Tarawih sunnah atau wajib adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada bulan Ramadan setelah shalat Isya. Shalat Tarawih biasanya dilakukan berjamaah di masjid dan dilaksanakan selama 8 rakaat hingga 20 rakaat. Contohnya, di Indonesia, umat Islam umumnya melakukan shalat Tarawih sebanyak 20 rakaat.
Shalat Tarawih memiliki banyak manfaat, di antaranya meningkatkan ketakwaan, menghapus dosa-dosa kecil, dan melatih kesabaran. Secara historis, shalat Tarawih pertama kali dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW pada malam ke-23 bulan Ramadan.
Jaga Kesehatan si kecil dengan cari my baby di shopee : https://s.shopee.co.id/7zsVkHI1Ih
Pembahasan lebih lanjut mengenai shalat Tarawih, termasuk hukum, tata cara, dan akan dibahas pada artikel ini.
Tarawih Sunnah atau Wajib
Shalat Tarawih merupakan salah satu ibadah penting di bulan Ramadan. Hukum shalat Tarawih adalah sunnah muakkad, artinya sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Ada beberapa aspek penting yang perlu diketahui terkait dengan shalat Tarawih, di antaranya:
- Jenis: Sunnah
- Waktu: Malam hari setelah Isya
- Rakaat: 8, 16, atau 20 rakaat
- Hukum: Sunnah muakkad
- Tata cara: Seperti shalat biasa, tetapi ditambah witir
- Keutamaan: Menghapus dosa-dosa kecil
- Sejarah: Dimulai oleh Nabi Muhammad SAW
- Perbedaan pendapat: Ada perbedaan pendapat tentang jumlah rakaat
- Sunnah abadi: Tetap dikerjakan meskipun Ramadan telah berakhir
Aspek-aspek tersebut saling terkait dan membentuk pemahaman yang komprehensif tentang shalat Tarawih. Misalnya, jenis shalat yang sunnah menunjukkan bahwa shalat Tarawih tidak wajib dilakukan, tetapi sangat dianjurkan. Waktu pelaksanaannya pada malam hari setelah Isya memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk beribadah setelah seharian berpuasa. Jumlah rakaat yang bervariasi menunjukkan keluasan dalam beribadah dan menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu.
Jenis
Shalat Tarawih termasuk jenis shalat sunnah, artinya shalat yang tidak wajib dilakukan. Hukum sunnah muakkad menunjukkan bahwa shalat Tarawih sangat dianjurkan untuk dikerjakan, tetapi tidak berdosa jika ditinggalkan. Berikut adalah beberapa aspek terkait dengan jenis shalat sunnah dalam konteks shalat Tarawih:
- Tidak Wajib: Shalat Tarawih tidak termasuk dalam kewajiban shalat lima waktu, sehingga tidak berdosa jika ditinggalkan.
- Dianjurkan: Meskipun tidak wajib, shalat Tarawih sangat dianjurkan untuk dikerjakan karena memiliki banyak keutamaan dan manfaat.
- Pahala: mengerjakan shalat Tarawih akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.
- Contoh: Shalat Tarawih merupakan salah satu contoh shalat sunnah muakkad yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan umat Islam.
Dengan memahami aspek-aspek tersebut, umat Islam dapat memahami dengan baik hukum dan keutamaan shalat Tarawih, sehingga dapat melaksanakannya dengan penuh kesadaran dan kekhusyukan.
Waktu
Shalat Tarawih dilaksanakan pada malam hari setelah shalat Isya. Waktu pelaksanaan ini memiliki makna dan hikmah tersendiri yang berkaitan dengan hukum dan keutamaan shalat Tarawih.
Pelaksanaan shalat Tarawih pada malam hari memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT setelah seharian berpuasa. Waktu setelah Isya juga merupakan waktu yang tenang dan hening, sehingga memungkinkan umat Islam untuk lebih fokus dan khusyuk dalam menjalankan shalat Tarawih. Selain itu, waktu malam hari juga memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk berkumpul bersama di masjid dan mempererat ukhuwah Islamiyah.
Waktu pelaksanaan shalat Tarawih pada malam hari setelah Isya juga memiliki dasar historis. Nabi Muhammad SAW pertama kali melaksanakan shalat Tarawih pada malam ke-23 bulan Ramadan setelah shalat Isya. Sejak saat itu, umat Islam di seluruh dunia mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dan melaksanakan shalat Tarawih pada waktu yang sama.
Dengan memahami makna dan hikmah waktu pelaksanaan shalat Tarawih, umat Islam dapat lebih menghayati dan memaknai ibadah tersebut. Shalat Tarawih yang dilaksanakan pada waktu yang tepat akan memberikan dampak yang lebih besar bagi peningkatan ketakwaan dan keimanan umat Islam.
Rakaat
Shalat Tarawih umumnya dikerjakan dalam jumlah rakaat yang bervariasi, yaitu 8, 16, atau 20 rakaat. Perbedaan jumlah rakaat ini memiliki dasar hukum dan hikmah tersendiri, serta tidak memengaruhi sah atau tidaknya shalat Tarawih.
Shalat Tarawih dengan 8 rakaat merupakan jumlah rakaat minimal yang dianjurkan. Jumlah rakaat ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Aisyah RA, di mana beliau bersabda bahwa Nabi Muhammad SAW mengerjakan shalat Tarawih sebanyak 8 rakaat. Shalat Tarawih dengan 16 rakaat juga memiliki dasar hadis, di mana Nabi Muhammad SAW pernah mengerjakan shalat Tarawih sebanyak 16 rakaat pada malam tertentu. Sementara itu, shalat Tarawih dengan 20 rakaat merupakan jumlah rakaat yang banyak dikerjakan oleh umat Islam di Indonesia dan beberapa negara lainnya. Jumlah rakaat ini tidak memiliki dasar hadis secara langsung, namun menjadi tradisi yang berkembang di masyarakat.
Pemilihan jumlah rakaat dalam shalat Tarawih dapat disesuaikan dengan kemampuan dan waktu yang dimiliki oleh masing-masing individu. Shalat Tarawih dengan 8 rakaat dapat menjadi pilihan bagi mereka yang memiliki keterbatasan waktu atau tenaga. Sementara itu, shalat Tarawih dengan 16 atau 20 rakaat dapat menjadi pilihan bagi mereka yang memiliki waktu dan tenaga yang lebih banyak. Yang terpenting, shalat Tarawih dikerjakan dengan khusyuk dan sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Hukum
Shalat Tarawih memiliki hukum sunnah muakkad, artinya sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Hukum ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan shalat Tarawih dan menjadikannya sebagai bagian penting dalam ibadah di bulan Ramadan.
Sunnah muakkad memiliki beberapa ciri khas, di antaranya: sangat dianjurkan untuk dikerjakan, namun tidak wajib. Jika dikerjakan akan mendapatkan pahala yang besar, sedangkan jika ditinggalkan tidak berdosa. Hukum sunnah muakkad pada shalat Tarawih menunjukkan bahwa ibadah ini sangat dianjurkan untuk dikerjakan oleh umat Islam, meskipun tidak termasuk dalam kewajiban shalat lima waktu.
Dalam praktiknya, shalat Tarawih banyak dikerjakan oleh umat Islam di seluruh dunia sebagai bentuk ibadah sunnah muakkad. Shalat ini dikerjakan secara berjamaah di masjid-masjid pada malam hari setelah shalat Isya. Jumlah rakaat yang dikerjakan biasanya bervariasi, mulai dari 8, 16, hingga 20 rakaat, sesuai dengan kemampuan dan tradisi masing-masing daerah.
Dengan memahami hukum sunnah muakkad pada shalat Tarawih, umat Islam dapat lebih menghayati dan memaknai ibadah ini. Shalat Tarawih bukan hanya sekedar ibadah sunnah biasa, tetapi merupakan ibadah yang sangat dianjurkan dan memiliki keutamaan yang besar. Melaksanakan shalat Tarawih secara berjamaah di masjid dapat mempererat ukhuwah Islamiyah dan menjadi sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Tata cara
Shalat Tarawih memiliki tata cara pelaksanaan yang hampir sama dengan shalat biasa, namun terdapat perbedaan pada jumlah rakaat dan penambahan shalat witir. Secara umum, shalat Tarawih dikerjakan dengan 8, 16, atau 20 rakaat, dengan setiap 2 rakaat diakhiri dengan salam. Setelah selesai shalat Tarawih, dilanjutkan dengan shalat witir sebanyak 3 rakaat.
Tata cara shalat Tarawih dan witir yang dilaksanakan secara berurutan ini memiliki makna dan hikmah tersendiri. Shalat Tarawih yang dikerjakan dengan jumlah rakaat yang banyak berfungsi sebagai sarana untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sedangkan shalat witir yang dikerjakan sebagai penutup berfungsi sebagai penyempurna ibadah shalat malam.
Pelaksanaan shalat Tarawih dan witir secara berurutan juga merupakan bentuk pengamalan sunnah Nabi Muhammad SAW. Beliau menganjurkan umatnya untuk melaksanakan shalat Tarawih dan witir pada malam bulan Ramadan. Dengan melaksanakan shalat Tarawih dan witir sesuai dengan sunnah, umat Islam dapat memperoleh pahala yang besar dan keberkahan di bulan Ramadan.
Dari pemahaman tentang tata cara shalat Tarawih dan witir, umat Islam dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada bulan Ramadan. Dengan melaksanakan shalat Tarawih dan witir secara berurutan dan sesuai dengan sunnah, umat Islam dapat meningkatkan kualitas ibadah dan kedekatannya kepada Allah SWT.
Keutamaan
Salah satu keutamaan shalat Tarawih adalah dapat menghapus dosa-dosa kecil. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim: “Barangsiapa melaksanakan shalat malam (Tarawih) pada bulan Ramadan karena iman dan mencari pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keutamaan ini menunjukkan bahwa shalat Tarawih memiliki peran penting dalam proses pensucian diri dari dosa-dosa kecil. Dosa-dosa kecil merupakan dosa-dosa yang dilakukan secara tidak sengaja atau karena khilaf. Dengan melaksanakan shalat Tarawih, umat Islam dapat menghapus dosa-dosa kecil tersebut sehingga terhindar dari siksa Allah SWT. Selain itu, shalat Tarawih juga dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dalam praktiknya, penghapusan dosa-dosa kecil melalui shalat Tarawih dapat dirasakan secara langsung oleh umat Islam. Banyak orang yang merasakan ketenangan dan kedamaian setelah melaksanakan shalat Tarawih. Hal ini menunjukkan bahwa shalat Tarawih tidak hanya bermanfaat bagi kehidupan di dunia, tetapi juga untuk kehidupan di akhirat. Oleh karena itu, umat Islam sangat dianjurkan untuk melaksanakan shalat Tarawih pada bulan Ramadan sebagai sarana untuk menghapus dosa-dosa kecil dan meningkatkan kualitas ibadah.
Sejarah
Aspek sejarah dalam shalat Tarawih berkaitan erat dengan hukum dan keutamaannya. Shalat Tarawih pertama kali dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW pada malam ke-23 bulan Ramadan. Sejak saat itu, shalat Tarawih menjadi salah satu ibadah yang sangat dianjurkan (sunnah muakkad) pada bulan Ramadan.
- Waktu Pelaksanaan: Shalat Tarawih pertama kali dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW pada malam ke-23 bulan Ramadan, setelah shalat Isya. Waktu pelaksanaan ini kemudian diikuti oleh umat Islam di seluruh dunia hingga sekarang.
- Jumlah Rakaat: Awalnya, shalat Tarawih dikerjakan sebanyak 8 rakaat. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah rakaat shalat Tarawih bervariasi, yaitu 8, 16, atau 20 rakaat.
- Tata Cara: Tata cara shalat Tarawih pada zaman Nabi Muhammad SAW tidak jauh berbeda dengan tata cara shalat Tarawih yang dikerjakan saat ini. Shalat Tarawih dikerjakan secara berjamaah di masjid, dengan setiap 2 rakaat diakhiri dengan salam.
- Keutamaan: Shalat Tarawih yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW memiliki keutamaan yang besar. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa barang siapa mengerjakan shalat Tarawih pada bulan Ramadan karena iman dan mencari pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Dengan memahami sejarah shalat Tarawih yang dimulai oleh Nabi Muhammad SAW, umat Islam dapat lebih menghayati dan memaknai ibadah ini. Shalat Tarawih bukan hanya sekedar ibadah sunnah biasa, tetapi merupakan ibadah yang memiliki sejarah panjang dan keutamaan yang besar. Melaksanakan shalat Tarawih sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW dapat menjadi sarana untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan menghapus dosa-dosa yang telah lalu.
Perbedaan Pendapat
Dalam praktik pelaksanaan shalat Tarawih, terdapat perbedaan pendapat di kalangan umat Islam mengenai jumlah rakaat yang dikerjakan. Perbedaan pendapat ini berdampak pada hukum dan keutamaan shalat Tarawih.
Perbedaan pendapat tentang jumlah rakaat shalat Tarawih disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
- Dasar Hadis: Ada beberapa hadis Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan jumlah rakaat shalat Tarawih yang berbeda-beda.
- Tradisi Daerah: Di beberapa daerah, berkembang tradisi mengerjakan shalat Tarawih dengan jumlah rakaat tertentu.
- Kemudahan Pelaksanaan: Pertimbangan kemudahan pelaksanaan juga memengaruhi jumlah rakaat shalat Tarawih yang dikerjakan.
Meskipun terdapat perbedaan pendapat tentang jumlah rakaat, namun secara umum shalat Tarawih dikerjakan dengan jumlah rakaat yang ganjil, seperti 8, 16, atau 20 rakaat. Perbedaan pendapat ini tidak mengurangi keutamaan shalat Tarawih sebagai ibadah sunnah muakkad yang sangat dianjurkan pada bulan Ramadan.
Dalam praktiknya, perbedaan pendapat tentang jumlah rakaat tidak menjadi penghalang bagi umat Islam untuk melaksanakan shalat Tarawih. Umat Islam dapat memilih jumlah rakaat yang sesuai dengan kemampuan dan tradisi masing-masing daerah. Yang terpenting adalah shalat Tarawih dikerjakan dengan khusyuk dan sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Sunnah Abadi
Dalam konteks “Tarawih Sunnah atau Wajib”, aspek “Sunnah Abadi: Tetap Dikerjakan Meskipun Ramadan Telah Berakhir” memiliki makna dan implikasi yang penting. Aspek ini menunjukkan bahwa shalat Tarawih tidak hanya ibadah yang dianjurkan selama bulan Ramadan, tetapi juga dianjurkan untuk dikerjakan di luar bulan Ramadan. Berikut adalah beberapa aspek dalam “Sunnah Abadi: Tetap Dikerjakan Meskipun Ramadan Telah Berakhir”:
- Waktu Pelaksanaan: Shalat Tarawih dapat dikerjakan kapan saja di luar bulan Ramadan, baik secara berjamaah di masjid maupun secara individu di rumah.
- Jumlah Rakaat: Jumlah rakaat yang dikerjakan di luar bulan Ramadan dapat bervariasi, namun umumnya dikerjakan sebanyak 8 atau 16 rakaat.
- Keutamaan: Meskipun dikerjakan di luar bulan Ramadan, shalat Tarawih tetap memiliki keutamaan, yaitu sebagai ibadah sunnah yang sangat dianjurkan dan dapat menghapus dosa-dosa kecil.
Dengan memahami aspek “Sunnah Abadi: Tetap Dikerjakan Meskipun Ramadan Telah Berakhir”, umat Islam dapat memperluas praktik ibadah shalat Tarawih tidak hanya pada bulan Ramadan, tetapi juga sepanjang tahun. Hal ini menunjukkan bahwa shalat Tarawih bukan hanya ibadah musiman, tetapi merupakan ibadah yang dapat dikerjakan secara terus-menerus sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Tanya Jawab Seputar Shalat Tarawih
Tanya jawab ini disusun untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang shalat Tarawih, termasuk hukum, keutamaan, dan aspek-aspek lainnya.
Pertanyaan 1: Apakah shalat Tarawih wajib?
Jawaban: Shalat Tarawih hukumnya sunnah muakkad, artinya sangat dianjurkan untuk dikerjakan, tetapi tidak wajib.
Pertanyaan 2: Berapa rakaatkah shalat Tarawih?
Jawaban: Jumlah rakaat shalat Tarawih bervariasi, bisa 8, 16, atau 20 rakaat.
Pertanyaan 3: Apakah shalat Tarawih hanya dikerjakan di bulan Ramadan?
Jawaban: Tidak, shalat Tarawih juga dapat dikerjakan di luar bulan Ramadan sebagai ibadah sunnah.
Pertanyaan 4: Apakah shalat Tarawih memiliki keutamaan?
Jawaban: Ya, shalat Tarawih memiliki banyak keutamaan, di antaranya dapat menghapus dosa-dosa kecil dan meningkatkan ketakwaan.
Pertanyaan 5: Bagaimana tata cara shalat Tarawih?
Jawaban: Tata cara shalat Tarawih sama dengan shalat biasa, hanya saja jumlah rakaatnya lebih banyak dan diakhiri dengan shalat witir.
Pertanyaan 6: Kapan shalat Tarawih dilaksanakan?
Jawaban: Shalat Tarawih dilaksanakan pada malam hari setelah shalat Isya.
Tanya jawab di atas memberikan beberapa pemahaman dasar tentang shalat Tarawih. Untuk pembahasan yang lebih mendalam, silakan lanjutkan membaca artikel ini.
Lanjut ke pembahasan selanjutnya: Aspek Sejarah dan Hukum Shalat Tarawih.
Tips Melaksanakan Shalat Tarawih
Shalat Tarawih merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan pada bulan Ramadan. Berikut adalah beberapa tips untuk melaksanakan shalat Tarawih dengan baik dan khusyuk:
Tip 1: Niat yang Tulus
Niatkan shalat Tarawih karena Allah SWT dan untuk mencari pahala. Hindari niat yang tidak ikhlas, seperti ingin dipuji atau dilihat orang lain.
Tip 2: Berjamaah di Masjid
Shalat Tarawih berjamaah di masjid memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan shalat sendiri di rumah. Selain itu, shalat berjamaah dapat mempererat ukhuwah Islamiyah.
Tip 3: Khusyuk dan Tenang
Hindari terburu-buru dan laksanakan shalat Tarawih dengan khusyuk dan tenang. Perhatikan bacaan, gerakan, dan doa dengan baik.
Tip 4: Perhatikan Jumlah Rakaat
Jumlah rakaat shalat Tarawih bervariasi, bisa 8, 16, atau 20 rakaat. Disunnahkan untuk mengerjakan shalat Tarawih dengan jumlah rakaat yang ganjil.
Tip 5: Bacaan yang Jelas
Bacalah surat-surat pendek pada setiap rakaat shalat Tarawih dengan jelas dan benar. Perhatikan tajwid dan makhraj huruf agar bacaan menjadi lebih baik.
Tip 6: Doa dengan Sungguh-sungguh
Setelah shalat Tarawih, sempatkan untuk memanjatkan doa dengan sungguh-sungguh. Minta ampun atas dosa-dosa, mohon petunjuk dan bimbingan Allah SWT.
Tip 7: Tertib dan Disiplin
Jaga ketertiban dan disiplin saat melaksanakan shalat Tarawih, baik di masjid maupun di rumah. Hindari berbicara atau bercanda yang dapat mengganggu kekhusyukan ibadah.
Tip 8: Jaga Kesehatan
Perhatikan kondisi kesehatan saat melaksanakan shalat Tarawih. Bagi yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, dapat menyesuaikan jumlah rakaat atau cara pelaksanaannya agar tetap nyaman dan tidak memaksakan diri.
Dengan mengikuti tips-tips di atas, semoga kita dapat melaksanakan shalat Tarawih dengan baik dan khusyuk, sehingga memperoleh keutamaan dan pahala yang besar dari Allah SWT.
Lanjut ke pembahasan selanjutnya: Keutamaan dan Manfaat Shalat Tarawih.
Penutup
Pembahasan mengenai “tarawih sunnah atau wajib” telah memberikan pemahaman yang komprehensif tentang ibadah shalat Tarawih. Shalat Tarawih merupakan ibadah sunnah muakkad yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan pada bulan Ramadan. Hukumnya yang sunnah muakkad menunjukkan bahwa shalat Tarawih tidak wajib, namun sangat dianjurkan karena memiliki banyak keutamaan dan manfaat.
Salah satu keutamaan utama shalat Tarawih adalah dapat menghapus dosa-dosa kecil. Selain itu, shalat Tarawih juga dapat meningkatkan ketakwaan, melatih kesabaran, dan mempererat ukhuwah Islamiyah. Meskipun hukumnya sunnah, namun dianjurkan untuk mengerjakan shalat Tarawih secara berjamaah di masjid karena memiliki keutamaan yang lebih besar.
Melalui ibadah shalat Tarawih, umat Islam dapat meningkatkan kualitas ibadah dan kedekatannya kepada Allah SWT. Shalat Tarawih menjadi sarana untuk memperbanyak amal ibadah, memohon ampunan atas dosa-dosa, serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Marilah kita senantiasa melaksanakan shalat Tarawih dengan penuh khusyuk dan ikhlas, semoga kita memperoleh keberkahan dan pahala yang besar dari Allah SWT.