat membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik dan sesuai dengan syariat Islam. Selain itu, pemahaman ini juga dapat menjadi solusi bagi berbagai pertanyaan sulit tentang puasa yang mungkin muncul.

Puasa qadha

Puasa qadha merupakan salah satu aspek penting dalam menjawab pertanyaan sulit tentang puasa. Puasa qadha adalah puasa yang dilakukan untuk mengganti puasa wajib yang terlewat atau batal karena udzur syar’i. Terdapat beberapa pertanyaan sulit yang muncul terkait puasa qadha, seperti kapan waktu mengganti puasa qadha, bagaimana niat puasa qadha, dan apakah boleh mengqadha puasa bertahun-tahun yang lalu.

  • Waktu mengganti puasa qadha

    Waktu mengganti puasa qadha adalah setelah bulan Ramadhan berakhir, yaitu pada bulan Syawal. Waktu mengganti puasa ini disebut dengan qadha puasa. Qadha puasa dapat dilakukan secara berturut-turut atau dicicil.

  • Niat puasa qadha

    Niat puasa qadha harus dilakukan pada malam hari sebelum berpuasa. Niat puasa qadha dilakukan dengan mengucapkan: “Nawaitu shauma ghadin ‘an qadha’i fardhi syahri ramadhana lillahi ta’ala.” Artinya: “Aku berniat puasa esok hari untuk mengganti puasa bulan Ramadan fardhu karena Allah Ta’ala.”

  • Mengqadha puasa bertahun-tahun yang lalu

    Boleh mengqadha puasa bertahun-tahun yang lalu jika puasa tersebut wajib dilaksanakan, seperti puasa Ramadhan yang ditinggalkan secara sengaja atau batal karena hal-hal yang membatalkan puasa. Namun, jika puasa tersebut sunnah, maka tidak wajib untuk mengqadhanya.

  • Hukum mengganti puasa qadha

    Hukum mengganti puasa qadha adalah wajib bagi yang meninggalkan puasa secara sengaja atau batal puasanya karena hal-hal yang membatalkan puasa. Mengganti puasa merupakan salah satu bentuk taubat atas dosa meninggalkan puasa.

Dengan memahami aspek-aspek puasa qadha, umat Islam dapat menjawab pertanyaan sulit tentang puasa yang terkait dengan hal ini. Selain itu, pemahaman ini juga membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa dengan benar dan sesuai syariat, serta terhindar dari keraguan dalam mengganti puasa yang terlewat.

Pertanyaan Umum tentang Pertanyaan Sulit tentang Puasa

Halaman ini berisi daftar pertanyaan umum dan jawabannya tentang pertanyaan sulit tentang puasa. Pertanyaan-pertanyaan ini membahas berbagai aspek puasa, seperti hukum batal puasa, puasa bagi orang sakit, mengganti puasa yang terlewat, dan lain-lain.

Pertanyaan 1: Apa saja hal-hal yang dapat membatalkan puasa?

Beberapa hal yang dapat membatalkan puasa antara lain makan dan minum, muntah dengan sengaja, berhubungan seksual, dan keluarnya mani.

Pertanyaan 2: Bolehkah orang sakit berpuasa?

Orang sakit tidak wajib berpuasa jika sakitnya parah dan dapat membahayakan kesehatannya. Namun, jika sakitnya ringan, ia tetap boleh berpuasa.

Pertanyaan 3: Bagaimana cara mengganti puasa yang terlewat?

Puasa yang terlewat dapat diganti pada hari-hari lain di luar bulan Ramadhan, yang disebut dengan puasa qadha. Waktu mengganti puasa qadha tidak ditentukan, namun dianjurkan untuk segera menggantinya setelah bulan Ramadhan berakhir.

Pertanyaan 4: Bagaimana hukum puasa di daerah kutub?

Puasa di daerah kutub memiliki beberapa kekhususan, seperti waktu puasa yang sangat panjang atau sangat pendek. Dalam hal ini, umat Islam di daerah kutub dapat mengikuti waktu puasa sesuai dengan negara tempat tinggalnya atau mengikuti waktu puasa Mekkah.

Pertanyaan 5: Bolehkah ibu hamil dan menyusui berpuasa?

Ibu hamil dan menyusui tidak wajib berpuasa jika khawatir akan kesehatan dirinya atau bayinya. Namun, jika kondisi kesehatannya memungkinkan, mereka tetap boleh berpuasa.

Pertanyaan 6: Apa saja puasa sunah yang dianjurkan?

Puasa sunah yang dianjurkan antara lain puasa Senin Kamis, puasa Ayyamul Bidh (tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriyah), dan puasa Daud (puasa selang-seling).

Pertanyaan-pertanyaan umum ini memberikan pemahaman dasar tentang pertanyaan sulit tentang puasa. Untuk informasi yang lebih lengkap, silakan merujuk ke sumber-sumber terpercaya, seperti kitab-kitab fikih atau berkonsultasi dengan ulama setempat.

Perlu diingat bahwa jawaban atas pertanyaan sulit tentang puasa dapat bervariasi tergantung pada pendapat ulama yang berbeda. Oleh karena itu, penting untuk selalu mencari informasi dari sumber-sumber yang kredibel dan terpercaya.

Tips menjawab pertanyaan sulit tentang puasa

Berikut ini beberapa tips yang dapat membantu Anda dalam menjawab pertanyaan sulit tentang puasa:

Tip 1: Pahami dasar-dasar puasa
Pelajari hukum dan ketentuan dasar tentang puasa, seperti syarat wajib puasa, hal yang membatalkan puasa, dan jenis-jenis puasa.

Tip 2: Kaji sumber-sumber terpercaya
Carilah informasi dari kitab-kitab fikih, fatwa ulama, atau berkonsultasi dengan ustadz yang kredibel untuk mendapatkan jawaban yang valid.

Tip 3: Pertimbangkan kondisi khusus
Dalam menjawab pertanyaan tentang puasa, perhatikan kondisi khusus yang dapat memengaruhi hukum puasa, seperti sakit, hamil, menyusui, dan bepergian.

Tip 4: Cari tahu pendapat ulama yang berbeda
Ketahui bahwa ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang beberapa aspek puasa. Cari tahu pendapat yang paling kuat dan sesuai dengan kondisi Anda.

Tip 5: Jangan ragu bertanya
Jika Anda masih kesulitan menjawab pertanyaan tentang puasa, jangan ragu untuk bertanya kepada ustadz atau orang yang lebih berilmu.

Tip 6: Amalkan puasa dengan benar
Selain mencari ilmu, amalkan juga puasa dengan benar sesuai dengan syariat Islam. Hal ini akan membantu Anda dalam memahami hakikat puasa dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

Tip 7: Berniat ikhlas
Niatkan puasa karena Allah SWT dan bukan karena tujuan duniawi. Hal ini akan memperkuat ibadah puasa Anda dan memudahkan Anda dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang puasa.

Tip 8: Sabar dan istiqomah
Menjawab pertanyaan sulit tentang puasa membutuhkan kesabaran dan keistiqamahan. Jangan mudah menyerah dan teruslah belajar untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang puasa.

Dengan mengikuti tips-tips ini, Anda dapat meningkatkan kemampuan Anda dalam menjawab pertanyaan sulit tentang puasa. Memahami pertanyaan sulit tentang puasa sangat penting bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa dengan benar dan sesuai syariat.

Tips-tips ini juga akan bermanfaat dalam bagian penutup artikel, di mana kita akan membahas pentingnya menjawab pertanyaan sulit tentang puasa dan bagaimana hal itu dapat meningkatkan kualitas ibadah kita.

Kesimpulan

Artikel ini telah membahas secara mendalam tentang pertanyaan sulit tentang puasa. Memahami pertanyaan-pertanyaan sulit ini sangat penting bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa dengan benar dan sesuai syariat. Beberapa poin penting yang dapat disimpulkan dari artikel ini antara lain:

  • Pertanyaan sulit tentang puasa mencakup berbagai aspek, seperti hukum batal puasa, puasa bagi orang sakit, mengganti puasa yang terlewat, dan lain-lain.
  • Untuk menjawab pertanyaan sulit tentang puasa, diperlukan pemahaman yang komprehensif tentang dasar-dasar puasa, sumber-sumber terpercaya, dan kondisi khusus yang dapat memengaruhi hukum puasa.
  • Dengan menjawab pertanyaan sulit tentang puasa, umat Islam dapat meningkatkan kualitas ibadah puasanya dan memperkuat ketakwaan kepada Allah SWT.

Sebagai penutup, penting bagi kita untuk terus mencari ilmu dan memahami pertanyaan-pertanyaan sulit tentang puasa. Hal ini akan membantu kita dalam menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik dan sesuai dengan tuntunan agama Islam. Marilah kita jadikan puasa sebagai sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Youtube Video:



Artikel Terkait

Bagikan:

jurnal

Saya adalah seorang penulis yang sudah berpengalaman lebih dari 5 tahun. Hobi saya menulis artikel yang bermanfaat untuk teman-teman yang membaca artikel saya.

Artikel Terbaru