Puasa Bulan Suro merupakan tradisi menahan makan dan minum yang dilakukan oleh masyarakat Jawa pada bulan Suro dalam kalender Jawa. Tradisi ini dipercaya memiliki banyak manfaat, seperti menolak bala, mendatangkan keberuntungan, dan membersihkan diri secara spiritual.
Puasa Bulan Suro biasanya dilakukan selama satu bulan penuh, tetapi ada juga yang melakukannya hanya selama beberapa hari saja. Selama berpuasa, umat Islam tidak diperbolehkan makan dan minum dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Selain itu, mereka juga dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan amalan baik lainnya.
Tradisi Puasa Bulan Suro sudah ada sejak zaman dahulu kala. Pada awalnya, tradisi ini dilakukan oleh para petani Jawa untuk memohon kepada Tuhan agar hasil panen mereka melimpah. Seiring berjalannya waktu, Puasa Bulan Suro menjadi tradisi yang dianut oleh seluruh masyarakat Jawa, terlepas dari agama dan kepercayaan mereka.
Puasa Bulan Suro
Puasa Bulan Suro merupakan tradisi penting dalam budaya Jawa yang memiliki banyak aspek mendasar. Aspek-aspek ini mencakup:
- Nilai spiritual
- Tradisi budaya
- Penyucian diri
- Menolak bala
- Membawa keberuntungan
- Menghormati leluhur
- Mempererat tali persaudaraan
- Melestarikan budaya Jawa
Nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam Puasa Bulan Suro mengajarkan tentang pentingnya pengendalian diri, kesabaran, dan ketekunan. Tradisi budaya ini juga merupakan bentuk penghormatan terhadap leluhur dan upaya untuk melestarikan budaya Jawa. Selain itu, Puasa Bulan Suro dipercaya dapat membawa keberuntungan dan menolak bala, sehingga banyak masyarakat Jawa yang menjalankannya dengan penuh keyakinan.
Nilai spiritual
Nilai spiritual merupakan aspek penting dalam tradisi Puasa Bulan Suro. Nilai-nilai ini mengajarkan tentang pengendalian diri, kesabaran, dan ketekunan, serta memperkuat hubungan manusia dengan Tuhan. Berikut beberapa nilai spiritual yang terkandung dalam Puasa Bulan Suro:
- Pengendalian diri
Puasa Bulan Suro mengajarkan manusia untuk mengendalikan hawa nafsunya, baik dalam hal makan dan minum maupun dalam hal lainnya. Dengan mengendalikan diri, manusia dapat mencapai ketenangan jiwa dan pikiran, serta terhindar dari perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
- Kesabaran
Puasa Bulan Suro juga mengajarkan tentang pentingnya kesabaran. Dengan menjalankan puasa selama satu bulan penuh, manusia belajar untuk bersabar dalam menghadapi cobaan dan kesulitan hidup. Kesabaran akan membawa manusia pada kebijaksanaan dan ketenangan hati.
- Ketekunan
Puasa Bulan Suro membutuhkan ketekunan dan konsistensi dalam menjalankannya. Dengan menjalankan puasa dengan tekun, manusia belajar untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan hidup. Ketekunan akan membawa manusia pada kesuksesan dan kebahagiaan.
- Hubungan dengan Tuhan
Puasa Bulan Suro juga merupakan bentuk ibadah yang dapat memperkuat hubungan manusia dengan Tuhan. Dengan menjalankan puasa, manusia menunjukkan rasa syukur dan ketaatannya kepada Tuhan. Hubungan yang kuat dengan Tuhan akan membawa manusia pada ketenangan jiwa dan kebahagiaan sejati.
Nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam Puasa Bulan Suro sangat penting untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengamalkan nilai-nilai ini, manusia dapat menjadi pribadi yang lebih baik, berakhlak mulia, dan bertakwa kepada Tuhan.
Tradisi budaya
Puasa Bulan Suro tidak hanya memiliki nilai spiritual, tetapi juga merupakan tradisi budaya yang kuat. Tradisi budaya ini mencakup berbagai aspek, antara lain:
- Larangan
Selama Puasa Bulan Suro, masyarakat Jawa percaya bahwa ada beberapa larangan yang harus dipatuhi. Misalnya, larangan mengadakan hajatan atau pesta pernikahan, larangan bepergian jauh, dan larangan memotong rambut. Larangan-larangan ini dipercaya dapat membawa sial atau bahkan malapetaka.
- Ritual
Selain larangan, masyarakat Jawa juga melakukan berbagai ritual selama Puasa Bulan Suro. Misalnya, ritual “padusan” atau mandi besar di sumber mata air, ritual “buang sial” dengan cara membuang sesaji ke sungai atau laut, dan ritual “nyadran” atau ziarah ke makam leluhur. Ritual-ritual ini dipercaya dapat membersihkan diri dari segala dan membawa keberuntungan.
- Pantangan makanan
Selama Puasa Bulan Suro, masyarakat Jawa juga percaya bahwa ada beberapa jenis makanan yang tidak boleh dimakan. Misalnya, pantangan makan daging sapi, kerbau, dan anjing. Pantangan-pantangan makanan ini dipercaya dapat membawa sial atau bahkan penyakit.
- Perayaan
Meskipun ada banyak larangan dan pantangan, Puasa Bulan Suro juga diwarnai dengan perayaan. Misalnya, perayaan “Grebeg Suro” di Keraton Yogyakarta dan Surakarta, perayaan “Larung Sesaji” di Pantai Parangtritis, dan perayaan “Wayang Kulit” di berbagai daerah di Jawa. Perayaan-perayaan ini merupakan bentuk rasa syukur dan ungkapan kebudayaan masyarakat Jawa.
Tradisi budaya yang terkait dengan Puasa Bulan Suro memiliki implikasi yang luas dalam kehidupan masyarakat Jawa. Tradisi-tradisi ini tidak hanya mengatur perilaku dan kepercayaan masyarakat, tetapi juga memperkuat identitas budaya Jawa. Dengan menjalankan tradisi-tradisi tersebut, masyarakat Jawa merasa terhubung dengan leluhur mereka dan menjaga kelestarian budaya Jawa.
Penyucian Diri
Penyucian diri merupakan salah satu aspek penting dalam tradisi Puasa Bulan Suro. Dalam ajaran Islam, penyucian diri memiliki makna yang luas, mencakup baik penyucian fisik maupun batin.
Penyucian fisik dilakukan melalui ibadah seperti berwudhu, mandi besar, dan menjaga kebersihan tubuh. Sedangkan penyucian batin dapat dilakukan melalui ibadah seperti salat, puasa, dan zikir. Dalam konteks Puasa Bulan Suro, penyucian diri menjadi sangat penting karena puasa merupakan salah satu ibadah yang dapat membersihkan jiwa dan raga.
Selama berpuasa, umat Islam diwajibkan untuk menahan diri dari makan dan minum serta segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga pada kesehatan mental dan spiritual. Dengan menahan diri dari hawa nafsu, umat Islam belajar untuk mengendalikan diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Selain itu, selama Puasa Bulan Suro, umat Islam juga dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan amalan baik lainnya, seperti salat malam, membaca Al-Qur’an, dan bersedekah. Ibadah-ibadah ini juga memiliki efek penyucian diri, karena dapat membersihkan hati dan pikiran dari segala kotoran dan dosa.
Dengan demikian, penyucian diri merupakan komponen penting dalam tradisi Puasa Bulan Suro. Melalui penyucian diri, umat Islam dapat membersihkan jiwa dan raga, serta mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini akan membawa banyak manfaat, baik di dunia maupun di akhirat.
Menolak bala
Dalam tradisi Islam, bala atau bencana dimaknai sebagai segala sesuatu yang dapat menimpa manusia dan menimbulkan kerugian atau kesusahan. Bencana tersebut dapat berupa musibah alam, penyakit, atau bahkan kesialan dalam hidup. Puasa Bulan Suro dipercaya dapat menolak bala karena beberapa alasan:
- Puasa merupakan ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan mendekatkan diri kepada Allah, seorang hamba akan mendapat perlindungan dan pertolongan dari-Nya.
- Puasa dapat membersihkan jiwa dan raga dari segala kotoran dan dosa. Dengan jiwa dan raga yang bersih, seorang hamba akan terhindar dari segala marabahaya.
- Puasa dapat melatih kesabaran dan ketabahan. Dengan melatih kesabaran dan ketabahan, seorang hamba akan lebih siap menghadapi segala cobaan dan kesulitan hidup.
Banyak kisah nyata yang menyebutkan bahwa Puasa Bulan Suro dapat menolak bala. Misalnya, pada tahun 2006, terjadi gempa bumi besar di Yogyakarta. Namun, daerah yang sedang melaksanakan Puasa Bulan Suro, seperti Imogiri dan Bantul, tidak mengalami kerusakan yang parah. Hal ini diyakini karena masyarakat di daerah tersebut sedang menjalankan Puasa Bulan Suro sehingga mendapat perlindungan dari Allah SWT.
Selain menolak bala, Puasa Bulan Suro juga memiliki banyak manfaat lainnya, seperti meningkatkan kesehatan fisik dan mental, mempererat tali silaturahmi, dan melestarikan budaya Jawa. Oleh karena itu, Puasa Bulan Suro merupakan tradisi yang sangat baik untuk dijalankan oleh umat Islam, terutama di bulan Suro.
Membawa keberuntungan
Dalam tradisi budaya Jawa, Puasa Bulan Suro dipercaya dapat membawa keberuntungan. Keberuntungan ini dapat dimaknai sebagai segala sesuatu yang baik dan menguntungkan yang terjadi dalam hidup seseorang. Ada beberapa aspek yang dipercaya dapat membawa keberuntungan dalam Puasa Bulan Suro, di antaranya:
- Kelancaran rezeki
Banyak masyarakat Jawa percaya bahwa Puasa Bulan Suro dapat melancarkan rezeki. Hal ini dikarenakan saat berpuasa, seseorang akan lebih banyak berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan mendekatkan diri kepada Tuhan, seseorang akan mendapat pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan, termasuk dalam hal rezeki.
- Kesuksesan dalam pekerjaan
Puasa Bulan Suro juga dipercaya dapat membawa kesuksesan dalam pekerjaan. Hal ini dikarenakan saat berpuasa, seseorang akan lebih fokus dan tekun dalam bekerja. Selain itu, dengan berpuasa, seseorang akan belajar untuk mengendalikan hawa nafsu dan emosi, sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih baik dalam pekerjaannya.
- Kebahagiaan dalam keluarga
Puasa Bulan Suro juga dipercaya dapat membawa kebahagiaan dalam keluarga. Hal ini dikarenakan saat berpuasa, seseorang akan lebih banyak berkumpul dan berinteraksi dengan keluarga. Selain itu, dengan berpuasa, seseorang akan lebih bersabar dan penyayang, sehingga dapat menciptakan suasana keluarga yang harmonis.
- Kesehatan yang baik
Puasa Bulan Suro juga dipercaya dapat membawa kesehatan yang baik. Hal ini dikarenakan saat berpuasa, tubuh akan beristirahat dari aktivitas pencernaan. Selain itu, dengan berpuasa, seseorang akan lebih banyak mengonsumsi makanan yang sehat, sehingga dapat menjaga kesehatan tubuh.
Kepercayaan bahwa Puasa Bulan Suro dapat membawa keberuntungan sudah mengakar kuat dalam masyarakat Jawa. Banyak masyarakat Jawa yang menjalankan Puasa Bulan Suro dengan harapan dapat memperoleh keberuntungan dalam berbagai aspek kehidupan mereka.
Menghormati leluhur
Dalam tradisi masyarakat Jawa, menghormati leluhur merupakan nilai luhur yang dijunjung tinggi. Hal ini juga tercermin dalam praktik keagamaan, termasuk dalam tradisi Puasa Bulan Suro. Puasa Bulan Suro tidak hanya bermakna sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.
Hubungan antara menghormati leluhur dan Puasa Bulan Suro dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, Puasa Bulan Suro merupakan waktu yang tepat untuk berziarah ke makam leluhur. Masyarakat Jawa percaya bahwa pada bulan Suro, pintu langit terbuka lebar sehingga doa-doa yang dipanjatkan akan lebih mudah dikabulkan. Oleh karena itu, banyak masyarakat Jawa yang memanfaatkan waktu Puasa Bulan Suro untuk mendoakan leluhur mereka.
Kedua, Puasa Bulan Suro juga menjadi waktu untuk mengenang jasa-jasa leluhur. Melalui berbagai ritual dan tradisi yang dilakukan selama Puasa Bulan Suro, masyarakat Jawa berusaha untuk menghidupkan kembali nilai-nilai dan ajaran leluhur mereka. Hal ini dilakukan sebagai bentuk terima kasih dan penghormatan atas perjuangan dan pengorbanan leluhur dalam membangun masyarakat Jawa.
Ketiga, Puasa Bulan Suro juga mengajarkan tentang pentingnya meneruskan tradisi dan budaya leluhur. Dengan menjalankan tradisi Puasa Bulan Suro, masyarakat Jawa tidak hanya menghormati leluhur mereka, tetapi juga melestarikan budaya dan tradisi Jawa yang telah diwariskan turun-temurun. Hal ini sangat penting untuk menjaga identitas dan jati diri masyarakat Jawa.
Mempererat tali persaudaraan
Puasa Bulan Suro merupakan tradisi yang sangat penting dalam masyarakat Jawa. Tidak hanya memiliki nilai spiritual dan budaya, Puasa Bulan Suro juga memiliki dampak positif dalam mempererat tali persaudaraan antar sesama manusia.
Salah satu aspek penting dalam mempererat tali persaudaraan selama Puasa Bulan Suro adalah dengan saling berbagi makanan dan minuman. Masyarakat Jawa percaya bahwa dengan berbagi makanan, mereka akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Selain itu, berbagi makanan juga merupakan bentuk kepedulian dan kasih sayang antar sesama.
Selain berbagi makanan, mempererat tali persaudaraan selama Puasa Bulan Suro juga dapat dilakukan dengan saling membantu dan bekerja sama. Misalnya, masyarakat Jawa biasa mengadakan kegiatan bersih-bersih lingkungan bersama-sama. Kegiatan ini tidak hanya bermanfaat untuk kebersihan lingkungan, tetapi juga dapat mempererat hubungan antar warga.
Dengan demikian, mempererat tali persaudaraan merupakan komponen penting dalam tradisi Puasa Bulan Suro. Melalui berbagai kegiatan yang dilakukan selama puasa, masyarakat Jawa berusaha untuk memperkuat hubungan antar sesama dan menciptakan suasana kekeluargaan yang harmonis.
Melestarikan Budaya Jawa
Puasa Bulan Suro merupakan tradisi yang tidak hanya memiliki nilai spiritual dan budaya, tetapi juga berperan penting dalam melestarikan budaya Jawa. Melalui berbagai ritual dan tradisi yang dilakukan selama puasa, masyarakat Jawa berusaha untuk menjaga dan meneruskan nilai-nilai budaya leluhur mereka.
- Ritual dan Tradisi
Selama Puasa Bulan Suro, masyarakat Jawa melakukan berbagai ritual dan tradisi, seperti padusan, nyadran, dan sedekah bumi. Ritual-ritual ini tidak hanya memiliki makna spiritual, tetapi juga menjadi sarana untuk melestarikan budaya dan tradisi Jawa.
- Nilai-nilai Luhur
Puasa Bulan Suro mengajarkan tentang nilai-nilai luhur budaya Jawa, seperti gotong royong, menghormati orang tua, dan menjaga lingkungan. Nilai-nilai ini terus ditanamkan dan dipraktikkan selama puasa, sehingga dapat terus diwariskan kepada generasi berikutnya.
- Seni dan Budaya
Puasa Bulan Suro juga menjadi ajang untuk menampilkan dan melestarikan seni dan budaya Jawa. Misalnya, selama puasa sering diadakan pertunjukan wayang kulit, gamelan, dan tari tradisional. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesenian dan kebudayaan Jawa agar tetap hidup dan berkembang.
- Bahasa dan Aksara
Selain melestarikan seni dan budaya, Puasa Bulan Suro juga menjadi sarana untuk menjaga bahasa dan aksara Jawa. Selama puasa, masyarakat Jawa sering menggunakan bahasa dan aksara Jawa dalam doa, ritual, dan tradisi lainnya. Hal ini membantu menjaga kelestarian bahasa dan aksara Jawa.
Dengan demikian, Puasa Bulan Suro merupakan tradisi yang sangat penting bagi pelestarian budaya Jawa. Melalui berbagai ritual, tradisi, nilai-nilai luhur, seni budaya, serta bahasa dan aksara, Puasa Bulan Suro berperan aktif dalam menjaga dan meneruskan budaya Jawa kepada generasi mendatang.
Pertanyaan yang Sering Diajukan tentang Puasa Bulan Suro
Halaman ini berisi daftar pertanyaan yang sering diajukan (FAQ) tentang Puasa Bulan Suro, sebuah tradisi keagamaan dan budaya yang dipraktikkan oleh masyarakat Jawa. Pertanyaan-pertanyaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas dan ringkas tentang berbagai aspek Puasa Bulan Suro.
Pertanyaan 1: Apa itu Puasa Bulan Suro?
Puasa Bulan Suro adalah tradisi menahan makan dan minum yang dilakukan oleh masyarakat Jawa selama bulan Suro dalam kalender Jawa. Tradisi ini diyakini memiliki banyak manfaat, seperti menolak bala, mendatangkan keberuntungan, dan membersihkan diri secara spiritual.
Pertanyaan 2: Kapan Puasa Bulan Suro dilaksanakan?
Puasa Bulan Suro dilaksanakan pada bulan Suro dalam kalender Jawa, yang biasanya jatuh pada bulan Agustus atau September dalam kalender Masehi.
Pertanyaan 3: Siapa saja yang boleh menjalankan Puasa Bulan Suro?
Puasa Bulan Suro dapat dijalankan oleh semua orang, baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda. Namun, wanita yang sedang haid atau nifas tidak dianjurkan untuk berpuasa.
Pertanyaan 4: Apa saja larangan selama Puasa Bulan Suro?
Selama Puasa Bulan Suro, terdapat beberapa larangan yang harus dipatuhi, seperti larangan mengadakan hajatan atau pesta pernikahan, larangan bepergian jauh, dan larangan memotong rambut.
Pertanyaan 5: Apa saja manfaat Puasa Bulan Suro?
Puasa Bulan Suro diyakini memiliki banyak manfaat, seperti menolak bala, mendatangkan keberuntungan, membersihkan diri secara spiritual, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, serta mempererat tali silaturahmi.
Pertanyaan 6: Bagaimana cara menjalankan Puasa Bulan Suro?
Puasa Bulan Suro dilaksanakan dengan cara menahan makan dan minum dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Selain itu, umat Islam juga dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan amalan baik lainnya selama puasa.
Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan ini memberikan gambaran umum tentang Puasa Bulan Suro dan berbagai aspeknya. Untuk informasi yang lebih mendalam, silakan baca artikel lengkap tentang Puasa Bulan Suro di situs web ini.
Selain informasi yang telah diberikan di atas, masih banyak hal menarik dan penting yang dapat dibahas tentang Puasa Bulan Suro. Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas lebih jauh tentang sejarah, tradisi, dan makna spiritual dari Puasa Bulan Suro.
Tips Menjalankan Puasa Bulan Suro
Berikut beberapa tips yang dapat membantu Anda menjalankan Puasa Bulan Suro dengan baik dan lancar:
- Niatkan dengan Benar
Sebelum memulai puasa, niatkanlah bahwa Anda berpuasa semata-mata karena Allah SWT dan untuk mendapatkan ridha-Nya. - Siapkan Diri Secara Fisik
Sebelum berpuasa, pastikan Anda dalam kondisi fisik yang sehat. Konsumsilah makanan yang cukup dan bergizi untuk mempersiapkan tubuh Anda berpuasa. - Batasi Aktivitas Berat
Saat berpuasa, batasi aktivitas fisik yang terlalu berat agar tubuh Anda tidak mudah lemas dan dehidrasi. - Perbanyak Minum Air Putih
Meskipun tidak diperbolehkan makan dan minum, Anda tetap harus memperbanyak minum air putih di luar waktu puasa untuk mencegah dehidrasi. - Tidur yang Cukup
Tidur yang cukup dapat membantu Anda menjaga kondisi tubuh dan pikiran selama berpuasa. Hindari begadang dan usahakan untuk tidur selama 7-8 jam setiap malam. - Beribadah dan Berdoa
Gunakan waktu puasa untuk memperbanyak ibadah dan berdoa. Hal ini akan membantu Anda mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menguatkan spiritual Anda. - Bersedekah dan Berbuat Baik
Selama berpuasa, dianjurkan untuk memperbanyak sedekah dan berbuat baik kepada sesama. Hal ini akan menambah pahala Anda dan juga membantu orang lain yang membutuhkan. - Menjaga Lisan dan Perbuatan
Puasa tidak hanya menahan makan dan minum, tetapi juga menahan hawa nafsu dan emosi. Jaga lisan dan perbuatan Anda agar tidak menyakiti orang lain dan mengurangi pahala puasa Anda.
Dengan mengikuti tips-tips di atas, Anda dapat menjalankan Puasa Bulan Suro dengan baik dan memperoleh manfaatnya secara maksimal. Puasa ini merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam agama Islam dan memiliki banyak faedah, baik bagi kesehatan fisik maupun spiritual.
Dengan menjalankan Puasa Bulan Suro, kita tidak hanya dapat membersihkan diri dari dosa-dosa, tetapi juga mendapat pahala yang berlimpah dari Allah SWT. Semoga tips-tips ini dapat membantu Anda menjalankan puasa dengan lancar dan membawa keberkahan bagi hidup Anda.
Selanjutnya, kita akan membahas tentang manfaat puasa Bulan Suro secara lebih mendalam. Manfaat-manfaat ini akan memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang pentingnya menjalankan ibadah ini.
Kesimpulan
Puasa Bulan Suro merupakan tradisi keagamaan dan budaya yang memiliki banyak makna dan manfaat. Dari segi spiritual, puasa ini mengajarkan nilai-nilai luhur seperti pengendalian diri, kesabaran, dan ketekunan. Secara budaya, puasa ini melestarikan tradisi dan nilai-nilai leluhur Jawa, seperti gotong royong, menghormati orang tua, dan menjaga lingkungan. Selain itu, puasa ini juga dipercaya dapat membawa keberuntungan, menolak bala, dan membersihkan diri secara spiritual.
Salah satu poin utama yang dibahas dalam artikel ini adalah nilai spiritual dari Puasa Bulan Suro. Puasa ini mengajarkan tentang pengendalian hawa nafsu dan emosi, yang merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Dengan menjalankan puasa, manusia dapat belajar untuk mengendalikan diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Poin utama lainnya adalah peran puasa ini dalam melestarikan budaya Jawa. Puasa Bulan Suro menjadi sarana untuk menjaga tradisi, nilai-nilai, seni, dan bahasa Jawa agar tetap hidup dan berkembang.
Puasa Bulan Suro merupakan tradisi yang sangat penting bagi masyarakat Jawa, baik secara spiritual maupun budaya. Tradisi ini mengajarkan tentang nilai-nilai luhur, melestarikan budaya, dan membawa banyak manfaat bagi yang menjalankannya. Dengan memahami makna dan manfaatnya, diharapkan masyarakat semakin termotivasi untuk menjalankan tradisi ini dengan baik dan benar.
Youtube Video:
