Tarawih adalah salat sunnah yang dikerjakan pada bulan Ramadan setelah salat Isya. Tarawih terdiri dari 8 rakaat, 2 rakaat salam.
Tarawih memiliki banyak manfaat, di antaranya: melatih kesabaran, meningkatkan kekhusyukan, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tarawih juga memiliki sejarah yang panjang, di mana pada awalnya hanya dikerjakan 2 rakaat, namun seiring waktu berkembang menjadi 8 rakaat.
Pada artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang tarawih, mulai dari sejarahnya, manfaatnya, hingga tata cara pelaksanaannya. Artikel ini akan memberikan informasi yang komprehensif dan bermanfaat bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang tarawih.
tarawih ada berapa rakaat
Aspek-aspek penting dari tarawih ada berapa rakaat adalah sebagai berikut:
- Jumlah rakaat
- Waktu pelaksanaan
- Tata cara pelaksanaan
- Hukum melaksanakan tarawih
- Keutamaan melaksanakan tarawih
- Sunnah-sunnah dalam tarawih
- Bid’ah-bid’ah dalam tarawih
- Sejarah tarawih
- Dalil-dalil tentang tarawih
- Kh ulama tentang tarawih
Aspek-aspek ini penting untuk dipahami agar kita dapat melaksanakan tarawih dengan benar sesuai dengan tuntunan syariat. Tarawih adalah ibadah sunnah yang sangat dianjurkan, karena memiliki banyak keutamaan dan manfaat. Di antaranya adalah dapat menghapus dosa-dosa, meningkatkan ketakwaan, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Jumlah rakaat
Jumlah rakaat dalam tarawih merupakan salah satu aspek penting yang perlu dipahami. Jumlah rakaat dalam tarawih adalah 8 rakaat, dikerjakan 2 rakaat salam. Jumlah rakaat ini telah disepakati oleh mayoritas ulama, berdasarkan pada hadits-hadits yang sahih.
- Jumlah Rakaat Minimal
Jumlah rakaat tarawih yang paling sedikit adalah 8 rakaat, tidak boleh kurang dari itu. Jika seseorang hanya mengerjakan kurang dari 8 rakaat, maka tarawihnya tidak sah.
- Jumlah Rakaat Maksimal
Tidak ada batas maksimal dalam mengerjakan tarawih, seseorang boleh mengerjakan tarawih sebanyak yang ia mampu. Namun, yang paling utama adalah mengerjakan tarawih sebanyak 8 rakaat sesuai dengan sunnah Nabi SAW.
- Jumlah Rakaat yang Dianjurkan
Jumlah rakaat tarawih yang paling dianjurkan adalah 20 rakaat, termasuk witir. Jumlah rakaat ini didasarkan pada hadits-hadits yang sahih yang diriwayatkan oleh Aisyah dan Ibnu Abbas.
- Waktu Pelaksanaan
Tarawih dikerjakan setelah salat Isya dan sebelum salat Subuh. Waktu terbaik untuk mengerjakan tarawih adalah pada sepertiga malam terakhir.
Demikian penjelasan mengenai jumlah rakaat dalam tarawih. Semoga bermanfaat.
Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan tarawih sangat berkaitan dengan jumlah rakaat yang dikerjakan. Sebab, tarawih dikerjakan pada waktu tertentu, yaitu setelah salat Isya dan sebelum salat Subuh. Oleh karena itu, jumlah rakaat tarawih yang dikerjakan akan tergantung pada waktu yang tersedia.
Jika seseorang mengerjakan tarawih pada sepertiga malam terakhir, maka ia akan memiliki waktu lebih banyak untuk mengerjakan tarawih. Dengan demikian, ia dapat mengerjakan tarawih lebih banyak rakaat, misalnya 20 rakaat atau lebih. Namun, jika seseorang mengerjakan tarawih pada waktu yang lebih awal, misalnya setelah salat Isya, maka ia akan memiliki waktu lebih sedikit untuk mengerjakan tarawih. Dengan demikian, ia hanya dapat mengerjakan tarawih dengan jumlah rakaat yang lebih sedikit, misalnya 8 rakaat atau 12 rakaat.
Oleh karena itu, waktu pelaksanaan tarawih merupakan faktor penting yang menentukan jumlah rakaat yang dikerjakan. Semakin banyak waktu yang tersedia, semakin banyak pula rakaat tarawih yang dapat dikerjakan. Demikian pula sebaliknya, semakin sedikit waktu yang tersedia, semakin sedikit pula rakaat tarawih yang dapat dikerjakan.
Kesimpulannya, waktu pelaksanaan tarawih sangat berkaitan dengan jumlah rakaat yang dikerjakan. Semakin banyak waktu yang tersedia, semakin banyak pula rakaat tarawih yang dapat dikerjakan. Demikian pula sebaliknya, semakin sedikit waktu yang tersedia, semakin sedikit pula rakaat tarawih yang dapat dikerjakan.
Tata cara pelaksanaan
Tata cara pelaksanaan merupakan aspek penting dalam tarawih ada berapa rakaat. Pasalnya, tata cara pelaksanaan yang benar akan menentukan sah atau tidaknya tarawih yang dikerjakan. Tata cara pelaksanaan tarawih secara umum adalah sebagai berikut:
- Niat
Niat tarawih diucapkan dalam hati ketika takbiratul ihram. Niatnya adalah “Ushalli sunnatal tarawihi rak’ataini lillahi ta’ala” (Saya salat sunnah tarawih dua rakaat karena Allah ta’ala).
- Rakaat
Tarawih dikerjakan minimal 8 rakaat dan maksimal 20 rakaat. Setiap dua rakaat diakhiri dengan salam.
- Tata cara salat
Tata cara salat tarawih sama dengan salat biasa, yaitu dimulai dengan takbiratul ihram, kemudian membaca surah Al-Fatihah dan surat pendek, lalu ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam.
- Witir
Tarawih diakhiri dengan salat witir sebanyak 3 rakaat.
Demikian tata cara pelaksanaan tarawih yang benar. Dengan melaksanakan tarawih sesuai dengan tata cara yang benar, insya Allah tarawih yang kita kerjakan akan diterima oleh Allah SWT.
Hukum melaksanakan tarawih
Hukum melaksanakan tarawih adalah sunnah muakkadah, artinya sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Tarawih merupakan ibadah shalat sunnah yang dikerjakan pada bulan Ramadan setelah shalat Isya. Hukum melaksanakan tarawih ini didasarkan pada hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam, di antaranya:
Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengerjakan shalat tarawih di bulan Ramadan, beliau tidak mengerjakannya secara terus-menerus maupun meninggalkannya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menganjurkan untuk melaksanakan shalat tarawih, meskipun beliau tidak mengerjakannya secara terus-menerus. Hal ini menunjukkan bahwa shalat tarawih hukumnya sunnah muakkadah.
Adapun jumlah rakaat tarawih tidak disebutkan secara pasti dalam hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Namun, berdasarkan pendapat jumhur ulama, jumlah rakaat tarawih yang paling utama adalah 20 rakaat, termasuk witir. Jumlah rakaat ini didasarkan pada hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah dan Ibnu Abbas radhiyallahu anhum.
Jadi, hukum melaksanakan tarawih adalah sunnah muakkadah, sedangkan jumlah rakaatnya yang paling utama adalah 20 rakaat, termasuk witir.
Keutamaan melaksanakan tarawih
Tarawih merupakan salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan pada bulan Ramadhan. Shalat tarawih memiliki banyak keutamaan, di antaranya:
- Menghapus dosa-dosa
- Meningkatkan ketakwaan
- Mendekatkan diri kepada Allah SWT
- Mendapatkan pahala yang besar
Keutamaan melaksanakan tarawih sangat erat kaitannya dengan jumlah rakaatnya. Semakin banyak rakaat tarawih yang dikerjakan, maka semakin besar pula pahala yang akan didapatkan. Oleh karena itu, ulama menganjurkan untuk mengerjakan tarawih sebanyak 20 rakaat, termasuk witir.
Real-life example:
Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengerjakan shalat tarawih sebanyak 23 rakaat. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mementingkan jumlah rakaat dalam shalat tarawih.
Kesimpulannya, keutamaan melaksanakan tarawih sangat erat kaitannya dengan jumlah rakaatnya. Semakin banyak rakaat tarawih yang dikerjakan, maka semakin besar pula pahala yang akan didapatkan. Oleh karena itu, ulama menganjurkan untuk mengerjakan tarawih sebanyak 20 rakaat, termasuk witir.
Sunnah-sunnah dalam tarawih
Pelaksanaan tarawih ada berapa rakaat tidak hanya memperhatikan jumlah rakaatnya saja, namun juga memperhatikan sunnah-sunnah yang menyertainya. Sunnah-sunnah ini akan menyempurnakan pelaksanaan tarawih dan menambah pahala bagi yang mengerjakannya.
- Jumlah Rakaat
Sunnahnya, tarawih dikerjakan sebanyak 20 rakaat, termasuk witir. Jumlah ini berdasarkan pada hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengerjakan shalat tarawih sebanyak 23 rakaat.
- Tata Cara Pelaksanaan
Tarawih dikerjakan dengan tata cara yang sama seperti salat biasa, yaitu dimulai dengan takbiratul ihram, membaca surah Al-Fatihah dan surat pendek, lalu ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam. Namun, pada setiap dua rakaat, diakhiri dengan salam.
- Membaca Doa Qunut
Sunnah membaca doa qunut pada setiap rakaat terakhir dari setiap empat rakaat. Doa qunut dibaca setelah i’tidal pada rakaat terakhir.
- Membaca Wirid Setelah Tarawih
Setelah selesai tarawih, sunnah membaca wirid atau zikir tertentu, seperti membaca tasbih, tahmid, dan takbir sebanyak 33 kali.
Dengan memperhatikan sunnah-sunnah dalam tarawih, pelaksanaan tarawih akan semakin sempurna dan bernilai ibadah yang tinggi. Oleh karena itu, bagi umat Islam yang ingin melaksanakan tarawih, sangat dianjurkan untuk memperhatikan sunnah-sunnah ini.
Bid’ah-bid’ah dalam tarawih
Dalam konteks “tarawih ada berapa rakaat”, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan terkait dengan “bid’ah-bid’ah dalam tarawih”. Bid’ah secara umum diartikan sebagai sesuatu yang baru dan tidak ada dasar atau contohnya dalam ajaran Islam. Berikut ini beberapa bid’ah dalam tarawih yang perlu dihindari:
- Menambah Jumlah Rakaat
Salah satu bid’ah dalam tarawih adalah menambah jumlah rakaat di luar batas yang disyariatkan. Jumlah rakaat tarawih yang sesuai dengan sunnah adalah 8 rakaat, ditambah witir 3 rakaat. Menambah rakaat menjadi 12, 16, atau bahkan lebih, tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam dan termasuk bid’ah.
- Membaca Bacaan Khusus
Bid’ah lainnya dalam tarawih adalah membaca bacaan-bacaan khusus yang tidak diajarkan oleh Rasulullah SAW atau tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan hadis. Misalnya, membaca doa qunut pada setiap rakaat, atau membaca wirid-wirid tertentu setelah tarawih yang tidak ada tuntunannya.
- Tata Cara yang Berlebihan
Bid’ah dalam tarawih juga dapat berupa tata cara pelaksanaan yang berlebihan. Misalnya, memperlama gerakan salat, memperlama bacaan, atau menambahkan gerakan-gerakan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Tata cara tarawih yang benar adalah mengikuti tata cara salat biasa, tanpa tambahan atau pengurangan.
- Mengkhususkan Malam Tertentu
Salah satu bid’ah yang sering terjadi adalah mengkhususkan malam-malam tertentu dalam tarawih, seperti malam ke-15 atau malam ke-27. Dalam ajaran Islam, tidak ada malam khusus yang lebih utama untuk tarawih. Semua malam di bulan Ramadan memiliki keutamaan yang sama untuk melaksanakan tarawih.
Sebagai umat Islam, kita wajib untuk beribadah sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW dan menghindari segala bentuk bid’ah. Dalam melaksanakan tarawih, kita harus senantiasa berpegang pada ajaran Islam yang benar dan tidak terpengaruh oleh bid’ah-bid’ah yang menyesatkan.
Sejarah tarawih
Sejarah tarawih tidak terlepas dari pembahasan “tarawih ada berapa rakaat”. Sejarah tarawih akan memberikan pemahaman tentang asal-usul, perkembangan, dan praktik tarawih sepanjang sejarah Islam. Berikut beberapa aspek penting dalam sejarah tarawih:
- Asal-usul Tarawih
Tarawih bermula pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Beliau melihat kaum muslimin mengerjakan salat malam secara berkelompok di Masjid Nabawi. Umar kemudian menyarankan agar salat tersebut dijadikan salat berjamaah dan dipimpin oleh Ubay bin Ka’ab.
- Perkembangan Jumlah Rakaat
Pada masa awal, tarawih dikerjakan sebanyak 8 rakaat. Namun, pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan, jumlah rakaat ditambah menjadi 20 rakaat. Jumlah ini kemudian menjadi jumlah rakaat tarawih yang paling umum dikerjakan hingga saat ini.
- Tradisi dan Budaya
Seiring berjalannya waktu, tarawih berkembang menjadi bagian dari tradisi dan budaya masyarakat Islam di berbagai belahan dunia. Di beberapa daerah, tarawih dikerjakan dengan cara khusus, seperti tarawih dengan bacaan wirid tertentu atau tarawih dengan gerakan yang lebih panjang.
- Perbedaan Pendapat
Dalam sejarah Islam, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai jumlah rakaat tarawih. Ada yang berpendapat bahwa tarawih cukup dikerjakan 8 rakaat, ada pula yang berpendapat sunnah dikerjakan 20 rakaat. Perbedaan pendapat ini tidak sampai menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam, karena tarawih tetap dianggap sebagai ibadah sunnah yang dianjurkan.
Dengan memahami sejarah tarawih, kita dapat lebih mengapresiasi ibadah ini dan melaksanakannya sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Sejarah tarawih juga menunjukkan bahwa ibadah ini telah menjadi bagian penting dari praktik keagamaan umat Islam selama berabad-abad.
Dalil-dalil tentang tarawih
Dalil-dalil tentang tarawih merupakan dasar hukum yang menjelaskan tentang pelaksanaan shalat tarawih, termasuk jumlah rakaatnya. Dalil-dalil ini bersumber dari Al-Qur’an, hadis Nabi Muhammad SAW, dan juga praktik para sahabat beliau. Memahami dalil-dalil tentang tarawih sangat penting untuk memastikan bahwa pelaksanaan tarawih sesuai dengan ajaran Islam.
Salah satu dalil tentang tarawih yang paling utama adalah hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha. Dalam hadis tersebut, Aisyah menjelaskan bahwa Rasulullah SAW mengerjakan shalat tarawih sebanyak 23 rakaat, termasuk witir. Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan untuk mengerjakan tarawih sebanyak 20 rakaat, ditambah witir 3 rakaat. Jumlah rakaat ini kemudian menjadi jumlah rakaat tarawih yang paling umum dikerjakan oleh umat Islam hingga saat ini.
Selain hadis tersebut, terdapat juga dalil-dalil lain yang mendukung pelaksanaan tarawih. Misalnya, hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan ibadah, sambil penuh keimanan dan pengharapan, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Hadis ini menunjukkan bahwa tarawih merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan untuk dilakukan pada malam-malam bulan Ramadhan, khususnya pada malam Lailatul Qadar.
Dengan memahami dalil-dalil tentang tarawih, kita dapat melaksanakan ibadah tarawih dengan benar dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Dalil-dalil ini juga menjadi dasar hukum bagi jumlah rakaat tarawih yang disyariatkan, yaitu 20 rakaat, ditambah witir 3 rakaat.
Kh ulama tentang tarawih
Kh ulama tentang tarawih berkaitan erat dengan pembahasan “tarawih ada berapa rakaat”. Kh ulama, atau perbedaan pendapat di kalangan ulama, terjadi dalam menentukan jumlah rakaat tarawih yang paling utama.
Dalam sejarah Islam, terdapat dua pendapat utama mengenai jumlah rakaat tarawih. Pendapat pertama menyatakan bahwa tarawih cukup dikerjakan sebanyak 8 rakaat, sesuai dengan jumlah rakaat salat Isya. Pendapat ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW mengerjakan tarawih sebanyak 8 rakaat.
Pendapat kedua menyatakan bahwa tarawih sunnah dikerjakan sebanyak 20 rakaat, ditambah witir 3 rakaat. Pendapat ini didasarkan pada hadis yang juga diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW pernah mengerjakan tarawih sebanyak 23 rakaat. Mayoritas ulama berpendapat bahwa pendapat inilah yang lebih kuat, karena didukung oleh hadis yang lebih shahih.
Perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang jumlah rakaat tarawih tidak sampai menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam. Umat Islam tetap dapat melaksanakan tarawih sesuai dengan pendapat yang mereka yakini, selama tetap berpedoman pada dalil-dalil yang ada.
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kh ulama tentang tarawih merupakan salah satu faktor yang memengaruhi jumlah rakaat tarawih yang dikerjakan oleh umat Islam. Meskipun terdapat perbedaan pendapat, namun umat Islam tetap dapat melaksanakan tarawih dengan baik dan sesuai dengan ajaran Islam.
Tanya Jawab tentang Tarawih berapa Rakaat
Tanya jawab berikut akan membahas beberapa pertanyaan umum dan penting terkait dengan pelaksanaan shalat tarawih, termasuk jumlah rakaatnya.
Pertanyaan 1: Berapa rakaat shalat tarawih?
Jawaban: Jumlah rakaat shalat tarawih yang paling utama adalah 20 rakaat, ditambah witir 3 rakaat. Jumlah ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW pernah mengerjakan tarawih sebanyak 23 rakaat.
Pertanyaan 2: Apakah tarawih wajib dilakukan?
Jawaban: Shalat tarawih hukumnya sunnah muakkadah, artinya sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Namun, tidak termasuk ibadah yang wajib dilakukan.
Pertanyaan 3: Apakah diperbolehkan mengerjakan tarawih kurang dari 20 rakaat?
Jawaban: Diperbolehkan mengerjakan tarawih kurang dari 20 rakaat, namun tidak kurang dari 8 rakaat. Jumlah rakaat minimal tarawih adalah 8 rakaat, sesuai dengan jumlah rakaat salat Isya.
Pertanyaan 4: Apakah ada perbedaan pendapat ulama tentang jumlah rakaat tarawih?
Jawaban: Ya, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang jumlah rakaat tarawih. Ada yang berpendapat bahwa tarawih cukup dikerjakan 8 rakaat, dan ada pula yang berpendapat sunnah dikerjakan 20 rakaat. Namun, pendapat yang lebih kuat adalah bahwa tarawih sunnah dikerjakan 20 rakaat, ditambah witir 3 rakaat.
Pertanyaan 5: Bagaimana tata cara shalat tarawih?
Jawaban: Tata cara shalat tarawih sama dengan tata cara salat biasa, yaitu dimulai dengan takbiratul ihram, membaca surah Al-Fatihah dan surat pendek, lalu ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam. Namun, pada setiap dua rakaat, diakhiri dengan salam.
Pertanyaan 6: Apa keutamaan mengerjakan shalat tarawih?
Jawaban: Shalat tarawih memiliki banyak keutamaan, di antaranya menghapus dosa-dosa, meningkatkan ketakwaan, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan mendapatkan pahala yang besar.
Demikian beberapa tanya jawab tentang shalat tarawih. Semoga bermanfaat dan menambah pemahaman kita tentang ibadah ini. Pembahasan tentang shalat tarawih ini akan dilanjutkan pada bagian selanjutnya, di mana kita akan membahas tentang sejarah dan perkembangan shalat tarawih.
Tips Melaksanakan Tarawih
Dalam melaksanakan tarawih ada berapa rakaat, berikut beberapa tips yang dapat diperhatikan:
Tip 1: Niat yang Benar
Niatkan salat tarawih karena Allah SWT, sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Tip 2: Kerjakan Secara Berjamaah
Shalat tarawih lebih utama dikerjakan secara berjamaah di masjid atau musala, karena pahalanya lebih besar.
Tip 3: Sempurnakan Rakaatnya
Shalat tarawih terdiri dari 20 rakaat, ditambah witir 3 rakaat. Usahakan untuk mengerjakan secara sempurna dan tidak terburu-buru.
Tip 4: Baca Doa Qunut
Pada setiap rakaat terakhir dari setiap empat rakaat, disunnahkan membaca doa qunut.
Tip 5: Jaga Kekhusyukan
Jaga kekhusyukan dalam salat tarawih, dengan menghindari hal-hal yang dapat mengganggu, seperti berbicara atau bermain ponsel.
Tip 6: Berdoa Setelah Tarawih
Setelah selesai salat tarawih, dianjurkan untuk memanjatkan doa dan memohon ampunan kepada Allah SWT.
Tip 7: Iringi dengan Ibadah Lainnya
Iringi salat tarawih dengan ibadah lainnya, seperti membaca Al-Qur’an, berzikir, dan bersedekah.
Tip 8: Hindari Bid’ah
Hindari amalan-amalan bid’ah dalam salat tarawih, seperti menambah jumlah rakaat atau membaca bacaan-bacaan yang tidak diajarkan Rasulullah SAW.
Dengan mengikuti tips ini, diharapkan pelaksanaan salat tarawih kita dapat lebih optimal dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Salat tarawih merupakan ibadah yang sangat dianjurkan pada bulan Ramadhan, semoga kita dapat meraih keutamaan dan keberkahan dari ibadah ini.
Tips-tips di atas akan mengantarkan kita pada bagian terakhir artikel ini, di mana kita akan membahas tentang hikmah dan manfaat melaksanakan salat tarawih.
Kesimpulan
Pelaksanaan ibadah tarawih memiliki ketentuan mengenai jumlah rakaat, yaitu 20 rakaat ditambah witir 3 rakaat. Hal ini didasarkan pada dalil-dalil yang sahih dan telah menjadi pendapat mayoritas ulama. Melaksanakan tarawih dengan jumlah rakaat yang sesuai bukan hanya memenuhi tuntunan syariat, tetapi juga memberikan manfaat dan keutamaan yang besar bagi pelakunya, seperti menghapus dosa, meningkatkan ketakwaan, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Marilah kita senantiasa menjaga kekhusyukan dan kesempurnaan dalam melaksanakan tarawih, serta menjauhi segala bentuk bid’ah yang dapat mengurangi nilai ibadah kita. Semoga amalan tarawih kita diterima oleh Allah SWT dan memberikan keberkahan bagi kita semua di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.