Tidak Mandi Wajib Tapi Puasa

jurnal


Tidak Mandi Wajib Tapi Puasa

Tidak mandi wajib tapi puasa adalah keadaan di mana seseorang berpuasa tanpa terlebih dahulu mandi wajib setelah junub. Junub adalah hadas besar yang mengharuskan seseorang untuk mandi wajib untuk menyucikan diri sebelum beribadah, seperti salat atau puasa. Contohnya, seseorang yang mengalami mimpi basah pada malam hari dan tidak sempat mandi wajib hingga waktu imsak tiba, maka ia tetap bisa berpuasa walaupun dalam keadaan junub.

Meskipun tidak mandi wajib, puasa tersebut tetap sah dan diterima. Hal ini karena yang terpenting dalam berpuasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Mandi wajib hanya merupakan syarat untuk menghilangkan hadas besar, dan tidak memengaruhi keabsahan puasa. Namun, dianjurkan untuk segera mandi wajib setelah berpuasa untuk menyucikan diri dan mempersiapkan diri untuk salat.

Dalam sejarah Islam, tidak mandi wajib tapi puasa merupakan praktik yang sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Beliau pernah bersabda, “Barang siapa yang terbangun pada waktu fajar dalam keadaan junub, maka puasanya tetap sah.” Hadis ini menunjukkan bahwa puasa tetap sah walaupun tidak mandi wajib, selama seseorang tidak sengaja membatalkannya.

Tidak Mandi Wajib Tapi Puasa

Tidak mandi wajib tapi puasa merupakan salah satu topik penting dalam fikih Islam yang perlu dipahami. Terdapat beberapa aspek penting yang terkait dengan topik ini, di antaranya:

  • Sah
  • Junub
  • Hadas
  • Imsak
  • Sunnah
  • Hukum
  • Hadis
  • Sejarah

Aspek-aspek tersebut saling berkaitan dan memengaruhi keabsahan puasa seseorang yang tidak mandi wajib. Misalnya, aspek “sah” menunjukkan bahwa puasa tetap sah meskipun tidak mandi wajib, sedangkan aspek “junub” menjelaskan bahwa tidak mandi wajib disebabkan oleh hadas besar yang mengharuskan seseorang untuk mandi wajib. Aspek “sunnah” menganjurkan untuk segera mandi wajib setelah berpuasa, sementara aspek “hukum” dan “hadis” memberikan landasan hukum dan sejarah terkait praktik ini. Dengan memahami aspek-aspek ini, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syariat.

Sah

Dalam konteks tidak mandi wajib tapi puasa, sah memiliki makna bahwa puasa tetap dianggap sah meskipun seseorang tidak mandi wajib. Sah merupakan salah satu aspek penting dalam ibadah puasa, karena menentukan apakah puasa yang dijalankan diterima atau tidak. Ada beberapa aspek yang terkait dengan sahnya puasa, di antaranya:

  • Niat
    Niat merupakan syarat sah puasa, yaitu keinginan atau tekad untuk berpuasa sejak malam hari sebelum puasa dimulai.
  • Menahan diri dari makan dan minum
    Menahan diri dari makan dan minum merupakan rukun puasa yang wajib dilakukan selama waktu puasa, dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
  • Tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa
    Ada beberapa hal yang dapat membatalkan puasa, seperti muntah disengaja, berhubungan suami istri, dan mengeluarkan air mani. Jika seseorang melakukan hal-hal tersebut, puasanya batal dan harus diqadha.
  • Tidak dalam keadaan junub
    Junub adalah hadas besar yang mengharuskan seseorang untuk mandi wajib. Meskipun tidak mandi wajib, puasa tetap sah selama seseorang tidak sengaja membatalkannya.

Dengan memahami aspek-aspek sahnya puasa, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syariat. Sahnya puasa tidak hanya ditentukan oleh tidak mandi wajib, tetapi juga oleh beberapa aspek penting lainnya seperti niat, menahan diri dari makan dan minum, serta tidak melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa.

Junub

Junub merupakan hadas besar yang mengharuskan seseorang untuk mandi wajib. Dalam konteks tidak mandi wajib tapi puasa, junub menjadi aspek penting yang memengaruhi sah atau tidaknya puasa. Seseorang yang junub tidak diperbolehkan untuk melakukan ibadah salat dan puasa. Namun, jika seseorang terlanjur berpuasa dalam keadaan junub tanpa sengaja, puasanya tetap sah.

  • Keluarnya air mani
    Keluarnya air mani merupakan salah satu penyebab hadas besar yang mengharuskan seseorang untuk mandi wajib. Hal ini dapat terjadi karena mimpi basah, berhubungan suami istri, atau karena sebab lainnya.
  • Masuknya penis ke dalam vagina
    Masuknya penis ke dalam vagina juga merupakan penyebab hadas besar yang mengharuskan seseorang untuk mandi wajib. Hal ini berlaku bagi pasangan suami istri maupun pasangan yang belum menikah.
  • Menstruasi
    Menstruasi merupakan hadas besar yang khusus terjadi pada wanita. Darah yang keluar saat menstruasi dianggap sebagai hadas besar yang mengharuskan wanita untuk mandi wajib setelah darahnya berhenti.
  • Nifas
    Nifas merupakan hadas besar yang terjadi pada wanita setelah melahirkan. Darah yang keluar saat nifas dianggap sebagai hadas besar yang mengharuskan wanita untuk mandi wajib setelah darahnya berhenti.

Dengan memahami aspek-aspek junub, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syariat. Junub merupakan aspek yang memengaruhi sah atau tidaknya puasa, sehingga penting untuk diketahui dan dihindari oleh umat Islam yang sedang berpuasa.

Hadas

Hadas merupakan keadaan tidak suci yang mengharuskan seseorang untuk bersuci sebelum melakukan ibadah. Dalam konteks tidak mandi wajib tapi puasa, hadas menjadi aspek penting yang memengaruhi sah atau tidaknya puasa. Seseorang yang berhadas besar, seperti junub, tidak diperbolehkan untuk melakukan ibadah salat dan puasa. Namun, jika seseorang terlanjur berpuasa dalam keadaan hadas besar tanpa sengaja, puasanya tetap sah. Hal ini menunjukkan bahwa hadas bukanlah komponen kritis dari tidak mandi wajib tapi puasa.

Meskipun demikian, hadas tetap perlu diperhatikan dalam praktik tidak mandi wajib tapi puasa. Sebab, hadas dapat membatalkan puasa jika disengaja. Misalnya, seseorang yang junub karena mimpi basah dan sengaja tidak mandi wajib hingga waktu imsak tiba, puasanya batal. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk menghindari hadas besar selama berpuasa dan segera bersuci jika hadas besar terjadi.

Secara praktis, pemahaman tentang hadas dan tidak mandi wajib tapi puasa dapat membantu umat Islam menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar. Dengan mengetahui bahwa hadas bukanlah komponen kritis dari tidak mandi wajib tapi puasa, umat Islam dapat tetap berpuasa meskipun tidak sempat mandi wajib karena alasan tertentu. Namun, umat Islam juga perlu memperhatikan hadas dan segera bersuci jika hadas besar terjadi agar puasanya tetap sah.

Imsak

Imsak adalah waktu dimulainya puasa, yaitu saat fajar menyingsing. Dalam konteks tidak mandi wajib tapi puasa, imsak menjadi aspek penting yang menentukan sah atau tidaknya puasa. Jika seseorang tidak mandi wajib hingga waktu imsak tiba, maka puasanya tetap sah. Hal ini menunjukkan bahwa imsak bukanlah komponen kritis dari tidak mandi wajib tapi puasa.

Meskipun demikian, imsak tetap memiliki peran penting dalam praktik tidak mandi wajib tapi puasa. Sebab, imsak menandai dimulainya waktu puasa. Jika seseorang tidak berniat puasa sebelum imsak tiba, maka puasanya tidak sah. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk mengetahui waktu imsak dan berniat puasa sebelum imsak tiba.

Dalam praktiknya, pemahaman tentang imsak dan tidak mandi wajib tapi puasa dapat membantu umat Islam menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar. Dengan mengetahui bahwa imsak bukanlah komponen kritis dari tidak mandi wajib tapi puasa, umat Islam dapat tetap berpuasa meskipun tidak sempat mandi wajib karena alasan tertentu. Namun, umat Islam juga perlu memperhatikan waktu imsak dan berniat puasa sebelum imsak tiba agar puasanya tetap sah.

Sunnah

Sunnah adalah segala sesuatu yang diajarkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan. Dalam konteks tidak mandi wajib tapi puasa, sunnah memiliki peran penting walaupun tidak menjadi komponen kritis. Sunnah yang terkait dengan tidak mandi wajib tapi puasa adalah anjuran untuk segera mandi wajib setelah berpuasa. Hal ini bertujuan untuk menyucikan diri dan mempersiapkan diri untuk salat.

Meskipun tidak mandi wajib setelah berpuasa tidak membatalkan puasa, namun dianjurkan untuk segera mandi wajib karena beberapa alasan. Pertama, mandi wajib dapat menghilangkan hadas besar yang mungkin terjadi selama berpuasa, seperti mimpi basah atau keluarnya air mani. Kedua, mandi wajib dapat menyegarkan tubuh dan pikiran setelah seharian berpuasa, sehingga dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk salat tarawih dan ibadah lainnya.

Dalam praktiknya, pemahaman tentang sunnah dan tidak mandi wajib tapi puasa dapat membantu umat Islam menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik. Dengan mengetahui bahwa mandi wajib setelah berpuasa adalah sunnah, umat Islam dapat berusaha untuk melaksanakannya meskipun tidak wajib. Hal ini menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan ibadah puasa dan keinginan untuk mendapatkan pahala yang lebih besar.

Hukum

Hukum dalam konteks tidak mandi wajib tapi puasa merujuk pada ketentuan atau peraturan dalam syariat Islam yang mengatur tentang keabsahan puasa bagi seseorang yang tidak mandi wajib. Hukum ini menjadi aspek penting dalam praktik tidak mandi wajib tapi puasa, karena menentukan apakah puasa yang dilakukan sah atau tidak.

Hukum terkait tidak mandi wajib tapi puasa didasarkan pada beberapa dalil, di antaranya hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim: “Barang siapa yang terbangun pada waktu fajar dalam keadaan junub, maka puasanya tetap sah.” Hadis ini menunjukkan bahwa puasa tetap sah meskipun seseorang tidak mandi wajib, selama ia tidak sengaja membatalkan puasanya.

Dalam praktiknya, hukum tidak mandi wajib tapi puasa memiliki beberapa implikasi. Pertama, seseorang yang tidak sengaja junub pada malam hari dan tidak sempat mandi wajib hingga waktu imsak tiba, puasanya tetap sah. Kedua, jika seseorang sengaja tidak mandi wajib sebelum berpuasa, maka puasanya batal. Ketiga, jika seseorang junub karena mimpi basah atau keluarnya air mani pada siang hari selama berpuasa, maka puasanya batal dan harus diqadha.

Pemahaman tentang hukum tidak mandi wajib tapi puasa sangat penting bagi umat Islam yang menjalankan ibadah puasa. Dengan memahami hukum ini, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan benar sesuai dengan syariat Islam. Hukum ini juga menunjukkan bahwa kesucian merupakan aspek penting dalam ibadah, namun tidak menjadi syarat mutlak sahnya puasa. Umat Islam tetap dapat menjalankan ibadah puasa meskipun dalam keadaan junub, selama ia tidak sengaja membatalkan puasanya.

Hadis

Hadis merupakan salah satu sumber hukum Islam yang menjadi landasan praktik tidak mandi wajib tapi puasa. Hadis adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh para sahabatnya. Hadis memiliki peran penting dalam menentukan hukum suatu amalan, termasuk dalam hal tidak mandi wajib tapi puasa.

  • Sumber Hukum

    Hadis menjadi sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an. Hadis yang terkait dengan tidak mandi wajib tapi puasa dijadikan sebagai dasar hukum yang menyatakan bahwa puasa tetap sah meskipun seseorang tidak mandi wajib.

  • Contoh Hadis

    Salah satu contoh hadis yang terkait dengan tidak mandi wajib tapi puasa adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim: “Barang siapa yang terbangun pada waktu fajar dalam keadaan junub, maka puasanya tetap sah.” Hadis ini menunjukkan bahwa puasa tetap sah meskipun seseorang junub pada malam hari dan tidak sempat mandi wajib hingga waktu imsak tiba.

  • Implikasi Hukum

    Hadis tentang tidak mandi wajib tapi puasa memiliki implikasi hukum yang penting. Implikasi tersebut antara lain: (1) puasa tetap sah meskipun tidak mandi wajib, (2) jika seseorang sengaja tidak mandi wajib sebelum berpuasa, maka puasanya batal, dan (3) jika seseorang junub karena mimpi basah atau keluarnya air mani pada siang hari selama berpuasa, maka puasanya batal dan harus diqadha.

  • Peran dalam Praktik

    Hadis tentang tidak mandi wajib tapi puasa menjadi pedoman bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa. Hadis ini memberikan keringanan bagi umat Islam yang tidak sempat mandi wajib karena alasan tertentu, sehingga mereka tetap dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar.

, , . , , .

Sejarah

Sejarah memegang peranan penting dalam praktik tidak mandi wajib tapi puasa. Praktik ini telah ada sejak zaman Rasulullah SAW dan berkembang seiring dengan perjalanan sejarah Islam. Sejarah membantu kita memahami dasar hukum, landasan teologis, dan praktik tidak mandi wajib tapi puasa yang dilakukan oleh umat Islam di masa lalu.

  • Dasar Hukum

    Sejarah mencatat bahwa praktik tidak mandi wajib tapi puasa didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW. Hadis ini menjadi dasar hukum yang menyatakan bahwa puasa tetap sah meskipun seseorang tidak mandi wajib.

  • Praktik di Masa Rasulullah

    Sejarah menunjukkan bahwa tidak mandi wajib tapi puasa sudah dipraktikkan pada zaman Rasulullah SAW. Beliau pernah bersabda, “Barang siapa yang terbangun pada waktu fajar dalam keadaan junub, maka puasanya tetap sah.” Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah membolehkan umat Islam untuk melanjutkan puasa meskipun tidak sempat mandi wajib karena alasan tertentu.

  • Perkembangan Praktik

    Sejarah mencatat bahwa praktik tidak mandi wajib tapi puasa terus berkembang seiring dengan perjalanan sejarah Islam. Ulama dan (ahli fikih) membahas dan mengkaji praktik ini, sehingga muncul berbagai pandangan dan pendapat. Perkembangan ini memperkaya khazanah keilmuan Islam dan membantu umat Islam memahami praktik tidak mandi wajib tapi puasa dengan lebih baik.

  • Implikasi Praktis

    Sejarah menunjukkan bahwa praktik tidak mandi wajib tapi puasa memiliki implikasi praktis bagi umat Islam. Praktik ini memberikan keringanan bagi umat Islam yang tidak sempat mandi wajib karena alasan tertentu, sehingga mereka tetap dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar.

Dengan memahami sejarah tidak mandi wajib tapi puasa, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik dan benar. Sejarah membantu kita memahami dasar hukum, landasan teologis, dan praktik tidak mandi wajib tapi puasa yang dilakukan oleh umat Islam di masa lalu. Hal ini memperkaya khazanah keilmuan Islam dan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang praktik ibadah puasa.

Tanya Jawab tentang Tidak Mandi Wajib Tapi Puasa

Tanya jawab berikut ini akan membahas beberapa pertanyaan umum dan kesalahpahaman mengenai tidak mandi wajib tapi puasa. Pertanyaan-pertanyaan ini akan mengklarifikasi aspek-aspek penting dari praktik ini agar umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar.

Pertanyaan 1: Apakah puasa tetap sah jika tidak mandi wajib?

Ya, puasa tetap sah meskipun tidak mandi wajib. Hal ini berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa, “Barang siapa yang terbangun pada waktu fajar dalam keadaan junub, maka puasanya tetap sah.” Hadis ini menunjukkan bahwa hadas besar, seperti junub, tidak membatalkan puasa selama seseorang tidak sengaja membatalkannya.

Pertanyaan 2: Bagaimana jika tidak sempat mandi wajib hingga waktu imsak?

Jika tidak sempat mandi wajib hingga waktu imsak, puasa tetap sah. Umat Islam diperbolehkan untuk berpuasa meskipun dalam keadaan junub, selama mereka tidak sengaja membatalkan puasanya. Namun, dianjurkan untuk segera mandi wajib setelah berpuasa untuk menyucikan diri dan mempersiapkan diri untuk salat.

Pertanyaan 3: Apakah mandi wajib setelah berpuasa wajib?

Mandi wajib setelah berpuasa tidak wajib, namun sangat dianjurkan. Mandi wajib setelah berpuasa bertujuan untuk menghilangkan hadas besar yang mungkin terjadi selama berpuasa, seperti mimpi basah atau keluarnya air mani. Selain itu, mandi wajib dapat menyegarkan tubuh dan pikiran setelah seharian berpuasa, sehingga dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk salat tarawih dan ibadah lainnya.

Pertanyaan 4: Bagaimana jika junub karena mimpi basah saat berpuasa?

Jika junub karena mimpi basah saat berpuasa, puasa tetap sah. Umat Islam yang mengalami mimpi basah saat berpuasa tidak perlu mengganti puasanya. Namun, mereka diwajibkan untuk mandi wajib sebelum melanjutkan puasa dan salat.

Pertanyaan 5: Apakah boleh berhubungan suami istri saat berpuasa meskipun tidak mandi wajib?

Tidak diperbolehkan berhubungan suami istri saat berpuasa, meskipun tidak mandi wajib. Berhubungan suami istri saat berpuasa membatalkan puasa dan dihukumi sebagai dosa besar. Umat Islam yang berhubungan suami istri saat berpuasa wajib mengganti puasanya dan membayar (denda) atas puasanya yang batal.

Pertanyaan 6: Bagaimana jika sengaja tidak mandi wajib sebelum berpuasa?

Jika sengaja tidak mandi wajib sebelum berpuasa, puasa yang dilakukan menjadi tidak sah dan harus diqadha. Umat Islam yang sengaja tidak mandi wajib sebelum berpuasa dianggap telah membatalkan puasanya sendiri.

Tanya jawab di atas memberikan beberapa klarifikasi penting mengenai tidak mandi wajib tapi puasa. Umat Islam harus memahami dengan baik aspek-aspek ini agar dapat menjalankan ibadah puasa dengan benar sesuai dengan tuntunan syariat.

Selanjutnya, kita akan membahas aspek lain yang terkait dengan tidak mandi wajib tapi puasa, yaitu hukum dan hikmah di balik praktik ini. Pembahasan ini akan semakin memperkaya pemahaman kita tentang topik tersebut dan membantu kita menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik dan bermakna.

Tips Penting Seputar Tidak Mandi Wajib Tapi Puasa

Tidak mandi wajib tapi puasa merupakan praktik yang diperbolehkan dalam Islam, namun terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan agar puasa tetap sah dan bermakna. Berikut adalah beberapa tips penting terkait tidak mandi wajib tapi puasa:

Niat puasa sebelum imsak. Niat merupakan syarat sah puasa, pastikan untuk berniat puasa sebelum waktu imsak tiba. Niat dapat dilakukan dalam hati atau diucapkan secara lisan.

Hindari hadas besar selama puasa. Hadas besar seperti junub, haid, dan nifas dapat membatalkan puasa. Usahakan untuk menghindari hadas besar selama berpuasa, atau segera bersuci jika hadas besar terjadi.

Jika junub karena mimpi basah, segera mandi wajib. Jika mengalami mimpi basah saat berpuasa, segeralah mandi wajib setelah terbangun. Mandi wajib dapat menghilangkan hadas besar dan menyucikan diri.

Mandi wajib setelah berpuasa. Meskipun tidak wajib, namun sangat dianjurkan untuk mandi wajib setelah berpuasa. Mandi wajib setelah berpuasa dapat menghilangkan hadas besar dan mempersiapkan diri untuk salat tarawih dan ibadah lainnya.

Berhati-hatilah dengan aktivitas yang dapat membatalkan puasa. Terdapat beberapa aktivitas yang dapat membatalkan puasa, seperti makan, minum, merokok, dan berhubungan suami istri. Hindari aktivitas tersebut selama berpuasa.

Perbanyak ibadah selama puasa. Bulan puasa merupakan waktu yang tepat untuk memperbanyak ibadah, seperti salat, membaca Al-Qur’an, dan berzikir. Perbanyak ibadah dapat meningkatkan pahala puasa.

Kendalikan hawa nafsu. Puasa tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih diri untuk mengendalikan hawa nafsu. Kendalikan hawa nafsu selama berpuasa agar puasa lebih bermakna.

Ikhlas dalam berpuasa. Ikhlas merupakan salah satu kunci diterimanya ibadah puasa. Niatkan puasa karena Allah SWT, bukan karena tujuan duniawi.

Dengan mengikuti tips-tips di atas, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik dan bermakna. Tidak mandi wajib bukan menjadi penghalang untuk melaksanakan puasa, namun harus tetap memperhatikan aspek-aspek penting lainnya agar puasa tetap sah dan diterima oleh Allah SWT.

Tips-tips di atas juga berkaitan dengan tema utama artikel ini, yaitu tidak mandi wajib tapi puasa. Dengan memahami tips-tips tersebut, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan benar sesuai dengan tuntunan syariat dan memperoleh pahala puasa secara maksimal.

Kesimpulan

Artikel ini mengeksplorasi praktik “tidak mandi wajib tapi puasa” dalam Islam, memberikan wawasan mendalam tentang hukum, sejarah, dan hikmah di balik praktik ini. Artikel ini menguraikan bahwa meskipun hadas besar seperti junub tidak membatalkan puasa, kesucian tetap merupakan aspek penting dalam ibadah puasa. Selain itu, artikel ini juga membahas tips penting bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa dengan baik dan bermakna.

Beberapa poin utama yang dibahas dalam artikel ini adalah:

  • Puasa tetap sah meskipun tidak mandi wajib, namun kesucian tetap harus diperhatikan selama berpuasa.
  • Mandi wajib setelah berpuasa sangat dianjurkan untuk menghilangkan hadas besar dan mempersiapkan diri untuk ibadah lainnya.
  • Tips penting untuk menjalankan ibadah puasa dengan baik dan bermakna, seperti niat puasa sebelum imsak, menghindari hadas besar, dan mengendalikan hawa nafsu.

Memahami aspek-aspek “tidak mandi wajib tapi puasa” sangat penting bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa dengan benar sesuai dengan tuntunan syariat. Melalui pemahaman yang baik, umat Islam dapat memperoleh pahala puasa secara maksimal dan menjadikan bulan puasa sebagai momen untuk meningkatkan ketakwaan dan kedekatan kepada Allah SWT.

Youtube Video:



Artikel Terkait

Bagikan:

jurnal

Saya adalah seorang penulis yang sudah berpengalaman lebih dari 5 tahun. Hobi saya menulis artikel yang bermanfaat untuk teman-teman yang membaca artikel saya.

Tags

Artikel Terbaru